Piala Dunia 2018
Jerman Tersingkir dari Piala Dunia 2018 Cuma karena Apes
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2018 16:41

Indikator kedua pembangunan sepakbola Jerman adalah pembinaan pemain muda. Sejak kegagalan di Piala Eropa 2004, Jerman melakukan reformasi total terhadap sepakbola mereka. Mereka tidak mau lagi terjebak di ruang nostalgia kejayaan masa lalu, dan sangat serius untuk mengembangkan bakat-bakat muda.
Federasi Sepakbola Jerman (DFB) menunjuk orang-orang muda sebagai nakhoda di tim nasional, yaitu Juergen Klinsmann, Joachim 'Jogi' Loew, dan Oliver Bierhoff. Mereka bertugas untuk mengubah Jerman menjadi tempatnya sepakbola yang proaktif, agresif, dan menggunakan pendekatan modern.
DFB membentuk 121 pusat pembinaan pembinaan di penjuru negeri untuk mencari bakat-bakat muda. Dua tahun kemudian, seluruh klub Bundesliga sepakat untuk membangun akademi.
Saat ini, pusat pembinaan DFB sudah beranak-pinak menjadi 366. Klub yang memiliki akademi tersertifikasi pun menjadi 54. Jerman tidak mau main-main dengan hal ini, dan mereka menujukkan komitmennya dengan mengeluarkan biaya sekitar 130 juta euro (Rp 2,16 triliun) per tahun.
Hasilnya, klub-klub Bundesliga tidak pernah kekurangan pasokan pemain muda berbakat. Sekarang pun sejumlah darah muda mengisi skuad Jerman di Rusia 2018 seperti Mathhias Ginter (24 tahun), Niklas Sule (22 tahun), Joshua Kimmich (23 tahun), Julian Brandt (22 tahun), Leon Goretzka (23 tahun), sampai Timo Werner (22 tahun).
Setidaknya dua indikator ini membuktikan bahwa Jerman telah membangun sepakbola mereka secara serius, sistematis, dan konsisten. Hasilnya sudah terlihat, yaitu juara dunia 2018 dan juara Piala Konfederasi 2017.
Oleh karena itu, kekalahan atas Korea Selatan dan tersingkirnya Jerman dari Piala Dunia 2018 sepertinya murni kesialan semata. Sebab Jerman sudah membangun prosesnya sepakbola mereka dengan benar. Hasilnya pun sebagian besar positif.
Kalau sekali-sekali kalah, ya namanya manusia. Kadang di atas, kadang di bawah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Federasi Sepakbola Jerman (DFB) menunjuk orang-orang muda sebagai nakhoda di tim nasional, yaitu Juergen Klinsmann, Joachim 'Jogi' Loew, dan Oliver Bierhoff. Mereka bertugas untuk mengubah Jerman menjadi tempatnya sepakbola yang proaktif, agresif, dan menggunakan pendekatan modern.
DFB membentuk 121 pusat pembinaan pembinaan di penjuru negeri untuk mencari bakat-bakat muda. Dua tahun kemudian, seluruh klub Bundesliga sepakat untuk membangun akademi.
Hasilnya, klub-klub Bundesliga tidak pernah kekurangan pasokan pemain muda berbakat. Sekarang pun sejumlah darah muda mengisi skuad Jerman di Rusia 2018 seperti Mathhias Ginter (24 tahun), Niklas Sule (22 tahun), Joshua Kimmich (23 tahun), Julian Brandt (22 tahun), Leon Goretzka (23 tahun), sampai Timo Werner (22 tahun).
Setidaknya dua indikator ini membuktikan bahwa Jerman telah membangun sepakbola mereka secara serius, sistematis, dan konsisten. Hasilnya sudah terlihat, yaitu juara dunia 2018 dan juara Piala Konfederasi 2017.
Oleh karena itu, kekalahan atas Korea Selatan dan tersingkirnya Jerman dari Piala Dunia 2018 sepertinya murni kesialan semata. Sebab Jerman sudah membangun prosesnya sepakbola mereka dengan benar. Hasilnya pun sebagian besar positif.
Kalau sekali-sekali kalah, ya namanya manusia. Kadang di atas, kadang di bawah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular