Internasional

IMF: Perang Dagang Risiko Terbesar untuk Kawasan UE

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
22 June 2018 20:40
IMF kemungkinan akan menurunkan proyeksi perekonomian pada Juli 2018.
Foto: REUTERS/Jorge Adorno
Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi perang dagang Amerika Serikat dengan China yang kembali meningkat adalah risiko perekonomian terbesar untuk kawasan Uni Eropa, kata Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada hari Kamis (21/6/2018).

Meskipun kawasan UE menikmati perluasan ekonomi "diatas potensi" di tahun 2017, "momentum itu sedikit menurun sekarang," kata Christine Lagardge selaku Direktur Pelaksana IMF kepada para jurnalis di Luxembourg. Dia menambahkan bahwa kemungkinan lembaganya akan "sedikit" menurunkan proyeksi perekonomian di bulan Juli, dilansir dari CNBC International.

IMF tidak memprediksi penurunan perekonomian menjadi "tajam", sebagian karena kebijakan moneter akan terus mendukung pertumbuhan di 19 kawasan anggota. Namun, menurut Lagarde, ada serangkaian risiko ekonomi, dan tensi dagang adalah yang nomor satu.

Pada bulan Maret, Trump mengumumkan akan menerapkan tarif 25% untuk baja impor dan 10% untuk aluminium impor. Meskipun terdapat pengecualian sementara, Uni Eropa (UE) dan kawasan euro kembali terserang bea impor itu mulai bulan Juni.

Sebagai bentuk pembalasan, UE pun menerapkan bea impor baru terhadap produk-produk AS seperti jus jeruk, jagung manis, selai kacang dan jeans, sejak hari Jumat (22/6/2018).

Lagarde berkata ke CNBC International bahwa masalah itu bukanlah dampak langsung makroekonomi karena ini adalah "kisaran 0,1% di sini, 0,1% di sana", melainkan dampak kepercayaan diri dari ketegangan.

"Itu adalah tren yang mengkhawatirkan dan pelanggaran kepercayaan diri yang merusak hubungan," katanya.

Lagarde menambahkan bahwa "pembalasan, peningkatan, jika itu terjadi maka Anda berbicara tentang dampak makroekonomi yang lebih tinggi dan, kedua, merusak kepercayaan yang memimpin hubungan kemitraan berdasarkan sistem berbasis aturan."

Bea impor barang lebih tinggi menjadi masalah yang bahkan lebih besar di lingkungan perekonomian saat ini, di mana harga minyak merangkak naik.

"Perhatian khusus saya juga membahas negara-negara miskin yang telah memperoleh keuntungan pertumbuhan lebih baik selama beberapa tahun belakangan, di mana harga komoditas kembali naik. Itu sangat penting bagi mereka, dan bahkan di negara-negara yang lebih maju atau sebaliknya, selalu orang kurang mampu yang paling menderita akibat rintangan ataupun tarif perdagangan," katanya.



(roy) Next Article VIDEO: IMF Sebut Negara-negara Arab Perlu Kurangi Belanja

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular