Internasional

Posisi Angela Merkel Terancam Karena Sikap Soal Imigran

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 June 2018 19:42
CSU, partai sekutu Merkel sangat menerima Imigran sementara partai Merkel ingin membatasi imigran.
Foto: REUTERS/Axel Schmidt
Jakarta, CNBC Indonesia - Perpecahan antara Partai Christian Democratic Union (CDU) di kubu Konselor Jerman Angela Merkel dengan kubu saudara perempuannya di Partai Christian Social Union (CSU) tentang imigrasi mengancam masa kepemimpinan Merkel sebagai peimpin Jerman selama 12 tahun.

Koalisi utama pemerintah Jerman dibentuk di bulan Maret setelah kebuntuan politik selama lima bulan sejak pemilu September tahun lalu. Hal itu membuat Merkel menjabat sebagai konselor Jerman selama empat periode.

Pemilu itu menunjukkan kemajuan pesat dalam dukungan untuk partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD). Partai itu berkampanye menentang kebijakan terbuka Merkel terhadap pengungsi dan imigran dari Timur Tengah dan Afrika.

Kini CSU, khawatir kehilangan semakin banyak dukungan dari basis konservatifnya, mengancam untuk menarik diri dari koalisi utama negara itu kecuali Merkel memperkuat sikap imigrasinya.
"Sumber-sumber saya di Berlin mengatakan situasi ada di ujung tanduk sekarang. Beberapa bahkan memberi probabilitas 80% bahwa Merkel akan mundur dalam kurun waktu dua minggu," kata Nina Schick selaku Direktur di konsultan politik Rasmussen Global melalui sambungan telepon dengan CNBC International hari Jumat (15/6/2018).

Meskipun begitu, Schick memperingatkan bahwa meremehkan Merkel selalu menjadi permainan berbahaya. "Aturan fundamental di politik Jerman sejak 2006 adalah jangan meremehkan Merkel," tambahnya.

Partai CSU yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer sudah lama menjadi sekutu setia dari partai CDU Merkel. Namun, CSU memiliki basis di Bavaria, daerah konservatif di selatan Jerman yang menerima sebagian besar imigran di tahun 2015.

CSU mengatakan pihaknya sekarang ingin perbatasan ditutup untuk imigran dan mereka yang mencoba masuk Jerman harus dikembalikan ke negara Eropa di mana mereka pertama kali terdaftar.

Pada hari Kamis (14/6/2018), Merkel mengusulkan "koalisi bersedia", alternatif di mana negara-negara seperti Italia dan Yunani di garis depan Mediterania akan menyepakati sebuah perjanjian dengan negara-negara yang bersedia menampung dan merawat persentase imigran yang datang.

Kini, berbagai pemberitaan di media Jerman menunjukkan bahwa CSU, karena tidak senang dengan rencana Merkel, akan mengakhiri dukungan panjangnya untuk CDU. Tindakan itu akan membuat politik Jerman menjadi kacau.

Namun, menurut Schick ancaman itu hanya bisa menjadi sebuah strategi untuk mencegah CSU kehilangan suara ke AfD di Bavaria dalam pemilu regional.

"Apakah hanya menunjukkannya untuk membuat mereka terlihat seperti pembela perbatasan yang ketat menjelang pemilu daerah? Atau ini sesuatu yang sangat ingin mereka lakukan untuk menggulingkan Merkel?" katanya.

Analis Eropa ini mengatakan bahkan jika CSU meninggalkan koalisi, belum jelas dampaknya secara konstitusional karena dia membutuhkan seseorang untuk memenangkan suara mayoritas di Parlemen.

Schick mengatakan orang itu tidak segera kelihatan dan segala kebalikan untuk risiko pemilu nasional memberi peluang bagi AfD untuk memperoleh lebih banyak suara.

Euro bergejolak karena berita bohong

Sementara itu, sebuah radio Jerman pada hari Jumat mengatakan Seehofer telah mengumumkan akhir dari aliansi CDU-CSU yang menyebabkan euro anjlok dan saham Jerman turun.

Pemberitaan awal menggunakan sumber sebuah cuitan dari majalah satir dan dalam hitungan menit disebut sebagai kabar bohong atau hoax. Anggota dewan senior CSU juga menyebut berita itu "sampah". Setelah itu, euro dan saham Jerman segera pulih dari penurunannya.


(roy) Next Article Pada Tahun 2017 Ekonomi Jerman Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular