Internasional
Inflasi Ribuan Persen, Maduro Tetap Menangi Pemilu Venezuela
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 May 2018 11:40

Venezuela, CNBC Indonesia - Pemimpin politik sayap kiri Venezuela, Nicolas Maduro, akan kembali memimpin negara eksportir minyak Amerika Latin ini hingga enam tahun ke depan. Kepastian ini didapatkan setelah Maduro dinyatakan memenangi pemilihan umum (pemilu) pada Minggu (20/5/2018).
Saingan utama Maduro dari partai oposisi menolak hasil pemilu dan menyatakan ada kejanggalan besar dalam pesta demokrasi tersebut dan dianggap sebagai lelucon yang menopang kediktatoran.
Kemenangan mantan sopir bus berusia 55 tahun ini, yang menggantikan Hugo Chavez setelah kematiannya akibat kanker pada 2013, dapat memicu babak baru sanksi negara-negara barat terhadap pemerintah sosialis yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi akut itu, Reuters melaporkan.
Eksportir minyak utama Amerika Latin itu mengalami krisis ekonomi dan politik yang disebabkan jatuhnya harga emas hitam, juga akibat protes anti-pemerintah yang keras.
Ekonomi negara yang memiliki sekitar 30 juta penduduk tersebut telah menyusut semenjak 2014. Dalam lima tahun terakhir, produk domestik bruto (PDB) Venezuela telah turun 45% menurut Dana Moneter Internasional (IMF), yang memperkirakan akan terjadi penurunan lebih lanjut sebesar 13% pada tahun ini.
IMF pada bulan April mengatakan keruntuhan ekonomi Venezuela merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah modern.
Inflasi di Venezuela mencapai 13.779% pada tahun 2017, menurut sebuah penelitian yang dirilis bulan ini oleh Majelis Nasional yang didominasi kubu oposisi. Lembaga ini menegaskan proyeksi lain, yang menganggap Venezuela memiliki tingkat inflasi tertinggi di dunia.
Namun tetap saja Maduro berhasil memenangkan suara rakyatnya. Dewan Pemilu Venezuela, yang dijalankan oleh loyalis Maduro, mengatakan sang petahana memperoleh 5,8 juta suara, versus 1,8 juta untuk penantang terdekatnya Henri Falcon, mantan gubernur yang dipecat dan terjadi boikot oposisi.
"Mereka meremehkan saya," Maduro mengatakan pada pendukung di panggung di luar istana presiden Miraflores di pusat kota Caracas ketika kembang api terdengar dan konfeti jatuh ke kerumunan.
Jumlah pemilih pada pemilu kali ini mencapai 46,1% dari total penduduk, kata dewan pemilihan. Jumlah ini jauh lebih rendah dari jumlah pemilih pada 2013 yang mencapai 80% dari total penduduk.
"Prosesnya tak diragukan lagi tidak memiliki legitimasi dan karena itu kami tidak mengakuinya," kata Falcon, mantan gubernur negara bagian berusia 56 tahun, yang terlihat putus asa. Falcon memang menolak hasil pemilihan pada hari Minggu, dan menyerukan pemungutan suara ulange.
Falcon, mantan anggota Partai Sosialis menyeberang ke oposisi pada tahun 2010, mengatakan dia marah pada pemerintah yang menempatkan hampir 13.000 stan pro-pemerintah di dekat tempat pemungutan suara nasional.
Rakyat miskin yang ikut pemilu dijanjikan akan menerima 'hadiah' dari Maduro, oposisi menganggap ini sebagai praktik pembeli suara. 'Hadiah' dapat berupa kotak makanan dan transfer uang.
Saingan utama Maduro dari partai oposisi menolak hasil pemilu dan menyatakan ada kejanggalan besar dalam pesta demokrasi tersebut dan dianggap sebagai lelucon yang menopang kediktatoran.
Ekonomi negara yang memiliki sekitar 30 juta penduduk tersebut telah menyusut semenjak 2014. Dalam lima tahun terakhir, produk domestik bruto (PDB) Venezuela telah turun 45% menurut Dana Moneter Internasional (IMF), yang memperkirakan akan terjadi penurunan lebih lanjut sebesar 13% pada tahun ini.
IMF pada bulan April mengatakan keruntuhan ekonomi Venezuela merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah modern.
Inflasi di Venezuela mencapai 13.779% pada tahun 2017, menurut sebuah penelitian yang dirilis bulan ini oleh Majelis Nasional yang didominasi kubu oposisi. Lembaga ini menegaskan proyeksi lain, yang menganggap Venezuela memiliki tingkat inflasi tertinggi di dunia.
Namun tetap saja Maduro berhasil memenangkan suara rakyatnya. Dewan Pemilu Venezuela, yang dijalankan oleh loyalis Maduro, mengatakan sang petahana memperoleh 5,8 juta suara, versus 1,8 juta untuk penantang terdekatnya Henri Falcon, mantan gubernur yang dipecat dan terjadi boikot oposisi.
"Mereka meremehkan saya," Maduro mengatakan pada pendukung di panggung di luar istana presiden Miraflores di pusat kota Caracas ketika kembang api terdengar dan konfeti jatuh ke kerumunan.
Jumlah pemilih pada pemilu kali ini mencapai 46,1% dari total penduduk, kata dewan pemilihan. Jumlah ini jauh lebih rendah dari jumlah pemilih pada 2013 yang mencapai 80% dari total penduduk.
"Prosesnya tak diragukan lagi tidak memiliki legitimasi dan karena itu kami tidak mengakuinya," kata Falcon, mantan gubernur negara bagian berusia 56 tahun, yang terlihat putus asa. Falcon memang menolak hasil pemilihan pada hari Minggu, dan menyerukan pemungutan suara ulange.
Falcon, mantan anggota Partai Sosialis menyeberang ke oposisi pada tahun 2010, mengatakan dia marah pada pemerintah yang menempatkan hampir 13.000 stan pro-pemerintah di dekat tempat pemungutan suara nasional.
Rakyat miskin yang ikut pemilu dijanjikan akan menerima 'hadiah' dari Maduro, oposisi menganggap ini sebagai praktik pembeli suara. 'Hadiah' dapat berupa kotak makanan dan transfer uang.
Next Page
Melawan Imperialis
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular