
Internasional
IMF: Pemerintah Harus Mulai Pangkas Utang Global US$164 T
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 April 2018 14:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang global mencapai level tertinggi dalam sejarah dan pemerintah harus bertindak untuk memangkas utang selagi kondisinya masih baik, kata Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Total utang global mencapai rekor baru US$164 triliun pada tahun 2016, mencapai sebesar 225% dari produk domestik bruto ekonomi dunia, menurut laporan Monitor Fiskal bulan April IMF. Angka tersebut 12 poin persentase lebih tinggi daripada angka historis sebelumnya di tahun 2009 tepat setelah krisis keuangan global.
Dengan siklus bisnis yang sedang dalam tren kenaikan saat ini, pemerintah harus memperkuat penyangga (buffer) dan memangkas tingkat utang untuk menghadapi "tantangan yang tidak dapat dihindari di masa depan," ujar Vitor Gaspar, direktur departemen urusan fiskal di IMF, kepada Joumanna Bercetche dari CNBC.
"Karena saat ini merupakan waktu yang baik. Pada waktu yang baiklah Anda dapat memperkuat penyangga dan ketahanan," lanjutnya.
Negara-negara Maju Semakin Terpuruk
IMF mengatakan jumlah utang di negara-negara maju telah jauh melampaui utang negara-negara berkembang. Menurut laporan terakhir lembaga tersebut, rata-rata utang negara-negara maju adalah 105% dari produk domestik bruto (PDB), dilansir dari CNBC International.
Untuk negara dengan ekonomi menengah, rata-rata utang adalah sekitar 50% dari PDB, sedangkan untuk negara dengan pendapatan rendah, yang telah mengalami peningkatan rata-rata rasio utang terhadap PDB, berada di kisaran 40% tahun lalu.
Gaspar mengatakan IMF telah memperkirakan rasio utang terhadap PDB untuk negara maju, kecuali AS, akan menurun diperkirakan akan menurun dalam periode yang berakhir pada 2023.
"Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara tempat rasio utang terhadap PDB untuk negara maju dipekirakan akan naik, dari 108% PDB di tahun 2017, menjadi 117% di tahun 2023," tambah Gaspar sembari menghubungkan kenaikan itu dengan rencana pengeluaran yang disahkan oleh Kongres dan pemotongan pajak baru-baru ini.
Akan ada hambatan
Secara terpisah, dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global IMF, yang dirilis awal bulan ini, menyebutkan bahwa beberapa risiko stabilitas keuangan jangka pendek telah meningkat dalam beberapa bulan ini karena meningkatnya volatilitas pasar.
Tekanan geopolitik dan perang dagang yang memanas juga disebut sebagai sumber dari risiko jangka pendek yang meningkat.
"Sejauh ini yang kita lihat adalah diskusi-diskusi mengenai perdagangan dan tindakan-tindakan yang telah membuat meningkatnya ketidakjelasan bagi investor, dan sebagai hasilnya, valuasi telah disesuaikan. Keadaan keuangan telah menjadi lebih ketat dari enam bulan lalu, namun mereka secara keseluruhan tetap tenang," ujar Tobias Andrian, direktur departemen moneter dan pasar modal di IMF.
Dalam laporan tersebut juga direkomendasikan bahwa pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil langkah dalam mengatasi risiko, sementara kondisi ekonomi yang lebih luas tetap menguntungkan, menambahkan bahwa "jalan di depan mungkin akan bergelombang."
(prm) Next Article Hati-hati, Utang Global Sudah Tembus Rp 2 Juta Triliun
Total utang global mencapai rekor baru US$164 triliun pada tahun 2016, mencapai sebesar 225% dari produk domestik bruto ekonomi dunia, menurut laporan Monitor Fiskal bulan April IMF. Angka tersebut 12 poin persentase lebih tinggi daripada angka historis sebelumnya di tahun 2009 tepat setelah krisis keuangan global.
Dengan siklus bisnis yang sedang dalam tren kenaikan saat ini, pemerintah harus memperkuat penyangga (buffer) dan memangkas tingkat utang untuk menghadapi "tantangan yang tidak dapat dihindari di masa depan," ujar Vitor Gaspar, direktur departemen urusan fiskal di IMF, kepada Joumanna Bercetche dari CNBC.
Negara-negara Maju Semakin Terpuruk
IMF mengatakan jumlah utang di negara-negara maju telah jauh melampaui utang negara-negara berkembang. Menurut laporan terakhir lembaga tersebut, rata-rata utang negara-negara maju adalah 105% dari produk domestik bruto (PDB), dilansir dari CNBC International.
Untuk negara dengan ekonomi menengah, rata-rata utang adalah sekitar 50% dari PDB, sedangkan untuk negara dengan pendapatan rendah, yang telah mengalami peningkatan rata-rata rasio utang terhadap PDB, berada di kisaran 40% tahun lalu.
Gaspar mengatakan IMF telah memperkirakan rasio utang terhadap PDB untuk negara maju, kecuali AS, akan menurun diperkirakan akan menurun dalam periode yang berakhir pada 2023.
"Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara tempat rasio utang terhadap PDB untuk negara maju dipekirakan akan naik, dari 108% PDB di tahun 2017, menjadi 117% di tahun 2023," tambah Gaspar sembari menghubungkan kenaikan itu dengan rencana pengeluaran yang disahkan oleh Kongres dan pemotongan pajak baru-baru ini.
Akan ada hambatan
Secara terpisah, dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global IMF, yang dirilis awal bulan ini, menyebutkan bahwa beberapa risiko stabilitas keuangan jangka pendek telah meningkat dalam beberapa bulan ini karena meningkatnya volatilitas pasar.
Tekanan geopolitik dan perang dagang yang memanas juga disebut sebagai sumber dari risiko jangka pendek yang meningkat.
"Sejauh ini yang kita lihat adalah diskusi-diskusi mengenai perdagangan dan tindakan-tindakan yang telah membuat meningkatnya ketidakjelasan bagi investor, dan sebagai hasilnya, valuasi telah disesuaikan. Keadaan keuangan telah menjadi lebih ketat dari enam bulan lalu, namun mereka secara keseluruhan tetap tenang," ujar Tobias Andrian, direktur departemen moneter dan pasar modal di IMF.
Dalam laporan tersebut juga direkomendasikan bahwa pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil langkah dalam mengatasi risiko, sementara kondisi ekonomi yang lebih luas tetap menguntungkan, menambahkan bahwa "jalan di depan mungkin akan bergelombang."
(prm) Next Article Hati-hati, Utang Global Sudah Tembus Rp 2 Juta Triliun
Most Popular