
ESDM Usul Subsidi Solar Naik Jadi Rp 1500 per Liter
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
14 May 2018 15:23

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan subsidi untuk bensin jenis solar menjadi Rp 1500 per liter. Jumlah ini naik hingga 200% untuk alokasi subsidi solar yang saat ini hanya diberikan Rp 500 per liter.
"Perkiraannya sekitar Rp 1000 ya per liter. Sekarang kan Rp 500 per liter. Nanti usulannya ditambah Rp 1000 per liter jadi Rp 1500 per liter," ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto saat dijumpai di kementerian, Senin (14/5/2018).
Djoko menjelaskan untuk tambahan subsidi ini akan dibahas di pembahasan APBN- P yang kemungkinan diajukan Juli mendatang. "Nanti kan ada mekanisme di APBN-P dan DPR dulu," katanya.
Soal sumber pendanaan untuk menambah subsidi, Djoko mengatakan akan memanfaatkan windfall profit dari naiknya harga minyak dunia yang dituai oleh negara. Lonjakan keuntungan itu bersumber dari selisih asumsi harga minyak mentah di APBN sebesar US$ 48 per barel dengan harga saat ini yang berkisar US$ 70 per barel.
"Sekitar US$ 22 dolar yang merupakan windfall profit, dikali volume lifting minyak," jelas Djoko.
Saat ini harga solar yang dijual di SPBU adalah Rp 5150 per liter, harga ini oleh Presiden Joko Widodo ditetapkan untuk tidak naik hingga akhir 2019. Subsidi yang diberikan pemerintah untuk solar hingga saat ini masih sebatas Rp 500 per liter untuk alokasi sebanyak 15,6 juta KL. Sehingga, total yang dikucurkan pemerintah untuk subsidi solar adalah sebanyak Rp 7,8 triliun.
Maret lalu, Pertamina pernah menyebut bahwa harga jual solar yang berlaku saat ini jauh di bawah harga pasar, apalagi kini harga minyak dunia merangkak naik ke level US$ 70 per barel.
(gus/gus) Next Article ESDM: Soal Tambahan Subsidi Solar Mesti Jaga Fiskal
"Perkiraannya sekitar Rp 1000 ya per liter. Sekarang kan Rp 500 per liter. Nanti usulannya ditambah Rp 1000 per liter jadi Rp 1500 per liter," ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto saat dijumpai di kementerian, Senin (14/5/2018).
Soal sumber pendanaan untuk menambah subsidi, Djoko mengatakan akan memanfaatkan windfall profit dari naiknya harga minyak dunia yang dituai oleh negara. Lonjakan keuntungan itu bersumber dari selisih asumsi harga minyak mentah di APBN sebesar US$ 48 per barel dengan harga saat ini yang berkisar US$ 70 per barel.
"Sekitar US$ 22 dolar yang merupakan windfall profit, dikali volume lifting minyak," jelas Djoko.
Saat ini harga solar yang dijual di SPBU adalah Rp 5150 per liter, harga ini oleh Presiden Joko Widodo ditetapkan untuk tidak naik hingga akhir 2019. Subsidi yang diberikan pemerintah untuk solar hingga saat ini masih sebatas Rp 500 per liter untuk alokasi sebanyak 15,6 juta KL. Sehingga, total yang dikucurkan pemerintah untuk subsidi solar adalah sebanyak Rp 7,8 triliun.
Maret lalu, Pertamina pernah menyebut bahwa harga jual solar yang berlaku saat ini jauh di bawah harga pasar, apalagi kini harga minyak dunia merangkak naik ke level US$ 70 per barel.
(gus/gus) Next Article ESDM: Soal Tambahan Subsidi Solar Mesti Jaga Fiskal
Most Popular