
Internasional
Bahrain Gantungkan Perbaikan Ekonomi Dari Ladang Minyak Baru
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 May 2018 19:38

Jika penemuan minyak terbaru ini terbukti bisa dilanjutkan, mengarah ke peningkatan produksi minyak Bahrain yang pesat dan pendapatan fiskal terkait, maka secara materi itu bisa mengurangi defisit anggaran kerajaan dan memperbaiki keseimbangan dagangnya.
Moody's menurunkan peringkat utang Bahrain tahun lalu menjadi B1 dengan proyeksi negatif. Lembaga itu mengatakan penurunan didorong oleh pandangan bahwa profil utang pemerintah Bahrain akan "terus melemah secara materi di tahun mendatang terutama karena, meski ada beberapa usaha reformasi fiskal, ada kekurangan strategi konsolidasi yang jelas dan komprehensif."
Lembaga itu juga memprediksi beban utang dan keterjangkauan utang pemerintah Bahrain akan memburuk secara signifikan dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Ada harapan bahwa perbaikan harga minyak belakangan ini juga akan membantu perekonomian. Reuters memberitakan gubernur bank sentral Bahrain pada bulan Februari berkata dia berharap kenaikan harga minyak akan memicu pertumbuhan, meski dia memperingatkan defisit anggaran.
Minyak brent saat ini diperdagangkan sekitar $73,12 dan WTI sekitar $67, sebuah perbaikan pesat dari 2014 ketika harganya tersungkur di bawah $30 per barel. Akibatnya, perekonomian Bahrain pun berjuang lebih keras ketimbang negara tetangga yang lebih kaya.
Bahrain dikabarkan meminta bantuan pendanaan dari sejumlah sekutu Teluk tahun lalu. Bantuan itu kabarnya diperlukan untuk mencegah devaluasi mata uang seraya bank sentral susah payah mempertahankan dinar Bahrain terhadap dolar.
Bank sentral mengatakan di bulan Desember, pihaknya berkomitmen terhadap patokan itu. Artinya, bank sentral harus mempertahankan nilai tukar tetap terhadap dolar dengan membeli atau menjual mata uangnya.
Pada bulan Agustus, IMF memperingatkan Bahrain "segera perlu" mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menstabilkan keuangan negara dan mendukung nilai tukar dinar terhadap dolar, menurut pemberitaan Reuters.
Para analis Moody's mengatakan tekanan pada nilai tukar saat ini lebih tinggi dari sebelumnya, seraya menjelaskan kondisi keuangan Bahrain saat ini.
"Ekspor minyak berkontribusi 55% ke dalam total ekspor barang di tahun 2017. Ketika harga minyak merosot setelah pertengahan tahun 2014, nilai dolar dari ekspor minyak Bahrain turun secara signifikan dan neraca berjalan negara anjlok dari surplus sekitar 8% terhadap PDB di tahun 2012-2013 menjadi defisit sekitar 3,7% terhadap PDB di tahun 2015-2017," kata para analis.
"Sejak itu cadangan sudah pulih di balik penerbitan obligasi negara eksternal, termasuk obligasi internasional sebesar $3 miliar di bulan September 2017 dan sukuk obligasi Muslim senilai $1 miliar di bulan April 2018. Namun, cadangan devisa sebanyak $2,8 miliar di akhir
November hanya mencakup 1,4 bulan impor barang dan jasa, serta kurang dari 10% utang eksternal jangka pendek Bahrain. Tekanan terhadap nilai tukar Bahrain saat ini berada di level tertinggi sejak patokan resmi rial terhadap dolar diperkenalkan tahun 2001."
(roy)
Moody's menurunkan peringkat utang Bahrain tahun lalu menjadi B1 dengan proyeksi negatif. Lembaga itu mengatakan penurunan didorong oleh pandangan bahwa profil utang pemerintah Bahrain akan "terus melemah secara materi di tahun mendatang terutama karena, meski ada beberapa usaha reformasi fiskal, ada kekurangan strategi konsolidasi yang jelas dan komprehensif."
Lembaga itu juga memprediksi beban utang dan keterjangkauan utang pemerintah Bahrain akan memburuk secara signifikan dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Bahrain dikabarkan meminta bantuan pendanaan dari sejumlah sekutu Teluk tahun lalu. Bantuan itu kabarnya diperlukan untuk mencegah devaluasi mata uang seraya bank sentral susah payah mempertahankan dinar Bahrain terhadap dolar.
Bank sentral mengatakan di bulan Desember, pihaknya berkomitmen terhadap patokan itu. Artinya, bank sentral harus mempertahankan nilai tukar tetap terhadap dolar dengan membeli atau menjual mata uangnya.
Pada bulan Agustus, IMF memperingatkan Bahrain "segera perlu" mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menstabilkan keuangan negara dan mendukung nilai tukar dinar terhadap dolar, menurut pemberitaan Reuters.
Para analis Moody's mengatakan tekanan pada nilai tukar saat ini lebih tinggi dari sebelumnya, seraya menjelaskan kondisi keuangan Bahrain saat ini.
"Ekspor minyak berkontribusi 55% ke dalam total ekspor barang di tahun 2017. Ketika harga minyak merosot setelah pertengahan tahun 2014, nilai dolar dari ekspor minyak Bahrain turun secara signifikan dan neraca berjalan negara anjlok dari surplus sekitar 8% terhadap PDB di tahun 2012-2013 menjadi defisit sekitar 3,7% terhadap PDB di tahun 2015-2017," kata para analis.
"Sejak itu cadangan sudah pulih di balik penerbitan obligasi negara eksternal, termasuk obligasi internasional sebesar $3 miliar di bulan September 2017 dan sukuk obligasi Muslim senilai $1 miliar di bulan April 2018. Namun, cadangan devisa sebanyak $2,8 miliar di akhir
November hanya mencakup 1,4 bulan impor barang dan jasa, serta kurang dari 10% utang eksternal jangka pendek Bahrain. Tekanan terhadap nilai tukar Bahrain saat ini berada di level tertinggi sejak patokan resmi rial terhadap dolar diperkenalkan tahun 2001."
(roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular