Bos JP Morgan: Perang Dagang Ancaman Terbesar Ekonomi Global

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
06 April 2018 15:12
Perang dagang AS-China bisa seperti era Great Depression.
Foto: Getty Images/CNBC International
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menggambarkan ancaman terbesar ke perekonomian dunia, kata Kepala J.P. Morgan Chase International Jacob Frenkel pada hari Jumat (6/4/2018).

"Saya pikir itu adalah bahaya terbesar hari ini untuk perekonomian dunia," kata Jacob Frenkel kepada CNBC di acara European House Ambrosetti Forum ketika ia diminta komentar tentang meningkatnya bea impor yang dicanangkan oleh pemerintah Washington dan Beijing.

"Tetap saja itu bukanlah perang dagang. Saya menyebutnya ada beberapa pertemburan kecil," kata Frenkel. "Menurut saya seharusnya kita semua mengingat bencana di tahun 1931, ketika selalu ada niat baik untuk melindungi lapangan kerja Amerika dan hasilnya adalah katalis menuju Great Depression. Kita harus menghindari itu, apapun yang terjadi."

Komentar Frenkel tersebut muncul di tengah perselisihan dagang yang memanas antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Konflik yang telah mendominasi headline selama beberapa pekan tersebut dimulai oleh pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang tarif terhadap baja dan aluminium impor di awal Maret 2018.

Aksi berbalas ancaman masih belanjut seraya Beijing mengungkapkan bea impor sebesar 25% terhadap 106 produk ekspor AS menjadi US$50 miliar (Rp 689 triliun) per tahun pada hari Rabu (4/4/2018).

Sehari berselang, Trump meningkatkan taruhannya Kamis (5/4/2018) ketika dia mengatakan telah menginstruksikan Perwakilan Perdagangan AS untuk mempertimbangkan tarif tambahan senilai $100 miliar terhadap China.

Frenkel menunjukkan empati dalam peringatannya tentang perselisihan ekonomi yang memanas ini.

 "Sebuah dunia yang saling bergantung, saling terhubung, tidak mampu menyerang satu sama lain," katanya. "Dunia di mana hukuman mata ganti mata diberlakukan adalah dunia yang buta."

Ketika ditanya apakah China mau bernegosiasi, Frenkel menjawab dengan pernyataan persetujuan.


"Orang China itu sangat rasional," katanya. "Namun semua negosiasi  harus dilakukan dengan hormat [...] Tidak ada penyerangan, hanya
berdiskusi."

Sementara itu, bankir yang merupakan mantan konselor ekonomi di Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), memuji kebijakan ekonomi domestik pemerintah Trump, khususnya reformasi pajak korporasi, pemulangan pendapatan yang ditahan di luar negeri dan deregulasi.

Frenkel berkata dia tidak akan menjadi juru bicara untuk pemerintah AS, tetapi langkah kebijakan tersebut sudah diterima dengan sangat antusiasi oleh sektor bisnis.

"Jika Anda ingin perbaikan nyata, Anda harus membuat sektor bisnis memperluas perekrutan dan investasi modal mereka," katanya. Ia menyebut kinerja perekonomian dunia sepuluh tahun pasca krisis keuangan sebagai "sangat seimbang dan positif".
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular