Piala Dunia 2018
Belgia vs Inggris: Generasi Emas vs Tim Terbaik Sejak 1966?
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
28 June 2018 17:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Piala Dunia 2018 akan kembali bergulir nanti malam, dengan menyajikan pertandingan besar antara tim nasional (timnas) Inggris melawan Belgia. Laga nanti malam memang diperkirakan hanya akan menjadi partai hiburan, mengingat kedua tim sama-sama sudah menginjakkan kakinya di babak 16 besar.
Terlebih, sebenarnya kedua negara tersebut sama-sama tidak terlalu ngoyo mengejar posisi pole position di Grup G, karena calon lawan mereka di babak 16 besar cenderung punya kekuatan yang sama, yakni Jepang, Senegal, dan Kolombia. Tidak ada negara raksasa yang harus dihindari.
Bahkan, pelatih Belgia Roberto Martinez sudah menyatakan bahwa kemenangan pada pertandingan nanti malam bukanlah prioritas. "Kita akan menampilkan performa bagus tapi tidak memprioritaskan kemenangan," tegas eks pelatih Everton tersebut pada konferensi pers hari Rabu (27/6/2018) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters.
"Ada beberapa pemain dengan kartu kuning, dan saya berpikir secara profesional untuk menghindarkan pemain-pemain tersebut dari risiko absen di fase gugur," tambah Martinez.
Berdasarkan statistik dari FIFA.com, memang ada 3 pemain kunci Belgia yang sudah mengantongi kartu kuning, yakni Jan Vertonghen, Kevin De Bruyne, dan Thomas Meunier. Hampir dipastikan pelatih berkebangsaan Spanyol tersebut akan mengistirahatkan trio pemain yang disebutkan di atas.
Walaupun pertandingan nanti malam diperkirakan hanya akan menjadi laga "pemanasan" sebelum babak perdelapan final, perlu dicatat bahwa perjumpaan Inggris dan Belgia ini sebenarnya cukup menarik perhatian. Belgia yang dijuluki The Golden Generation, melawan Inggris yang mendapat cap The Best Team Since 1966.
Belgia - The Golden Generation
Sejak Piala Dunia 2014 di Brasil, timnas Belgia sudah digadang-digadang sebagai tim yang sedang memasuki generasi emasnya. Bagaimana tidak, skuat mereka saat itu dihuni oleh sederetan pemain yang mencicipi gelar juara di sejumlah liga terbesar Eropa.
Thibaut Courtois dan Toby Alderweireld adalah punggawa Atletico Madrid yang mengangkat trofi La Liga Spanyol edisi 2013-2014. Vincent Kompany adalah palang pintu kebanggaan Manchester City yang menjadi juara Premier League 2013-2014, sementara Thomas Vermaelen membawa Arsenal menjadi kampiun Piala FA 2013-2014. Dari Italia, Dries Mertens merupakan bagian dari Napoli yang menjuari Coppa Italia 2013-2014. Cerita itu belum menghitung Eden Hazard yang dianugerahi PFA Young Player of The Year 2013-2014.
Lahirnya generasi emas di Belgia tidak lepas dari tangan dingin mantan Direktur Teknikal Belgia Michael Sablon. Pada September 2006, Sablon menuliskan rencana untuk merevolusi sepak bola Belgia, dan secara serius mengimplementasikannya melalui tiga langkah.
Pertama, terinspirasi dari perjalanannya ke sejumlah fasilitas pelatihan di Prancis, Belanda, dan Jerman, Sablon mendorong anak-anak muda di Belgia untuk bermain menggunakan formasi 4-3-3 yang fleksibel, sesuai dengan formasi timnas saat itu. Sablon sampai membuat brosur dan berkeliling ke setiap klub, sekolah, dan pelatih, untuk memberikan pengarahan.
Kedua, tim anak-anak muda di Belgia diarahkan untuk tidak lagi hanya berfokus pada hasil. Sablon melakukan sebuah studi terhadap 1.500 video pertandingan tim muda Belgia, dan menemukan bahwa apa yang ditekankan hanyalah kemenangan. Sementara, porsi pengembangan pemain sendiri cenderung tidak diperhatikan secara serius.
Sablon akhinya mengambil langkah tegas. Dia memastikan bahwa pertandingan untuk tim anak berusia di bawah 7 dan 8 tahun (U-7 dan U-8) tidak lagi memakai sistem peringkat secara tabel.
"Tujuan dari tim muda tidak boleh lagi hanya untuk memenangkan pertandingan, tapi untuk mengembangkan pemain. Hal ini tidak mudah, saya secara personal diserang oleh media dan orang-orang di federasi sepak bola Belgia," ucap Sablon, seperti dikutip dari BBC.
Ketiga, Sablon membuat peraturan bahwa saat pemain dipindahkan ke level yang lebih tinggi, sebagai contoh, dari U-17 ke U-19, dia tidak diperbolehkan untuk kembali ke U-17. Bahkan, untuk pertandingan paling krusial sekalipun.
"Saya akan memberimu contoh. Vincent Kompany mungkin hanya bermain dua pertandingan dengan tim U-19, tiga pertandingan dengan U-21, dan dia langsung beranjak ke timnas (utama). Kita tidak pernah membawa dia kembali (ke level yang lebih rendah), bahkan untuk bermain di pertandingan terbesar sekalipun," jelas Sablon.
(RHG/RHG) Next Article Ribetnya Penjualan Tiket Piala Dunia 2018
Terlebih, sebenarnya kedua negara tersebut sama-sama tidak terlalu ngoyo mengejar posisi pole position di Grup G, karena calon lawan mereka di babak 16 besar cenderung punya kekuatan yang sama, yakni Jepang, Senegal, dan Kolombia. Tidak ada negara raksasa yang harus dihindari.
Bahkan, pelatih Belgia Roberto Martinez sudah menyatakan bahwa kemenangan pada pertandingan nanti malam bukanlah prioritas. "Kita akan menampilkan performa bagus tapi tidak memprioritaskan kemenangan," tegas eks pelatih Everton tersebut pada konferensi pers hari Rabu (27/6/2018) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters.
Berdasarkan statistik dari FIFA.com, memang ada 3 pemain kunci Belgia yang sudah mengantongi kartu kuning, yakni Jan Vertonghen, Kevin De Bruyne, dan Thomas Meunier. Hampir dipastikan pelatih berkebangsaan Spanyol tersebut akan mengistirahatkan trio pemain yang disebutkan di atas.
Walaupun pertandingan nanti malam diperkirakan hanya akan menjadi laga "pemanasan" sebelum babak perdelapan final, perlu dicatat bahwa perjumpaan Inggris dan Belgia ini sebenarnya cukup menarik perhatian. Belgia yang dijuluki The Golden Generation, melawan Inggris yang mendapat cap The Best Team Since 1966.
Belgia - The Golden Generation
Sejak Piala Dunia 2014 di Brasil, timnas Belgia sudah digadang-digadang sebagai tim yang sedang memasuki generasi emasnya. Bagaimana tidak, skuat mereka saat itu dihuni oleh sederetan pemain yang mencicipi gelar juara di sejumlah liga terbesar Eropa.
Thibaut Courtois dan Toby Alderweireld adalah punggawa Atletico Madrid yang mengangkat trofi La Liga Spanyol edisi 2013-2014. Vincent Kompany adalah palang pintu kebanggaan Manchester City yang menjadi juara Premier League 2013-2014, sementara Thomas Vermaelen membawa Arsenal menjadi kampiun Piala FA 2013-2014. Dari Italia, Dries Mertens merupakan bagian dari Napoli yang menjuari Coppa Italia 2013-2014. Cerita itu belum menghitung Eden Hazard yang dianugerahi PFA Young Player of The Year 2013-2014.
Lahirnya generasi emas di Belgia tidak lepas dari tangan dingin mantan Direktur Teknikal Belgia Michael Sablon. Pada September 2006, Sablon menuliskan rencana untuk merevolusi sepak bola Belgia, dan secara serius mengimplementasikannya melalui tiga langkah.
Pertama, terinspirasi dari perjalanannya ke sejumlah fasilitas pelatihan di Prancis, Belanda, dan Jerman, Sablon mendorong anak-anak muda di Belgia untuk bermain menggunakan formasi 4-3-3 yang fleksibel, sesuai dengan formasi timnas saat itu. Sablon sampai membuat brosur dan berkeliling ke setiap klub, sekolah, dan pelatih, untuk memberikan pengarahan.
Kedua, tim anak-anak muda di Belgia diarahkan untuk tidak lagi hanya berfokus pada hasil. Sablon melakukan sebuah studi terhadap 1.500 video pertandingan tim muda Belgia, dan menemukan bahwa apa yang ditekankan hanyalah kemenangan. Sementara, porsi pengembangan pemain sendiri cenderung tidak diperhatikan secara serius.
Sablon akhinya mengambil langkah tegas. Dia memastikan bahwa pertandingan untuk tim anak berusia di bawah 7 dan 8 tahun (U-7 dan U-8) tidak lagi memakai sistem peringkat secara tabel.
"Tujuan dari tim muda tidak boleh lagi hanya untuk memenangkan pertandingan, tapi untuk mengembangkan pemain. Hal ini tidak mudah, saya secara personal diserang oleh media dan orang-orang di federasi sepak bola Belgia," ucap Sablon, seperti dikutip dari BBC.
Ketiga, Sablon membuat peraturan bahwa saat pemain dipindahkan ke level yang lebih tinggi, sebagai contoh, dari U-17 ke U-19, dia tidak diperbolehkan untuk kembali ke U-17. Bahkan, untuk pertandingan paling krusial sekalipun.
"Saya akan memberimu contoh. Vincent Kompany mungkin hanya bermain dua pertandingan dengan tim U-19, tiga pertandingan dengan U-21, dan dia langsung beranjak ke timnas (utama). Kita tidak pernah membawa dia kembali (ke level yang lebih rendah), bahkan untuk bermain di pertandingan terbesar sekalipun," jelas Sablon.
Tak perlu waktu lama, Sablon pun mulai memanen buah kegigihannya. Pada 2009, tiga tahun setelah rencana brilian tersebut dibentuk, tim muda Belgia mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan. Anak-anak muda yang paling menjanjikan dibawa untuk berlatih di sekolah pelatihan terpusat yang dibiayai pemerintah. Mereka dilatih dengan pelatih dan fasilitas terbaik di seantero negeri.
Sistem ini kemudian menelurkan nama-nama sekaliber Dries Mertens, Axel Witsel, Mousa Dembele, dan Simon Mignolet. Nama-nama yang kemudian sukses menjejakkan kakinya di lapangan rumput liga-liga besar Eropa.
Sayangnya, pada Piala Dunia 2014, generasi emas Belgia ini masih belum bisa berbuat banyak. Meski mampu memuncaki Grup H saat itu, bahkan dengan catatan sapu bersih, Belgia kemudian harus tersingkir oleh sang finalis Argentina di babak perempat final.
Saat itu, banyak yang beralasan mereka masih kurang pengalaman di ajang sewahid Piala Dunia. Apalagi harus melawan timnas Argentina yang sarat pengalaman. Maklum, gelaran Piala Dunia 2014 merupakan debut bagi sang generasi emas ini.
Tapi, untuk Piala Dunia 2018, minim pengalaman sudah bukan menjadi alasan bagi timnas Belgia. Beberapa pemain kunci bahkan sudah menginjak usia matang. Tengok Eden Hazard (27 tahun), Kevin De Bruyne (27 tahun), Romelu Lukaku (25 tahun), dan Thibaut Courtois (26 tahun).
Mungkin Piala Dunia 2018 adalah saatnya bagi Belgia, sang generasi emas yang lapar gelar. Dua pertandingan awal sudah dilewati dengan mulus. Panama dicukur 3-0 dan Tunisia digilas 5-2. Bukan tidak mungkin sekarang giliran The Three Lions untuk dihajar.
Namun, perlu diingat bahwa punya generasi emas bukan jaminan menjadi juara piala dunia. Tidak semuanya dapat meraih kesuksesan seperti generasi emas Jerman (2006-2014) yang menjuarai Piala Dunia 2014, atau generasi emas Spanyol (2008-2016) yang menjadi kampiun Piala Dunia 2010.
Sebagai contoh, generasi emas Portugal (1998-2006) yang hanya mentok di semi-final Piala Dunia 2006 dan final Piala Eropa 2004. Atau generasi emas Inggris (2001-2010) yang gagal total di setiap turnamen yang diikutinya. Negeri Ratu Elizabeth bahkan gagal lolos ke putaran final Piala Eropa 2008 di Austria-Swiss.
Inggris - Tim Terbaik Sejak 1966
Memiliki liga yang dianggap terbaik di dunia, tidak semerta-merta membuat prestasi timnas Inggris mentereng. Meski dianugerahi pemain-pemain bertalenta, The Three Lions selalu menjadi singa ompong di turnamen internasional.
Selama periode 2001-2010, Inggris memang punya generasi emas yang diiisi oleh nama-nama seperti David Beckham, Ashley Cole, Sol Campbell, Steven Gerrard, Rio Ferdinand, John Terry, Frank Lampard, Wayne Rooney, Michael Owen, hingga Paul Scholes.
Dengan kekuatan seperti itu, Inggris selalu ada di daftar favorit juara Piala Dunia. Sayangnya, prestasi mereka selalu tak sesuai ekspektasi. Timnas Inggris disingkirkan Portugal di perempat final Piala Dunia 2006, dicukur habis 1-4 oleh Jerman di babak 16 besar Piala Dunia 2010, hingga akhirnya sang generasi emas resmi "pensiun" pasca gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2014.
Tapi pada Piala Dunia 2018 ini, nampaknya ada secercah harapan. Kali ini timnas Inggris tampil trengginas. Dalam dua pertandingan awal, mereka sukses menjinakkan Tunisia dengan skor 2-1, dan menggilas tim semenjana Panama dengan skor meyakinkan 6-1. Mereka pun saat ini memimpin Grup G dan sudah dipastikan lolos ke babak 16 besar.
Harapan penggemar Inggris pun kembali menjulang. Tak segan-segan, mereka menyematkan julukan "Tim Terbaik Sejak 1966" pada skuat Inggris saat ini. Sebagai informasi, terakhir dan pertama kalinya tim besutan Gareth Southgate itu menjadi juara Piala Dunia adalah pada tahun 1966, saat Inggris menjadi tuan rumah.
Skuat generasi emas 2001-2010 seolah sudah dilupakan saat ini. Sudah tidak ada lagi yang mengenang kiprah David Beckham cs. Bahkan, mungkin Inggris sekarang sedang membangun generasi emas baru, mengingat banyak pemain muda yang mengisi skuat Inggris di Piala Dunia 2018.
Dari total 23 pemain, hanya ada tiga yang berusia lebih dari 30 tahun. Mereka adalah Gary Cahill dan Ashley Young (32 tahun), serta Jamie Vardy (31 tahun). Dengan begitu, rata-rata usia pemain yang dibawa Gareth Southgate adalah 26 tahun dan 18 hari.
Dua nama paling mencuri perhatian adalah bek kanan belia Liverpool berusia 19 tahun, Trent Alexander-Arnold, dan gelandang 22 tahun Chelsea yang dipinjamkan ke Crystal Palace, Ruben Loftus-Cheek.
"Saya percaya skuad ini bisa membuat kita semua antusias. Ini adalah grup muda, tetapi dengan beberapa pemain senior penting, sehingga saya bisa merasakan keseimbangan yang bagus, baik dalam hal pengalaman, karakter, maupun keseimbangan posisi," ujarnya Southgate di situs resmi FA.
Melihat fakta di atas, sebenarnya akan sangat menarik melihat duel dua tim dengan julukan "The Golden Generation" dan "The Best Team Since 1966". Sayangnya hal itu mungkin belum akan terjadi malam ini. Tapi mungkin saja bisa terjadi di partai final Piala Dunia 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sistem ini kemudian menelurkan nama-nama sekaliber Dries Mertens, Axel Witsel, Mousa Dembele, dan Simon Mignolet. Nama-nama yang kemudian sukses menjejakkan kakinya di lapangan rumput liga-liga besar Eropa.
Sayangnya, pada Piala Dunia 2014, generasi emas Belgia ini masih belum bisa berbuat banyak. Meski mampu memuncaki Grup H saat itu, bahkan dengan catatan sapu bersih, Belgia kemudian harus tersingkir oleh sang finalis Argentina di babak perempat final.
Saat itu, banyak yang beralasan mereka masih kurang pengalaman di ajang sewahid Piala Dunia. Apalagi harus melawan timnas Argentina yang sarat pengalaman. Maklum, gelaran Piala Dunia 2014 merupakan debut bagi sang generasi emas ini.
Tapi, untuk Piala Dunia 2018, minim pengalaman sudah bukan menjadi alasan bagi timnas Belgia. Beberapa pemain kunci bahkan sudah menginjak usia matang. Tengok Eden Hazard (27 tahun), Kevin De Bruyne (27 tahun), Romelu Lukaku (25 tahun), dan Thibaut Courtois (26 tahun).
Mungkin Piala Dunia 2018 adalah saatnya bagi Belgia, sang generasi emas yang lapar gelar. Dua pertandingan awal sudah dilewati dengan mulus. Panama dicukur 3-0 dan Tunisia digilas 5-2. Bukan tidak mungkin sekarang giliran The Three Lions untuk dihajar.
Namun, perlu diingat bahwa punya generasi emas bukan jaminan menjadi juara piala dunia. Tidak semuanya dapat meraih kesuksesan seperti generasi emas Jerman (2006-2014) yang menjuarai Piala Dunia 2014, atau generasi emas Spanyol (2008-2016) yang menjadi kampiun Piala Dunia 2010.
Sebagai contoh, generasi emas Portugal (1998-2006) yang hanya mentok di semi-final Piala Dunia 2006 dan final Piala Eropa 2004. Atau generasi emas Inggris (2001-2010) yang gagal total di setiap turnamen yang diikutinya. Negeri Ratu Elizabeth bahkan gagal lolos ke putaran final Piala Eropa 2008 di Austria-Swiss.
Inggris - Tim Terbaik Sejak 1966
Memiliki liga yang dianggap terbaik di dunia, tidak semerta-merta membuat prestasi timnas Inggris mentereng. Meski dianugerahi pemain-pemain bertalenta, The Three Lions selalu menjadi singa ompong di turnamen internasional.
Selama periode 2001-2010, Inggris memang punya generasi emas yang diiisi oleh nama-nama seperti David Beckham, Ashley Cole, Sol Campbell, Steven Gerrard, Rio Ferdinand, John Terry, Frank Lampard, Wayne Rooney, Michael Owen, hingga Paul Scholes.
Dengan kekuatan seperti itu, Inggris selalu ada di daftar favorit juara Piala Dunia. Sayangnya, prestasi mereka selalu tak sesuai ekspektasi. Timnas Inggris disingkirkan Portugal di perempat final Piala Dunia 2006, dicukur habis 1-4 oleh Jerman di babak 16 besar Piala Dunia 2010, hingga akhirnya sang generasi emas resmi "pensiun" pasca gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2014.
Tapi pada Piala Dunia 2018 ini, nampaknya ada secercah harapan. Kali ini timnas Inggris tampil trengginas. Dalam dua pertandingan awal, mereka sukses menjinakkan Tunisia dengan skor 2-1, dan menggilas tim semenjana Panama dengan skor meyakinkan 6-1. Mereka pun saat ini memimpin Grup G dan sudah dipastikan lolos ke babak 16 besar.
Harapan penggemar Inggris pun kembali menjulang. Tak segan-segan, mereka menyematkan julukan "Tim Terbaik Sejak 1966" pada skuat Inggris saat ini. Sebagai informasi, terakhir dan pertama kalinya tim besutan Gareth Southgate itu menjadi juara Piala Dunia adalah pada tahun 1966, saat Inggris menjadi tuan rumah.
Skuat generasi emas 2001-2010 seolah sudah dilupakan saat ini. Sudah tidak ada lagi yang mengenang kiprah David Beckham cs. Bahkan, mungkin Inggris sekarang sedang membangun generasi emas baru, mengingat banyak pemain muda yang mengisi skuat Inggris di Piala Dunia 2018.
Dari total 23 pemain, hanya ada tiga yang berusia lebih dari 30 tahun. Mereka adalah Gary Cahill dan Ashley Young (32 tahun), serta Jamie Vardy (31 tahun). Dengan begitu, rata-rata usia pemain yang dibawa Gareth Southgate adalah 26 tahun dan 18 hari.
Dua nama paling mencuri perhatian adalah bek kanan belia Liverpool berusia 19 tahun, Trent Alexander-Arnold, dan gelandang 22 tahun Chelsea yang dipinjamkan ke Crystal Palace, Ruben Loftus-Cheek.
"Saya percaya skuad ini bisa membuat kita semua antusias. Ini adalah grup muda, tetapi dengan beberapa pemain senior penting, sehingga saya bisa merasakan keseimbangan yang bagus, baik dalam hal pengalaman, karakter, maupun keseimbangan posisi," ujarnya Southgate di situs resmi FA.
Melihat fakta di atas, sebenarnya akan sangat menarik melihat duel dua tim dengan julukan "The Golden Generation" dan "The Best Team Since 1966". Sayangnya hal itu mungkin belum akan terjadi malam ini. Tapi mungkin saja bisa terjadi di partai final Piala Dunia 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/RHG) Next Article Ribetnya Penjualan Tiket Piala Dunia 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular