Persaingan Ratusan Triliun Pertamina-Chevron di Blok Rokan

Gustidha Budiartie & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 July 2018 16:16
Persaingan Chevron dan Pertamina semakin memanas untuk menduduki blok minyak terbesar di RI
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia- Blok minyak tersubur di RI, blok Rokan, akan habis kontrak pada 2021 mendatang. Dua perusahaan migas jumbo, yakni Chevron dan Pertamina sudah menyatakan siap bersaing untuk mengelola blok ini.

Berdasar catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat rata-rata produksi Blok Rokan semester 1 lalu mencapai 207 ribu barel per hari. Jika kondisi sedang bagus, asumsi produksi di blok ini bisa mencapai 213 ribu hingga 230 ribu barel per hari. Menjadi blok dengan produksi minyak terbanyak di RI.

Dengan produksi 213 ribu barel, blok Rokan berkontribusi 26% dari total target produksi Indonesia yang sebanyak 800 ribu barel per hari. Artinya, tidak perlu diragukan lagi keuntungan yang bisa dipetik dari perusahaan yang nantinya mengelola blok ini.


Posisi Chevron

Chevron mengelola blok ini hampir 50 tahun lamanya, dan masih berniat untuk bertahan di sana. Di tengah naik turunnya harga minyak dunia dan rencana korporasi untuk efisiensi, Chevron sudah melepas beberapa blok yang mereka miliki di Indonesia seperti blok East Kalimantan dan Attaka. Tapi, pengecualian mereka berikan untuk Rokan.

Bolak-balik Chevron mendekati petinggi negeri ini, mulai dari pejabat kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga Menteri Koordinator Kemaritaman Luhut Pandjaitan.

Tak tanggung-tanggung, langsung Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor yang menyambangi Luhut.

Menko Luhut pun tidak menampik soal pendekatan Chevron ini. Menurutnya, sah-sah saja jika Chevron ingin maju lagi untuk mengelola blok ini. Tetapi, terbuka juga pilihan untuk join bersama Pertamina. "Chevron kan memang punya teknologi, dia bisa naikkan kapasitas cadangan blok tersebut ke 1,2 miliar barel," jelas Luhut, Selasa (24/7/2018).

Merinci soal janji investasi yang disiapkan Chevron, Luhut memaparkan bahwa investasi tersebut terdiri dari dua tahap. Pertama yakni untuk produksi total hingga 500 juta barel, nilai investasi yang dikucurkan senilai US$ 33 miliar. Masuk ke fase kedua, dengan produksi total 700 juta barel diperkirakan investasi bisa mencapai hingga US$ 55 miliar atau setara Rp 792 triliun. "Ini untuk 20 tahun," katanya.



Posisi Pertamina
Pertamina menginginkan 100% pengelolaan blok terbesar di RI ini jatuh ke tangan BUMN.

Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, Pertamina melakukan pengajuan proposal atas Blok Rokan pada 28 Juni 2018. Dalam ajuannya itu Pertamina menyatakan siap melanjutkan pemanfaatan teknologi EOR seperti yang telah diterapkan saat ini oleh Chevron secara mandiri dan efisien. 

Adapun nilai strategis yang disebut Pertamina bila dapat mengelola Blok Rokan adalah penguatan kedaulatan dan ketahanan energi nasional mengingat porsi besar Blok Rokan atas produksi minyak dalam negeri. Selain itu, Pertamina mengatakan pengelolaan Blok Rokan olehnya dapat mengurangi impor minyak mentah dan peningkatan efisiensi pengadaan bahan baku minyak mentah bagi kilang minyak dalam negeri.

Hal itu disebut Pertamina berpotensi untuk menghemat devisa negara. Hal lain yang disebut adalah bagaimana pengelolaan Blok Rokan mampu menciptakan sinergi dan integrasi dengan blok-blok lain perusahaan di area tersebut.

Nilai investasi yang disiapkan Pertamina memang belum terungkap hingga saat ini, namun berkaca dari pengalaman Pertamina saat mendapat blok Mahakam, alokasi belanja modal yang disiapkan perusahaan untuk kelola blok gas raksasa itu juga terbilang besar. Yakni, sekitar US$ 700 juta dan dana operasi US$ 1 miliar di 2018 atau setara Rp 24 triliun.


Sikap Pemerintah
Wakil Menteri Arcandra Tahar mengatakan pemerintah terbuka untuk kedua perusahaan dan akan membahas proposal mereka secara maraton pekan ini. Kami berusaha agar selesai. Hari ini sampai minggu depan kami maraton untuk evaluasi, kami coba yang terbaik. Targetnya awal Agustus selesai," ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar usai Rakornas TPID 2018, Kamis (26/7/2018).

Arcandra menegaskan yang akan mengelola blok Rokan ke depan menggunakan gross split. Porsinya mengikuti aturan, jika perusahaan ingin mengubah porsi split perlu mengajukan diskresi ke menteri terlebih dulu. "Kunci gross split kan kepastian, kalau tidak penting banget ya tidak usah negosiasi."

Untuk memilih calon penguasa blok Rokan, pemerintah akan mengkomparisi penawaran masing-masing perusahaan. Mulai dari pengelolaan komersialnya, komitmen kerja pasti, bonus tanda tangan, dan pemilihan metode untuk mengoptimalkan produksi.


(gus) Next Article Geser Chevron, Pertamina Bongkar Pipa-pipa Tua Blok Rokan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular