Piala Dunia 2018

Gelandang Bertahan adalah Calon Pelatih Idaman

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2018 15:33
Gelandang Bertahan adalah Calon Pelatih Idaman
Didier Deschamps (AFP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Piala Dunia 2018 sudah memasuki fase-fase akhir. Empat tim sudah memastikan tempat di babak semifinal. Mereka akan memperebutkan tiket ke final, dan kemudian berusaha untuk menjadi yang terbaik di bumi. 

Partai menarik di semifinal akan tersaji kala Prancis berhadapan dengan Belgia. Clash of the titans, pertemuan dua calon juara. Di peringkat Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), Prancis dan Belgia berada di level elit.

Belgia berada di urutan kedua dengan nilai 1.298. Hanya Jerman dan Brasil yang berada di atas Tim Setan Merah. Sementara Prancis menempati rangking ketujuh dengan poin 1.198.
 

Soal 'harga' tim, Prancis adalah yang termahal. CIES Football Observatory, lembaga riset sepakbola yang berbasis di Swiss, menakar 23 pemain di skuat Prancis bernilai total 1,14 miliar euro (Rp 23,76 triliun dengan kurs saat ini). Tidak ada tim yang lebih mahal dibandingkan Prancis, yang dihuni pemain-pemain mahal macam Kylian Mbappe, Antione Griezmann, Paul Pogba, dan sebagainya. 


Sementara Belgia menduduki peringkat ketujuh tim termahal versi CIES dengan nilai 835 juta euro (Rp 14,06 triliun). Skuat Belgia diisi pemain-pemain top seperti Kevin de Bruyne, Eden Hazard, hingga Romelu Lukaku. 

Mbappe dan Griezmann akan menghadapi duet Jan Vertonghen-Toby Alderweireld di jantung pertahanan Belgia. Sementara De Bruyne-Harard akan adu cerdik dengan Pogba-N'golo Kante. Sedangkan Lukaku akan mencoba menembus rapatnya duet Samuel Umtiti-Raphael Varane di pusat pertahanan Prancis. 

Duel pemain-pemain kelas wahid ini tentu menjanjikan tontonan yang menarik. Mereka akan bertarung membela nama negara, dan tentu saja mempromosikan jasa mereka di hadapan dunia. 

Namun, ada hal lain yang menarik dalam partai ini, yaitu jajaran pelatihnya. Prancis dibesut sang mantan kapten peraih Piala Dunia 1998, Didier Deschamps. Belgia dilatih Roberto Martinez, yang berjasa menguatkan Swansea City dan Everton di Liga Primer Inggris. 

Mereka berdua adalah sama-sama bekas pemain. Menariknya, Deschamps dan Martinez punya posisi yang sama, yaitu gelandang bertahan.

Nasibnya memang beda karena Deschamps pernah menjadi juara dunia dan membela klub besar macam Juventus atau Chelsea. Sedangkan Martinez menghabiskan karier di klub-klub menengah seperti Real Zaragoza, Wigan Athletic, atau Swansea.  

Meski begitu, keduanya relatif berhasil membawa tim nasional asuhannya. Generasi Emas Belgia di bawah komando Martinez berubah menjadi tim yang solid. Meski diisi pemain-pemain bintang dengan ego selangit, Martinez berhasil menyatukan mereka.  

Bahkan Martinez berani mendepak Radja Nainggolan dari tim yang akan dibawa ke Rusia 2018, karena dianggap tidak akan cocok dengan skema. Walau langkah ini memantik aksi demonstrasi di markas Federasi Sepakbola Belgia (KBV), Martinez cuek saja. Dia lebih mementingkan keharmonisan tim ketimbang kebintangan seseorang. Hasilnya, Belgia bukan tim yang berpusat di satu-dua pemain. 

Deschamps juga lumayan sukses membentuk Tim Ayam Jantan. Seperti Martinez, Dezchamps pun mampu mengarahkan anak-anak muda Prancis menjadi kekuatan luar biasa.  

Rata-rata usia di skuat Prancis membuat iri, yaitu 26 tahun! Mereka adalah tim termuda kedua setelah Nigeria dengan usia rata-rata 25,9 tahun. Tim ini penuh gairah, energi, dan lapar gelar. 


Mengapa Martinez dan Deschamps sukses menjadi pelatih dan mampu menyatukan tim? Mungkin saja jawabannya ada di posisi mereka sebagai pemain, yaitu gelandang bertahan. 

Jika seorang playmaker adalah otak di lapangan tengah, maka gelandang bertahan adalah otot. Mereka punya kesangaran bak tukang jagal, tetapi sekaligus punya visi ke mana atau seberapa cepat tim akan bermain. 

Inilah sifat yang dipunyai Martinez atau Deschamps. Mereka tegas dalam membentuk tim, tetapi punya visi ke mana tim ini akan bergerak. 

Gelandang bertahan juga bisa dibilang seorang pemain dengan kemampuan komplit. Mereka adalah garis pertahanan paling awal yang dihadapi pemain lawan sebelum bertemu dengan para bek. Soal bertahan, mereka punya tekniknya.


Tidak hanya itu, gelandang bertahan juga punya visi dalam menyerang. Setelah memutus serangan lawan, seorang gelandang bertahan harus memutuskan dalam hitungan detik atau bahkan sepersekian detik ke mana permainan akan menuju. Apakah perlu tempo cepat, mengulur waktu, diputuskan oleh sang DMC. 

Kemampuan ini sangat berguna kala si pemain memutuskan menjadi pelatih setelah gantung sepatu. Mereka jadi punya kemampuan membaca kebutuhan tim. Saat melawan siapa harus bermain seperti apa, kapan perlu bermain cepat, kapan perlu menahan tempo sambil memaksimalkan serangan balik, dan sebagainya. 

Terakhir, jangan lupa atribut terpenting dari seorang gelandang bertahan adalah work rate alias determinasi. Minimal 15 kalau di Football Manager.

Saat bermain, seorang gelandang bertahan bukanlah yang paling mencolok atau yang paling cantik. Namun mereka siap berkorban demi keseimbangan tim, menjadi unsung hero yang bekerja salam diam. 

Oleh karena itu, banyak contoh eks gelandang bertahan yang menjelma menjadi pelatih papan atas. Selain Martinez dan Deschamps, ada pula Fabio Capello, Carlo Ancelotti, Josep 'Pep' Guardiola, sampai Diego Simeone. 

Mereka semua punya karakter yang hampir serupa. Tegas, keras, tapi punya visi untuk mengarahkan tim menuju kejayaan.

Ke depan, buka tidak mungkin gelandang bertahan di era sekarang menjadi pelatih top di masa depan. Mungkin 20 tahun lagi seorang N'golo Kante akan mengikuti jejak Deschamps melatih tim nasional Prancis dan menjadi calon juara dunia. Qui sait...?


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/prm) Next Article Deretan Pemain Mahal di Piala Dunia 2018

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular