
Geo Dipa Siapkan Rp 2 T untuk Proyek Geothermal Patuha
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 July 2018 08:50

Bandung Selatan, CNBC Indonesia - PT Geo Dipa Energy menargetkan pengembangan kapasitas listrik di unit pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Patuha dengan menyiapkan dana minimal senilai US$140 juta atau senilai Rp 2 triliun.
Direktur Utama Geo Dipa Riki Firmandha Ibrahim mengatakan pihaknya akan mengebor 20 sumur di wilayah kerja panas bumi (WKP) Patuha mulai 2019, untuk mengoptimalkan produksi listrik terbarukan dari Patuha yang menyimpan potensi energi sebesar 400 megawatt (MW).
"Berdasarkan rule of thumb (patokan di lapangan), pengeboran 1 sumur memerlukan biaya US$7 juta. Jadi untuk 20 sumur kira-kira akan memerlukan sekitar US$140 juta," tuturnya kepada CNBC Indonesia di Patuha, Bandung Selatan pada Sabtu sore (14/07/2018).
Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut, pihaknya saat ini telah memiliki alokasi pendanaan senilai total US$350 juta yang akan dipenuhi dari kombinasi pendanaan internal dan eksternal dengan rasio sebesar 30:70.
"Sebanyak 30% akan dipenuhi dari ekuitas, yakni dari penyertaan modal negara (PMN), dan 70% sisanya kami harapkan dari lembaga multilateral seperti Asian Development Bank (ADB)," ujar Riki.
Geo Dipa merupakan perusahaan milik negara yang dbentuk untuk mendorong penggunaaan energi geothermal untuk pembangkit listrik nasional. Perseroan mengoperasikan dua WKP yakni Patuha dan Dieng dengan total kapasitas produksi listrik sebesar 460 megawatt (MW).
Riki mengatakan ekspansi tersebut dilakukan sebagai bagian dari misi perseroan untuk menggenjot penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia yang potensinya sangat besar, tetapi terhambat persoalan pendanaan, teknologi dan sumber daya manusia (SDM).
Pihaknya melibatkan Universitas Darma Persada (UNSADA) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam program pengembangan energi terbarukan. UNSADA merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program pascasarjana (S2) Energi Terbarukan.
Saat ini, Indonesia telah menduduki posisi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS), sebagai negara dengan produksi geothermal terbesar, yakni mencapai 1.924,5 MW. Namun, angka itu masih jauh dari potensi geothermal di Indonesia yang diestimasikan setara dengan 29.000 gigawatt (GW).
"Salah satu problem EBT adalah minimnya jumlah SDM di industri ini. Karenanya, kami bekerja sama dengan Geo Dipa untuk bersama-sama mendorong pengembangan teknologi EBT," tutur Kepala Program Studi Energi Terbarukan Sekolah Pascasarjana Energi Terbarukan UNSADA Aep Saipul Uyun di sela Ekskursi Patuha.
(ags/gus) Next Article Pengembangan Geothermal Dieng Terganjal Seretnya Dana ADB
Direktur Utama Geo Dipa Riki Firmandha Ibrahim mengatakan pihaknya akan mengebor 20 sumur di wilayah kerja panas bumi (WKP) Patuha mulai 2019, untuk mengoptimalkan produksi listrik terbarukan dari Patuha yang menyimpan potensi energi sebesar 400 megawatt (MW).
"Sebanyak 30% akan dipenuhi dari ekuitas, yakni dari penyertaan modal negara (PMN), dan 70% sisanya kami harapkan dari lembaga multilateral seperti Asian Development Bank (ADB)," ujar Riki.
Geo Dipa merupakan perusahaan milik negara yang dbentuk untuk mendorong penggunaaan energi geothermal untuk pembangkit listrik nasional. Perseroan mengoperasikan dua WKP yakni Patuha dan Dieng dengan total kapasitas produksi listrik sebesar 460 megawatt (MW).
Riki mengatakan ekspansi tersebut dilakukan sebagai bagian dari misi perseroan untuk menggenjot penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia yang potensinya sangat besar, tetapi terhambat persoalan pendanaan, teknologi dan sumber daya manusia (SDM).
Pihaknya melibatkan Universitas Darma Persada (UNSADA) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam program pengembangan energi terbarukan. UNSADA merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program pascasarjana (S2) Energi Terbarukan.
Saat ini, Indonesia telah menduduki posisi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS), sebagai negara dengan produksi geothermal terbesar, yakni mencapai 1.924,5 MW. Namun, angka itu masih jauh dari potensi geothermal di Indonesia yang diestimasikan setara dengan 29.000 gigawatt (GW).
"Salah satu problem EBT adalah minimnya jumlah SDM di industri ini. Karenanya, kami bekerja sama dengan Geo Dipa untuk bersama-sama mendorong pengembangan teknologi EBT," tutur Kepala Program Studi Energi Terbarukan Sekolah Pascasarjana Energi Terbarukan UNSADA Aep Saipul Uyun di sela Ekskursi Patuha.
(ags/gus) Next Article Pengembangan Geothermal Dieng Terganjal Seretnya Dana ADB
Most Popular