Internasional
Mahathir Incar Investor Asing untuk Kembangkan Teknologi
Roy Franedya, CNBC Indonesia
19 June 2018 18:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Malaysia menyatakan dapat memperluas insentif pajak baru untuk investasi asing pada bidang-bidang seperti teknologi jika perusahaan berjanji menciptakan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik untuk warga Malaysia. Hal ini diungkapkan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, Selasa (19/6/2018) seperti dilansir dari Reuters.
Pernyataan itu bisa meredakan kekhawatiran para investor asing di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu setelah Mahathir memulai peninjauan kembali proyek-proyek besar yang disetujui oleh mantan perdana menteri Najib Razak, terutama yang melibatkan perusahaan-perusahaan China.
Dalam wawancaranya kepada Reuters, Mahathir mengatakan pemerintahnya akan menyambut investasi "dari China atau negara lain" jika perusahaan bersedia berkomitmen menjalankan proyek-proyek yang menciptakan lapangan kerja bagi pekerja terampil di bidang-bidang seperti teknologi dan penelitian dan pengembangan.
"Sebelumnya kami membutuhkan pekerjaan, jadi pihak-pihak yang memiliki bisnis perakitan besar menggunakan tenaga kerja manual, mereka kami terima. Tetapi sekarang kami menginginkan pekerja intelektual, "kata Mahathir.
Untuk menarik investasi, pada beberapa kasus khusus pemerintah dapat memperpanjang keringanan pajak di atas 10 tahun, batas insentif pajak yang saat ini ditawarkan.
Hingga saat ini, Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia telah mengizinkan perusahaan yang berinvestasi di negara tersebut mengklaim keringanan pajak penghasilan antara lima hingga 10 tahun.
"Kami sudah bersedia meringankan pajak selama 10 tahun dan mungkin lebih dari itu," kata Mahathir. "Kami dapat memberi mereka insentif apa pun yang kami mampu. Tujuan utama kami adalah menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang kami."
Sebagai contoh dari jenis investasi yang ingin dilihat oleh pemerintah baru, Mahathir mengutip langkah Alibaba Group untuk membuka kantor di Malaysia minggu ini. Raksasa e-commerce China sedang dalam proses menyiapkan pusat logistik di Malaysia.
Pendiri Alibaba Jack Ma, yang berada di Kuala Lumpur untuk peresmian kantor, bertemu dengan Mahathir pada hari Senin dan mendiskusikan potensi untuk menggunakan Malaysia sebagai pusat manufaktur untuk ekspor kembali ke China, kata Mahathir.
"Dia memiliki ide bagus tentang bagaimana membantu Malaysia memproduksi barang untuk diekspor ke China," kata Mahathir.
Pernyataan itu bisa meredakan kekhawatiran para investor asing di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu setelah Mahathir memulai peninjauan kembali proyek-proyek besar yang disetujui oleh mantan perdana menteri Najib Razak, terutama yang melibatkan perusahaan-perusahaan China.
Untuk menarik investasi, pada beberapa kasus khusus pemerintah dapat memperpanjang keringanan pajak di atas 10 tahun, batas insentif pajak yang saat ini ditawarkan.
Hingga saat ini, Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia telah mengizinkan perusahaan yang berinvestasi di negara tersebut mengklaim keringanan pajak penghasilan antara lima hingga 10 tahun.
"Kami sudah bersedia meringankan pajak selama 10 tahun dan mungkin lebih dari itu," kata Mahathir. "Kami dapat memberi mereka insentif apa pun yang kami mampu. Tujuan utama kami adalah menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang kami."
Sebagai contoh dari jenis investasi yang ingin dilihat oleh pemerintah baru, Mahathir mengutip langkah Alibaba Group untuk membuka kantor di Malaysia minggu ini. Raksasa e-commerce China sedang dalam proses menyiapkan pusat logistik di Malaysia.
Pendiri Alibaba Jack Ma, yang berada di Kuala Lumpur untuk peresmian kantor, bertemu dengan Mahathir pada hari Senin dan mendiskusikan potensi untuk menggunakan Malaysia sebagai pusat manufaktur untuk ekspor kembali ke China, kata Mahathir.
"Dia memiliki ide bagus tentang bagaimana membantu Malaysia memproduksi barang untuk diekspor ke China," kata Mahathir.
Next Page
Menjauhi China, Merangkul Jepang
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular