
Internasional
China Diam-diam Dekati Eropa untuk Lawan Donald Trump
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 April 2018 15:22

Beijing/Brussels, CNBC Indonesia - Perwakilan Perdagangan China menyelenggarakan serentetan pertemuan dengan para duta besar dari negara-negara besar di Eropa pekan lalu guna meminta dukungan menghadapi proteksionisme Amerika Serikat (AS), menurut empat narasumber yang mengetahui diskusi tersebut kepada Reuters.
Beberapa diplomat yang terlibat dalam pertemuan dengan Fu Ziying, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Perdagangan, memandang pendekatan itu sebagai pertanda betapa khawatirnya Beijing terhadap konflik yang meluas dengan Washington, kata sumber-sumber tersebut.
Presiden AS Donald Trump telah mengancam berlakukan tarif US$150 miliar (Rp 2.065 triliun) pada produk impor China ke AS sebagai hukuman terhadap apa yang pemerintah AS sebut sebagai kebijakan industri yang buas dan penyalahgunaan kekayaan intelektual AS. Beijing sendiri sudah berjanji untuk melakukan perlawanan.
Di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua belah pihak, China berusaha merebut dukungan sebagai pembela sistem perdagangan multilateral, meskipun para sekutu AS pun memiliki pemikiran serupa tentang pasar Bejing yang sangat terbatas.
Rentetan pertemuan di hari Kamis (12/4/2018) dan Jumat (13/4/2018) dengan duta besar dari Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan Uni Eropa (UE) bisa menjadi sinyal bahwa China mencoba untuk membangun perlindungan dari langkah-langkah perdagangan Trump yang agresif. Beberapa diplomat asing menganggap Beijing salah memperhitungkan dampak merugikan dari langkah itu.
Pertemuan perorangan, yang diinisiasi oleh Fu, umumnya "tidak konfrontatif" karena China mencari dukungan untuk melawan AS, kata seorang diplomat Eropa yang mengetahui diskusi itu kepada Reuters. Meskipun begitu, ada beberapa "ancaman yang tidak disadari" tentang konsekuensi untuk perusahaan asing, katanya.
"Pesannya adalah kita harus berdiri bersama melawan proteksionisme AS demi perdagangan bebas."
"China menampilkan kepercayaan diri, tetapi secara internal nampaknya mereka cukup khawatir. Kelihatannya mereka meremehkan keputusan Trump tentang perdagangan," kata diplomat itu, sembari menambahkan bahwa Beijing cemas jika mitra perdagangan utamanya memihak kepada Washington.
Tiga sumber diplomatik dan tiga kedutaan besar mengonfirmasi tentang terselenggaranya pertemuan itu.
Juru Bicara Duta Besar Italia mengatakan duta besarnya bertemu dengan Fu pada tanggal 12 April. Sementara perselisihan dagang AS-China turut didiskusikan, pertemuan itu sebagian besar membahas isu-isu bilateral.
Juru Bicara Duta Besar Inggris juga mengonfirmasi bahwa duta besarnya bertemu dengan Fu pekan lalu sebagai bagian dari diskusi rutin dengan kementerian yang membahas "isu-isu perdagangan bilateral dan multilateral".
Juru Bicara Delegasi UE pun mengungkapkan hal serupa, namun tidak memberi penjelasan.
Di sisi lain, Juru Bicara Kedutaan Besar Jerman menolak untuk berkomentar. Kedutaan Besar lain dan Kementerian Perdagangan China juga tidak memberi tanggapan.
Beberapa diplomat yang terlibat dalam pertemuan dengan Fu Ziying, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Perdagangan, memandang pendekatan itu sebagai pertanda betapa khawatirnya Beijing terhadap konflik yang meluas dengan Washington, kata sumber-sumber tersebut.
Presiden AS Donald Trump telah mengancam berlakukan tarif US$150 miliar (Rp 2.065 triliun) pada produk impor China ke AS sebagai hukuman terhadap apa yang pemerintah AS sebut sebagai kebijakan industri yang buas dan penyalahgunaan kekayaan intelektual AS. Beijing sendiri sudah berjanji untuk melakukan perlawanan.
Rentetan pertemuan di hari Kamis (12/4/2018) dan Jumat (13/4/2018) dengan duta besar dari Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Italia, dan Uni Eropa (UE) bisa menjadi sinyal bahwa China mencoba untuk membangun perlindungan dari langkah-langkah perdagangan Trump yang agresif. Beberapa diplomat asing menganggap Beijing salah memperhitungkan dampak merugikan dari langkah itu.
Pertemuan perorangan, yang diinisiasi oleh Fu, umumnya "tidak konfrontatif" karena China mencari dukungan untuk melawan AS, kata seorang diplomat Eropa yang mengetahui diskusi itu kepada Reuters. Meskipun begitu, ada beberapa "ancaman yang tidak disadari" tentang konsekuensi untuk perusahaan asing, katanya.
"Pesannya adalah kita harus berdiri bersama melawan proteksionisme AS demi perdagangan bebas."
"China menampilkan kepercayaan diri, tetapi secara internal nampaknya mereka cukup khawatir. Kelihatannya mereka meremehkan keputusan Trump tentang perdagangan," kata diplomat itu, sembari menambahkan bahwa Beijing cemas jika mitra perdagangan utamanya memihak kepada Washington.
Tiga sumber diplomatik dan tiga kedutaan besar mengonfirmasi tentang terselenggaranya pertemuan itu.
Juru Bicara Duta Besar Italia mengatakan duta besarnya bertemu dengan Fu pada tanggal 12 April. Sementara perselisihan dagang AS-China turut didiskusikan, pertemuan itu sebagian besar membahas isu-isu bilateral.
Juru Bicara Duta Besar Inggris juga mengonfirmasi bahwa duta besarnya bertemu dengan Fu pekan lalu sebagai bagian dari diskusi rutin dengan kementerian yang membahas "isu-isu perdagangan bilateral dan multilateral".
Juru Bicara Delegasi UE pun mengungkapkan hal serupa, namun tidak memberi penjelasan.
Di sisi lain, Juru Bicara Kedutaan Besar Jerman menolak untuk berkomentar. Kedutaan Besar lain dan Kementerian Perdagangan China juga tidak memberi tanggapan.
Next Page
Nada Putus Asa
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular