Kebun Angin dan Mimpi Jokowi Mengejar ke Eropa

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
02 July 2018 19:23
Presiden Joko Widodo meresmikan PLTB Sidrap hari ini.
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Ada 3 pembangkit yang semestinya diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo hari ini: Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya & Jeneponto Ekspansi serta Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap.

Tetapi saat menekan tombol sirine tanda peresmian, Jokowi hanya menyebut PLTB Sidrap saja. 

"Bismillahirrohmanirrohim, dengan ini saya resmikan PLTB Sidrap," ujar Jokowi di Sidrap, Senin (2/7/2018).

Begitu juga dengan proyek groundbreaking, harusnya ada 3 pembangkit yang disebut yakni PLTU, PLTMG, dan satu lagi PLTB Jeneponto. Tapi lagi lagi, yang disebut Jokowi dalam sambutannya hanya PLTB saja.

Bisa jadi karena memang saat itu Jokowi sedang berada di lokasi PLTB Sidrap dan dikelilingi puluhan kincir angin raksasa, sehingga yang menempel di kepalanya hanya PLTB saja, meski sebelumnya -tidak berjeda lebih dari dua menit- Menteri Jonan sudah memaparkan panjang lebar nama-nama pembangkit pembangkit untuk diresmikan saat itu.

Tapi, bisa juga memang Jokowi memilih menyebut PLTB Sidrap dan Jeneponto karena memang ia sangat senang dengan kehadiran dua pembangkit berbahan bakar ramah lingkungan ini.

"Saya merasa kok kaya di, yang banyak seperti ini di mana? Di Belanda, jadi serasa di Eropa," kata Jokowi sambil memperhatikan kincir turbin yang berputar.

Kegirangan Jokowi pun tak bisa ditutupi, ia lanjut berkata. "Saya bahagia sekali. PLTB Sidrap ini saya lihat baling-balingnya muter semua. Artinya anginnya lebih dari cukup," katanya, sambil sumringah.

Jokowi wajar bahagia, menghadirkan pembangkit listrik energi baru berdaya besar - hingga 75 MW- dengan infrastruktur yang juga enak dipandang dan bisa dibanggakan, ini adalah prestasi untuk negara berkembang seperti Indonesia, yang bertahun tahun bergantung pada energi fosil.

Kebahagiaan Jokowi makin membuncah begitu dikabari para menterinya bahwa sebentar lagi juga ada PLTB berkapasitas akbar yang segera beroperasi, PLTB Jeneponto dengan kapasitas 72 MW.

Belum lagi PLTB Tanah Laut yang berkapasitas 90 MW dan sedang dalam proses. Setidaknya saat 2019, jika dua proyek belakangan disebut berjalan lancar, Jokowi memiliki legasi membangun PLTB dengan total daya 137 MW selama memimpin Indonesia.

Jikalau pembangunan pembangkit bayu semudah ini, target 23% bauran energi baru di 2025 seakan tak sulit untuk digapai.

Bisakah Indonesia Seperti Eropa

Serasa di Belanda, begitu kata Jokowi. Melihat kincir angin raksasa berputar indah di hamparan bukit hijau sungguh pemandangan langka di Indonesia.

Gambar yang beredar pun sudah seperti di luar negeri. Siapa sangka bahwa puluhan pembangkit berteknologi maju ini justru ada di pelosok Indonesia Timur.

Lantas, apakah sudah layak membandingkan Indonesia dengan Eropa?

Jelas belum, tapi niat baik hadirkan energi ramah harus terus didukung.

Bicara Eropa, negara-negara di benua itu sudah kembangkan pembangkit kincir sejak lama. Data terakhir, kapasitas listrik yang terpasang di benua itu sudah mencapai 16,8 GW di 2017.

Listrik yang bersumber dari angin ini, bahkan disebut-sebut menduduki peringkat kedua terbesar setelah pasokan energi dari gas. Artinya, di sana energi fosil benar benar bersaing dengan energi terbarukan.

Untuk Belanda, yang memang dari dulu sudah dikenal sebagai negara kincir angin, pada 2001 diketahui memiliki kapasitas listrik terpasang dari PLTB sebesar 400 MW atau hampir 6 kali lipat dibanding posisi Indonesia saat ini.

Lalu, sekarang bagaimana?

Belanda bukan main gilanya mengembangkan energi angin. Jika di Indonesia baru dipasang di darat- di atas bukit tepatnya-, Belanda sudah bisa pasang pembangkit angin di lautan atau offshore.

Bukan cuma itu, ke depan negeri yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun ini juga berencana membangun PLTB offshore terbesar di bumi dengan kapasitas mencapai 30 GW.

Saking besarnya, Belanda disebut sebut sedang bikin pulau buatan untuk menopang 10 ribu turbin pembangkit angin. Jika tak ada hambatan, proyek PLTB super akbar ini bakal beroperasi di 2027.

Saat ini, rekor PLTB offshore terbesar masih dipegang oleh London, Inggris, dengan kapasitas pembangkit 630 MW yang diperkirakan bisa mengaliri hingga setengah juta rumah di negeri Ratu Elizabeth itu.

Kembali ke Indonesia

Indonesia jelas masih jauh api dari panggang, tapi bukan berarti tak ada kesempatan.

Menghadirkan energi ramah lingkungan di Indonesia masih jadi polemik untuk para pemangku kepentingan.

Kita bisa saja teriak bahwa bahan bakar fosil bisa merusak lingkungan, tapi jika pakai energi baru berakibat ongkos menyalakan pembangkit mahal, bakal ada rakyat juga yang teriak soal tarif listrik.

Buat pemerintah, ke kanan salah ke kiri salah bila tak hati-hati. Tapi bukan berarti tak ada celah.

Investasi EBT memang mahal di awal-awal karena investasi teknologi.

"Tapi ke depannya itu murah, tidak seperti PLTU misalnya tiap hari perlu ada batu bara yang dibakar. Kalau angin kan tidak perlu, bahan bakarnya sudah disediakan alam," kata Presiden Jokowi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pun menambahkan, pemerintah telah berupaya agar listrik energi baru yang dibeli PLN dari produsen swasta tidak terlalu tinggi.

Sehingga, PLN bisa mengindari melimpahkan tambahan beban biaya produksi listrik ke para pelanggan.

Yakni dengan menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 50 tahun 2017, yang intinya mengatur agar harga listrik yang dibeli PLN dari produsen tidak lebih tinggi dari rata rata biaya pokok produksi (BPP) listrik di daerah tersebut. Batas maksimalnya adalah sekitar 85%.

"Untuk PLTB ke depannya akan pakai Permen ini, jadi bisa lebih murah," kata Jonan

(ray) Next Article Apa Kabar Mimpi Listrik 35.000 MW Jokowi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular