
WWF Kecam Boikot CPO oleh Supermarket Iceland Asal Inggris
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
23 April 2018 18:11

Jakarta, CNBC Indonesia - World Wildlife Fund (WWF) mengecam tindakan peritel asal Inggris Iceland Foods Ltd yang berhenti memproduksi dan menjual makanan mengandung minyak sawit mulai akhir 2018.
Dalam keterangan tertulisnya hari ini, Senin (23/4/2018), WWF menyatakan tindakan boikot itu tidak akan melindungi atau memperbaiki kerusakan hutan hujan tropis.
WWF menilai penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan pada industri sawit justru bisa menjadi solusi jangka panjang yang nyata.
"WWF menghimbau peritel untuk secara serius mengkaji dampak ekologis penggunaan minyak sawit. Menghilangkan minyak sawit dari rantai produksi tidak akan melindungi atau pun memperbaiki kerusakan hutan tropis, namun aksi bersama untuk industri sawit berkelanjutan akan membuat perubahan."
Organisasi non-profit ini juga mengacu pada laporan analisis WWF-Jerman (September 2016) yang mengatakan substitusi minyak sawit dengan minyak nabati lain justru akan memperburuk masalah.
"Minyak sawit - bila dihasilkan dari proses produksi dengan standar tertinggi - memiliki tingkat produktivitas tertinggi dibandingkan minyak nabati lain (kedelai, rapeseed dan bunga matahari), yang justru menyebabkan konversi lahan lebih luas lagi dan berpotensi mengganggu habitat satwa, keanekaragaman hayati dan lingkungan."
Sementara itu, Direktur Kebijakan, Keberlanjutan dan Transformasi WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan boikot yang dilakukan oleh Iceland ini harus direspons Indonesia dengan melakukan penanganan terhadap deforestasi seperti yang terjadi di Tesso Nilo.
"Indonesia perlu menyikapi isu boikot terhadap penggunaan minyak sawit seperti ini, dengan secara serius menangani permasalahan deforestasi yang sudah menjadi perhatian konsumen dunia. Tesso Nilo adalah contoh belum hadirnya Pemerintah Indonesia secara nyata menindak pelaku deforestasi dan ekspansi sawit ilegal."
WWF menilai Taman Nasional Tesso Nilo di Riau, Sumatera, menjadi titik nadir deforestasi yang disebabkan oleh ekspansi perkebunan sawit.
Seperti diketahui, Uni Eropa berencana melarang penggunaan biodiesel yang berbahan baku CPO mulai 2021. Hal ini kemudian direspons Indonesia, sebagai produsen terbesar CPO, dengan menghentikan impor sejumlah produk unggulan negara-negara Eropa.
WWF menilai perang dagang tidak akan menyelesaikan masalah. Kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati masih merupakan alternatif yang baik dan efisien bila dikembangkan mengikuti standar pengelolaan terbaik.
(ray/ray) Next Article Untuk Roti Sampai BBM, Ini Jenis CPO yang Diekspor RI ke UE
Dalam keterangan tertulisnya hari ini, Senin (23/4/2018), WWF menyatakan tindakan boikot itu tidak akan melindungi atau memperbaiki kerusakan hutan hujan tropis.
WWF menilai penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan pada industri sawit justru bisa menjadi solusi jangka panjang yang nyata.
Organisasi non-profit ini juga mengacu pada laporan analisis WWF-Jerman (September 2016) yang mengatakan substitusi minyak sawit dengan minyak nabati lain justru akan memperburuk masalah.
"Minyak sawit - bila dihasilkan dari proses produksi dengan standar tertinggi - memiliki tingkat produktivitas tertinggi dibandingkan minyak nabati lain (kedelai, rapeseed dan bunga matahari), yang justru menyebabkan konversi lahan lebih luas lagi dan berpotensi mengganggu habitat satwa, keanekaragaman hayati dan lingkungan."
Sementara itu, Direktur Kebijakan, Keberlanjutan dan Transformasi WWF-Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan boikot yang dilakukan oleh Iceland ini harus direspons Indonesia dengan melakukan penanganan terhadap deforestasi seperti yang terjadi di Tesso Nilo.
"Indonesia perlu menyikapi isu boikot terhadap penggunaan minyak sawit seperti ini, dengan secara serius menangani permasalahan deforestasi yang sudah menjadi perhatian konsumen dunia. Tesso Nilo adalah contoh belum hadirnya Pemerintah Indonesia secara nyata menindak pelaku deforestasi dan ekspansi sawit ilegal."
WWF menilai Taman Nasional Tesso Nilo di Riau, Sumatera, menjadi titik nadir deforestasi yang disebabkan oleh ekspansi perkebunan sawit.
Seperti diketahui, Uni Eropa berencana melarang penggunaan biodiesel yang berbahan baku CPO mulai 2021. Hal ini kemudian direspons Indonesia, sebagai produsen terbesar CPO, dengan menghentikan impor sejumlah produk unggulan negara-negara Eropa.
WWF menilai perang dagang tidak akan menyelesaikan masalah. Kelapa sawit sebagai sumber minyak nabati masih merupakan alternatif yang baik dan efisien bila dikembangkan mengikuti standar pengelolaan terbaik.
(ray/ray) Next Article Untuk Roti Sampai BBM, Ini Jenis CPO yang Diekspor RI ke UE
Most Popular