Gara-gara Perang Dagang, Mata Uang Asia Loyo Lawan Dolar AS
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 June 2018 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat tertekan, dolar Amerika Serikat (AS) berbalik perkasa. Di Asia, mata uang utama cenderung melemah akibat perang dagang AS vs China.
Pada Selasa (19/6/2018) pukul 16:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat sampai 0,32%. Indeks ini mulai berbalik pada siang hari setelah sempat melemah.
Tidak hanya terhadap mata uang utama, dolar juga digdaya terhadap mata uang Asia. Bahkan apresiasi greenback cukup tajam, seperti melampaui 1% terhadap won Korea Selatan. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS di hadapan beberapa mata uang utama regional:
Mata uang Asia melemah akibat perkembangan terbaru perang dagang. Setelah akhir pekan lalu mengumumkan bea masuk 25% bagi 818 produk China, kini Presiden AS Donald Trump akan menambah lagi kebijakan proteksi perdagangan.
Kali ini, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk 10% bagi berbagai produk asal Negeri Tirai Bambu. Ancaman ini muncul setelah China membalas perlakuan AS dengan menerapkan bea masuk 25% bagi 659 produk Negeri Paman Sam.
Ketika produk-produk China yang masuk ke AS kena bea masuk, maka harganya akan naik. Saat kenaikan harga itu diteruskan ke tingkat konsumen, maka hasilnya adalah inflasi.
Jika laju inflasi AS terus terakselerasi, maka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif semakin terbuka. Sebab, obat yang ampuh untuk menekan ekspektasi inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga.
Ini menjadi kabar positif bagi greenback. Kenaikan suku bunga akan membuat instrumen berbasis mata uang ini semakin menarik karena menjanjikan keuntungan lebih. Saat instrumen berbasis dolar AS diburu, maka mata uang ini menjadi punya pijakan untuk menguat.
Persepsi ini yang sedang terjadi di pasar. Akibatnya, investor memilih untuk memborong dolar AS sekarang sebelum nanti nilainya semakin mahal. Jadilah dolar AS menguat terhadap berbagai mata uang, termasuk di Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Pada Selasa (19/6/2018) pukul 16:11 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat sampai 0,32%. Indeks ini mulai berbalik pada siang hari setelah sempat melemah.
![]() |
Tidak hanya terhadap mata uang utama, dolar juga digdaya terhadap mata uang Asia. Bahkan apresiasi greenback cukup tajam, seperti melampaui 1% terhadap won Korea Selatan. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS di hadapan beberapa mata uang utama regional:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 109,87 | -0,61 |
Yuan China | 6,47 | +0,55 |
Won Korea Selatan | 1.114,85 | +1,12 |
Dolar Taiwan | 30,27 | +0,40 |
Rupee India | 68,29 | +0,38 |
Dolar Singapura | 1,36 | +0,60 |
Ringgit Malaysia | 4,00 | +0,13 |
Baht Thailand | 32,84 | +0,58 |
Peso Filipina | 53,30 | -0,05 |
Mata uang Asia melemah akibat perkembangan terbaru perang dagang. Setelah akhir pekan lalu mengumumkan bea masuk 25% bagi 818 produk China, kini Presiden AS Donald Trump akan menambah lagi kebijakan proteksi perdagangan.
Kali ini, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk 10% bagi berbagai produk asal Negeri Tirai Bambu. Ancaman ini muncul setelah China membalas perlakuan AS dengan menerapkan bea masuk 25% bagi 659 produk Negeri Paman Sam.
Ketika produk-produk China yang masuk ke AS kena bea masuk, maka harganya akan naik. Saat kenaikan harga itu diteruskan ke tingkat konsumen, maka hasilnya adalah inflasi.
Jika laju inflasi AS terus terakselerasi, maka kemungkinan The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif semakin terbuka. Sebab, obat yang ampuh untuk menekan ekspektasi inflasi adalah dengan menaikkan suku bunga.
Ini menjadi kabar positif bagi greenback. Kenaikan suku bunga akan membuat instrumen berbasis mata uang ini semakin menarik karena menjanjikan keuntungan lebih. Saat instrumen berbasis dolar AS diburu, maka mata uang ini menjadi punya pijakan untuk menguat.
Persepsi ini yang sedang terjadi di pasar. Akibatnya, investor memilih untuk memborong dolar AS sekarang sebelum nanti nilainya semakin mahal. Jadilah dolar AS menguat terhadap berbagai mata uang, termasuk di Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular