
Internasional
Korut Mulai Bongkar Fasilitas Senjata Nuklir
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
24 July 2018 14:41

Washington, CNBC Indonesia - Gambar satelit mengindikasikan Korea Utara (Korut) telah memulai pembongkaran fasilitas-fasilitas kunci di sebuah lokasi yang digunakan untuk mengembangkan rudal-rudal balistik. Itu merupakan langkah pertama dalam menepati janji Korut kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kata lembaga think thank yang berbasis di Washington hari Senin (23/7/2018) seperti dilansir dari Reuters.
Gambar tertanggal 20 Juli itu menampilkan kegiatan di Stasiun Peluncuran Sohae Satellite untuk membongkar bangunan yang sebelumnya digunakan dalam perakitan peluncur roket, serta mesin uji coba roket di dekatnya yang sebelumnya digunakan untuk mengembangkan mesin berbahan bakar cairan bagi misil balistik dan peluncur roket, kata think tank 38 North.
"Karena fasilitas-fasilitas ini diyakini memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi untuk program misil balistik antar benua Korut, upaya-upaya ini menunjukkan langkah pembangunan kepercayaan yang signifikan dari Korut," katanya dalam sebuah laporan.
Trump mengatakan pasca-pertemuan bersejarah dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un di Singapura tanggal 12 Juni, Kim sudah berjanji lokasi uji coba mesin misil yang utama akan segera dihancurkan.
Trump tidak menyebutkan lokasinya, tetapi seorang pejabat AS kemudian mengatakan kepada Reuters bahwa lokasi yang dimaksud adalah Sohae.
Seorang pejabat pada hari Selasa (24/7/2018) mengatakan kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) Blue House diberitahu tentang pembongkaran lokasi berdasarkan intelijen pemerintah, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
Menurut Yonhap, Nam Gwan-pyo selaku wakil direktur kantor keamanan nasional Korsel berkata, "Itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa".
"Dan nampaknya mereka melakukan selangkah demi selangkah menuju denuklirisasi," kata Nam.
Laporan dari 38 North muncul di tengah pertanyaan tentang kemauan Korut menepati komitmen yang Kim buat dalam pertemuan bulan Juni, khususnya untuk mengupayakan denuklirisasi.
Para pejabat AS berulang kali mengatakan Korut sudah berkomitmen untuk meninggalkan program senjata nuklir yang kini mengancam AS, tetapi Pyongyang tidak menawarkan rincian cara melakukannya.
Saham-saham perusahaan Korsel yang terkait Korut naik setelah pemberitaan pembongkaran lokasi satelit ini.
Jenny Town selaku Editor Pelaksana di 38 North mengatakan apa yang dilakukan di Sohae bisa menjadi langkah penting untuk membuat negosiasi terus berjalan.
"Ini bisa [dan sangat bisa] berarti Korut juga mau melupakan peluncuran satelit untuk saat ini, begitu juga dengan uji coba nuklir dan misil. Perbedaan ini telah menggagalkan diplomasi di masa lalu," katanya.
Secara terpisah di hari Selasa, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan pihaknya merencanakan "pengurangan uji coba beberapa pasukan pos penjaga dan peralatan" di sepanjang Zona Demiliterisasi (Demilitarized Zone/DMZ) yang dijaga ketat dan memisahkan Korut dan Korsel.
Kim Jong Un dan Presiden Korsel Moon Jae-in sepakat dalam pertemuan di bulan April untuk mengurangi tensi di sepanjang perbatasan dengan mengubah DMZ menjadi "zona damai".
Pejabat senior AS pada hari Jumat (20/7/2018) mengimbau Kim agar menepati janjinya untuk melepaskan senjata nuklirnya. AS juga mengatakan dunia, termasuk China dan Rusia, harus terus menerapkan sanksi ke Pyongyang sampai janji itu terpenuhi.
Kementerian Luar Negeri AS menerbitkan sebuah laporan di hari Senin, bersamaan dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri, yang memperingatkan para pebisnis tentang taktik penghindaran sanksi Korut.
Laporan tersebut mengatakan mereka harus "menerapkan kebijakan uji kelayakan, prosedur, dan kontrol internal yang efektif untuk memastikan pemenuhan persyaratan hukum yang berlaku di seluruh rantai pasokan".
Trump menampik "Kabar Bohong" bahwa dia marah karena perkembangan dengan Korut tidak berjalan cukup cepat.
"Salah, sangat senang!" katanya di Twitter hari Senin.
"Tidak ada roket yang diluncurkan Korut dalam sembilan bulan. Sama halnya dengan Uji Coba Nuklir. Jepang senang, seluruh Asia senang," katanya.
Pemberitaan di The Washington Post pada akhir pekan mengatakan, meski Trump memberi penilaian positif terhadap perkembangan dengan Korut, dia meluapkan kemarahan kepada para ajudannya atas perkembangan yang kurang cepat.
Pekan lalu Trump berkata "tidak buru-buru" dan "tidak ada batasan waktu" untuk negosiasi denuklirisasi.
Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats pada hari Kamis (19/7/2018) mengatakan secara teknis mungkin saja Korut menghapus program senjata nuklir dalam setahun, tetapi menambahkan hal itu kemungkinan tidak terjadi.
(prm) Next Article Ngga Maju-maju, Korut Ogah Negosiasi Nuklir Lagi
Gambar tertanggal 20 Juli itu menampilkan kegiatan di Stasiun Peluncuran Sohae Satellite untuk membongkar bangunan yang sebelumnya digunakan dalam perakitan peluncur roket, serta mesin uji coba roket di dekatnya yang sebelumnya digunakan untuk mengembangkan mesin berbahan bakar cairan bagi misil balistik dan peluncur roket, kata think tank 38 North.
"Karena fasilitas-fasilitas ini diyakini memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi untuk program misil balistik antar benua Korut, upaya-upaya ini menunjukkan langkah pembangunan kepercayaan yang signifikan dari Korut," katanya dalam sebuah laporan.
Trump tidak menyebutkan lokasinya, tetapi seorang pejabat AS kemudian mengatakan kepada Reuters bahwa lokasi yang dimaksud adalah Sohae.
Seorang pejabat pada hari Selasa (24/7/2018) mengatakan kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) Blue House diberitahu tentang pembongkaran lokasi berdasarkan intelijen pemerintah, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
Menurut Yonhap, Nam Gwan-pyo selaku wakil direktur kantor keamanan nasional Korsel berkata, "Itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa".
"Dan nampaknya mereka melakukan selangkah demi selangkah menuju denuklirisasi," kata Nam.
Laporan dari 38 North muncul di tengah pertanyaan tentang kemauan Korut menepati komitmen yang Kim buat dalam pertemuan bulan Juni, khususnya untuk mengupayakan denuklirisasi.
Para pejabat AS berulang kali mengatakan Korut sudah berkomitmen untuk meninggalkan program senjata nuklir yang kini mengancam AS, tetapi Pyongyang tidak menawarkan rincian cara melakukannya.
Saham-saham perusahaan Korsel yang terkait Korut naik setelah pemberitaan pembongkaran lokasi satelit ini.
Jenny Town selaku Editor Pelaksana di 38 North mengatakan apa yang dilakukan di Sohae bisa menjadi langkah penting untuk membuat negosiasi terus berjalan.
"Ini bisa [dan sangat bisa] berarti Korut juga mau melupakan peluncuran satelit untuk saat ini, begitu juga dengan uji coba nuklir dan misil. Perbedaan ini telah menggagalkan diplomasi di masa lalu," katanya.
Secara terpisah di hari Selasa, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan pihaknya merencanakan "pengurangan uji coba beberapa pasukan pos penjaga dan peralatan" di sepanjang Zona Demiliterisasi (Demilitarized Zone/DMZ) yang dijaga ketat dan memisahkan Korut dan Korsel.
Kim Jong Un dan Presiden Korsel Moon Jae-in sepakat dalam pertemuan di bulan April untuk mengurangi tensi di sepanjang perbatasan dengan mengubah DMZ menjadi "zona damai".
Pejabat senior AS pada hari Jumat (20/7/2018) mengimbau Kim agar menepati janjinya untuk melepaskan senjata nuklirnya. AS juga mengatakan dunia, termasuk China dan Rusia, harus terus menerapkan sanksi ke Pyongyang sampai janji itu terpenuhi.
Kementerian Luar Negeri AS menerbitkan sebuah laporan di hari Senin, bersamaan dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri, yang memperingatkan para pebisnis tentang taktik penghindaran sanksi Korut.
Laporan tersebut mengatakan mereka harus "menerapkan kebijakan uji kelayakan, prosedur, dan kontrol internal yang efektif untuk memastikan pemenuhan persyaratan hukum yang berlaku di seluruh rantai pasokan".
Trump menampik "Kabar Bohong" bahwa dia marah karena perkembangan dengan Korut tidak berjalan cukup cepat.
"Salah, sangat senang!" katanya di Twitter hari Senin.
"Tidak ada roket yang diluncurkan Korut dalam sembilan bulan. Sama halnya dengan Uji Coba Nuklir. Jepang senang, seluruh Asia senang," katanya.
Pemberitaan di The Washington Post pada akhir pekan mengatakan, meski Trump memberi penilaian positif terhadap perkembangan dengan Korut, dia meluapkan kemarahan kepada para ajudannya atas perkembangan yang kurang cepat.
Pekan lalu Trump berkata "tidak buru-buru" dan "tidak ada batasan waktu" untuk negosiasi denuklirisasi.
Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats pada hari Kamis (19/7/2018) mengatakan secara teknis mungkin saja Korut menghapus program senjata nuklir dalam setahun, tetapi menambahkan hal itu kemungkinan tidak terjadi.
(prm) Next Article Ngga Maju-maju, Korut Ogah Negosiasi Nuklir Lagi
Most Popular