
WB: China Melambat, Pertumbuhan Asia Timur-Pasifik Ikut Turun
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 April 2018 17:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (World Bank/ WB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur-Pasifik tumbuh cukup signifikan menjadi 6,3% di tahun 2018. Pertumbuhan tersebut diprediksi akan terjadi karena dorongan pemulihan global yang luas dan permintaan domestik yang kuat.
Di bulan Oktober lalu, organisasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan perekonomian wilayah ini akan tumbuh 6,2% tahun ini.
"Negara-negara berkembang di Asia Timur-Pasifik terus bekerja dengan baik dan cenderung akan seperti itu dalam jangka waktu menengah," kata Sudhir Shetty, Kepala Ekonom untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik di WB, saat memberikan paparan di kantor WB, Kamis (12/4/2018).
Proyeksi pertumbuhan ini lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kawasan itu yang tercatat 6,6% di tahun 2017. Sudhir mengatakan perlambatan ini disebabkan oleh pertumbuhan perekonomian China yang diprediksi akan turun tahun ini.
Perekonomian China melaju pesat menjadi 6,9% di tahun 2017, meningkat cukup signifikan dari 6,7% di tahun 2016. WB memprediksi pertumbuhan perekonomian Negeri Tirai Bambu itu akan turun menjadi 6,5% di tahun 2018 sebagai imbas dari fokus pemerintah terhadap pertumbuhan kredit yang lambat, pemangkasan kelebihan kapasitas di berbagai sektor industri berat, penekanan terhadap kualitas pertumbuhan, serta perhatian yang mulai diberikan terhadap dampak polusi lingkungan.
WB di bulan Oktober memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 6,4%.
Jika tidak melibatkan China, pertumbuhan negara berkembang di kawasan ini akan tetap stabil di angka 5,4%. Hal ini mencerminkan permintaan domestik dan eksternal yang kuat.
Dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian, WB menyarankan negara-negara di kawasan ini untuk memperhatikan risiko jangka pendek yang akan muncul tahun ini. Risiko-risiko, seperti kemungkinan laju kenaikan suku bunga negara maju yang lebih cepat dan meningkatnya ketegangan perdagangan, dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan di kawasan ini.
Berbagai cara bisa dilakukan untuk menghindar dari risiko-risiko tersebut, seperti pengetatan kebijakan moneter dan meningkatkan kerja sama perdagangan di dalam kawasan, seperti Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
"Salah satu cara yang bisa dilakukan kawasan ini untuk mengisolasi diri dari ketidakpastian kebijakan perdagangan di arena global, termasuk kemungkinan perang dagang antara AS [Amerika Serikat] dan China, adalah memperdalam integrasi di dalam kawasan dan mitra lainnya," kata Sudhir.
Dia juga menambahkan hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas CPTPP untuk menjangkau negara lain.
(prm) Next Article Bank Dunia Sebut Ekonomi Global Melambat di 2019
Di bulan Oktober lalu, organisasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan perekonomian wilayah ini akan tumbuh 6,2% tahun ini.
"Negara-negara berkembang di Asia Timur-Pasifik terus bekerja dengan baik dan cenderung akan seperti itu dalam jangka waktu menengah," kata Sudhir Shetty, Kepala Ekonom untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik di WB, saat memberikan paparan di kantor WB, Kamis (12/4/2018).
Perekonomian China melaju pesat menjadi 6,9% di tahun 2017, meningkat cukup signifikan dari 6,7% di tahun 2016. WB memprediksi pertumbuhan perekonomian Negeri Tirai Bambu itu akan turun menjadi 6,5% di tahun 2018 sebagai imbas dari fokus pemerintah terhadap pertumbuhan kredit yang lambat, pemangkasan kelebihan kapasitas di berbagai sektor industri berat, penekanan terhadap kualitas pertumbuhan, serta perhatian yang mulai diberikan terhadap dampak polusi lingkungan.
WB di bulan Oktober memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 6,4%.
Jika tidak melibatkan China, pertumbuhan negara berkembang di kawasan ini akan tetap stabil di angka 5,4%. Hal ini mencerminkan permintaan domestik dan eksternal yang kuat.
Dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian, WB menyarankan negara-negara di kawasan ini untuk memperhatikan risiko jangka pendek yang akan muncul tahun ini. Risiko-risiko, seperti kemungkinan laju kenaikan suku bunga negara maju yang lebih cepat dan meningkatnya ketegangan perdagangan, dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan di kawasan ini.
Berbagai cara bisa dilakukan untuk menghindar dari risiko-risiko tersebut, seperti pengetatan kebijakan moneter dan meningkatkan kerja sama perdagangan di dalam kawasan, seperti Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP).
"Salah satu cara yang bisa dilakukan kawasan ini untuk mengisolasi diri dari ketidakpastian kebijakan perdagangan di arena global, termasuk kemungkinan perang dagang antara AS [Amerika Serikat] dan China, adalah memperdalam integrasi di dalam kawasan dan mitra lainnya," kata Sudhir.
Dia juga menambahkan hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan memperluas CPTPP untuk menjangkau negara lain.
(prm) Next Article Bank Dunia Sebut Ekonomi Global Melambat di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular