
Terpaksa Jual Tiket Kertas Rp 3.000, Operator KRL Merugi
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
23 July 2018 17:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi tadi sistem tiket elektronik di layanan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek tidak berfungsi. Hal ini membuat penumpang harus mengantre di loket untuk membeli tiket kertas.
Sejak dari siang tadi, kondisi sudah berhasil dinormalkan dalam antrian tap dengan kartu Multitrip dan uang elektronik perbankan sudah bisa dilakukan siang tadi. Adapun alasan tidak bisa digunakannya tiket elektronik karena adanya pembaruan sistem pada tiket elektronik.
Adapun tiket kertas yang dijual pagi tadi hanya Rp 3.000 untuk semua tujuan, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tarif normal.
Saat normal, misalnya dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bojong, penumpang akan dikenakan tarif Rp 6.500 yang di-tap dengan menggunakan kartu Multitrip atau uang elektronik perbankan.
Menyusul hal ini, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL Jabodetabek mengalami kerugian.
Namun, Direktur Utama KCI Wiwik Widayanti belum menghitung seberapa besar kerugian yang diderita perseroan.
"Kerugian belum tahu nilainya, kami nanti pantau dari tiket yang terjual," kata dia saat konpers, Senin (23/7/2018).
Dia mengatakan kebijakan tarif flat memang dipilih perusahaan agar antrean tidak terlalu panjang.
"Jadi kami sadar ini kenyamanan penumpang akan terganggu dari sisi pelayanan, kalau menggunakan zona akan lama sekali," ujar dia.
Dengan menggunakan tarif flat, maka pihak KCI bisa mempercepat proses keluar masuk penumpang dan juga mengurangi antrian di gate."Mau tidak mau harus dilakukan," kata dia.
Penerapan tarif flat ini juga untuk mengkonfirmasi tidak adanya penggratisan selama pembaruan sistem.
"Ada aturannya, kami tidak bisa memberikan secara gratis karena sebagai perusahaan komersial kami punya pertanggungjawaban," ucap Wiwik.
(ray/ray) Next Article Kereta & LRT Masih Sedot Subsidi Rp 2,8 T, Ini Alasannya
Sejak dari siang tadi, kondisi sudah berhasil dinormalkan dalam antrian tap dengan kartu Multitrip dan uang elektronik perbankan sudah bisa dilakukan siang tadi. Adapun alasan tidak bisa digunakannya tiket elektronik karena adanya pembaruan sistem pada tiket elektronik.
Adapun tiket kertas yang dijual pagi tadi hanya Rp 3.000 untuk semua tujuan, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tarif normal.
Menyusul hal ini, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL Jabodetabek mengalami kerugian.
Namun, Direktur Utama KCI Wiwik Widayanti belum menghitung seberapa besar kerugian yang diderita perseroan.
"Kerugian belum tahu nilainya, kami nanti pantau dari tiket yang terjual," kata dia saat konpers, Senin (23/7/2018).
Dia mengatakan kebijakan tarif flat memang dipilih perusahaan agar antrean tidak terlalu panjang.
"Jadi kami sadar ini kenyamanan penumpang akan terganggu dari sisi pelayanan, kalau menggunakan zona akan lama sekali," ujar dia.
Dengan menggunakan tarif flat, maka pihak KCI bisa mempercepat proses keluar masuk penumpang dan juga mengurangi antrian di gate."Mau tidak mau harus dilakukan," kata dia.
Penerapan tarif flat ini juga untuk mengkonfirmasi tidak adanya penggratisan selama pembaruan sistem.
"Ada aturannya, kami tidak bisa memberikan secara gratis karena sebagai perusahaan komersial kami punya pertanggungjawaban," ucap Wiwik.
(ray/ray) Next Article Kereta & LRT Masih Sedot Subsidi Rp 2,8 T, Ini Alasannya
Most Popular