
ESDM: Soal Tambahan Subsidi Solar Mesti Jaga Fiskal
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
16 March 2018 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia- Meski pemerintah memutuskan untuk menambah subsidi solar, PT Pertamina (Persero) mengaku masih tekor dengan patokan harga yang berlaku. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku sulit untuk tambah subsidi lagi.
Seperti diketahui, saat ini harga solar dipatok Rp 5.150 per liter. Harga tersebut termasuk dengan subsidi sebesar Rp 500 per liter. Subsidi akan ditambah menjadi Rp 1.000 per liter, dengan volume konsumsi sekitar 16,3 juta kilo liter.
Menurut Pertamina dari harga Rp 5.150 per liter, masih ada selisih harga keekonomian sekitar Rp 1500 sampai Rp 1800 per liter. Artinya, jika subsidi tambah jadi Rp 1000 masih ada sisa Rp 500- Rp 800 yang harus ditombok perseroan.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengaku paham atas hitungan dan kondisi tersebut. Tapi tetap saja sulit untuk pemerintah jika menambah lagi porsi subsidi ke Pertamina.
"Kita juga harus jaga keuangan negara. Fiskal kita juga harus diperhatikan," kata Ego Syahrial di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/3/2018).
Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan dengan adanya tambahan Rp 1000 per liter ini maka alokasi anggaran subsidi solar di APBN 2018 pun bertambah hingga sekitar Rp 4,1 triliun.
Kenaikan harga minyak global pun dapat memicu peningkatan alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak di Indonesia, terutama ketika pemerintah telah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik hingga tahun politik 2019.
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings memandang fiskal yang memburuk memang tidak berpengaruh atas rating dalam jangka pendek. Namun mempengaruhi peringkat Indonesia dalam jangka panjang, jika pemerintah tidak dapat menyeimbangkan perekonomian.
"Jika semakin banyak uang dari anggaran dialokasikan untuk subsidi, maka pemasukannya harus datang dari tempat lain agar [pemerintah] bisa terus membayar utang," kata Kim Eng Tan, Senior Director Sovereign Ratings S&P Global Ratings.
(gus/gus) Next Article Pemerintah Tambah Subsidi Solar Hingga Akhir 2018
Seperti diketahui, saat ini harga solar dipatok Rp 5.150 per liter. Harga tersebut termasuk dengan subsidi sebesar Rp 500 per liter. Subsidi akan ditambah menjadi Rp 1.000 per liter, dengan volume konsumsi sekitar 16,3 juta kilo liter.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengaku paham atas hitungan dan kondisi tersebut. Tapi tetap saja sulit untuk pemerintah jika menambah lagi porsi subsidi ke Pertamina.
"Kita juga harus jaga keuangan negara. Fiskal kita juga harus diperhatikan," kata Ego Syahrial di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/3/2018).
Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan dengan adanya tambahan Rp 1000 per liter ini maka alokasi anggaran subsidi solar di APBN 2018 pun bertambah hingga sekitar Rp 4,1 triliun.
Kenaikan harga minyak global pun dapat memicu peningkatan alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak di Indonesia, terutama ketika pemerintah telah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik hingga tahun politik 2019.
Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings memandang fiskal yang memburuk memang tidak berpengaruh atas rating dalam jangka pendek. Namun mempengaruhi peringkat Indonesia dalam jangka panjang, jika pemerintah tidak dapat menyeimbangkan perekonomian.
"Jika semakin banyak uang dari anggaran dialokasikan untuk subsidi, maka pemasukannya harus datang dari tempat lain agar [pemerintah] bisa terus membayar utang," kata Kim Eng Tan, Senior Director Sovereign Ratings S&P Global Ratings.
(gus/gus) Next Article Pemerintah Tambah Subsidi Solar Hingga Akhir 2018
Most Popular