Newsletter

Waspadai Dinamika Friksi Dagang AS-China

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 April 2018 05:59
Waspadai Dinamika Friksi Dagang AS-China
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
  • IHSG ditutup turun tipis pada perdagangan kemarin.
  • Bursa Asia ditutup di teritori negatif.
  • Wall Street mencatat penguatan yang cukup signifikan. 

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Padahal IHSG hampir sepanjang hari menghabiskan waktu di zona hijau. 

Kemarin, IHSG ditutup turun 0,02% ke 6.285,76. Secara sektoral, pelemahan IHSG paling banyak didorong oleh sektor jasa keuangan yang turun sebesar 0,25%, disusul oleh sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang melemah 0,55%.  

Investor asing melakukan jual bersih sebesar Rp 739,71 miliar. HMSP (Rp 265,76 miliar), BMRI (Rp 191,51 miliar), INDF (Rp 53,35 miliar), BBRI (Rp 47,03 miliar), dan UNVR (Rp 46,38 miliar) merupakan saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing. 

IHSG bergerak searah dengan bursa Asia yang berakhir di teritori negatif. SSEC turun 1,39%, Hang Seng melemah 0,83%, Kospi terkoreksi 0,15%, dan SETi berkurang 0,66%. 

Perhatian investor saat ini nampaknya sudah beralih dari konflik di Suriah ke perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Setelah serangan AS dan kawan-kawan ke Damaskus akhir pekan lalu, hingga sekarang belum terdengar kabar Presiden Suriah Bashar al-Assad maupun sekutunya seperti Rusia untuk melakukan serangan balasan. Hingga ada perkembangan baru, sepertinya bara di Suriah mendingin untuk sementara. 

Sebaliknya, isu perang dagang kembali muncul ke permukaan. AS diketahui tengah mempertimbangkan sanksi baru bagi China guna membalas kebijakan mereka yang merugikan perusahaan-perusahaan teknologi asal AS yang berinvestasi di sana. 

Seperti dikutip dari CNBC, perusahaan cloud-computing seperti Amazon dan Microsoft dipaksa untuk berkolaborasi dengan perusahaan China dan memberikan lisensi atas kekayaan intelektual yang dimiliki kepada mitranya tersebut. Menurut U.S. Trade Representative (USTR), langkah dari Negeri Tirai Bambu itu mencegah perusahaan-perusahaan AS untuk beroperasi secara independen. 

Kementerian Perdagangan Amerika Serikat (AS) juga melarang perusahaan-perusahaan dari negaranya menjual komponen ke ZTE Corp, produsen peralatan telekomunikasi China, selama tujuh tahun. Pelarangan tersebut merupakan imbas dari kegagalan ZTE dalam mematuhi kesepakatan dengan pemerintahan AS setelah terbukti bersalah tahun lalu karena mengirimkan produknya secara ilegal ke Iran. Sanksi bagi ZTE ini berpotensi menambah ketegangan Washington-Beijing dalam hal perdagangan. 

Kemudian, pelaku pasar juga mencermati pernyataan dari Presiden AS Donald Trump yang menuduh China dan Rusia sebagai manipulator kurs. Pelemahan kurs secara sistematis dilakukan agar ekspor tetap kompetitif. 

Bukan tak mungkin tudingan Trump ini akan berbuntut kepada kebijakan yang mengerikan. Hal yang sama terlihat kala Trump menarik AS dari negosiasi blok dagang Trans Pacific Partnership (TPP) atau memberlakukan bea masuk bagi produk impor dari negara-negara mitra dagangnya.
Dari New York, Wall Street mencatatkan penguatan yang mengesankan. Dow Jones Industrial Average naik 0,87%, S&P 500 bertambah 1,07%, dan Nasdaq melonjak 1,74%. 

Kinerja emiten yang solid menjadi motor utama laju Wall Street. Saham Netflix meroket 9,19% setelah mampu menjaring 7,4 juta pelanggan baru pada kuartal I-2018. Lebih baik ketimbang ekspektasi pasar yaitu 6,5 juta. 

Saham Amazon juga menjadi pendorong penguatan Wall Street setelah Mahkamah Agung AS sepertinya tidak bisa memutuskan soal pengenaan pajak penjualan terhadap perdagangan ritel. Hal ini terjadi setelah pemerintah Negara Bagian South Dakota menggugat aturan yang menyatakan bahwa pemerintah negara bagian tidak bisa memungut pajak terhadap kegiatan usaha yang tidak punya bentuk fisik. 

"Kongres lebih tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Kongres bisa menyusun mekanisme kompromi dan menyeimbangkan berbagai kepentingan yang ada," kata Hakim Agung Elena Kagan. 

Selain itu, Ketua Mahkamah Agung John Roberts menegaskan keberatan pemerintah South Dakota agak kurang relevan karena perusahaan perdagangan online pun sudah memungut pajak penjualan kepada konsumen. "Isu ini lebih ke arah memudar daripada berkembang," ujarnya. 

Hal ini berdampak positif kepada Amazon. Saham perusahaan besutan Jeff Bezos ini naik 4,32%. 

Namun saham sektor keuangan di Wall Street sepertinya masih tertekan dengan koreksi sektoral 0,07%. Saham Goldman Sachs turun 1,6% meski laba bersih dilaporkan tumbuh 27%. Ini karena investor menyoroti penghentian buyback saham, kenaikan biaya, sampai rencana akuisisi yang membuat investor bingung menebak arah bisnis Goldman Sachs ke depan. 

Untuk sementara, investor bisa berfokus kepada kinerja emiten karena sentimen di luar bursa sedang minim. Laporan keuangan sepertinya bisa membuat Wall Street melaju kencang. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan laba bersih emiten di Wall Street rata-rata tumbuh 18,6% pada kuartal-I 2018. Bila terwujud, atau bahkan melampaui, maka akan menjadi catatan terbaik dalam tujuh tahun terakhir. Untuk perdagangan hari ini, positifnya kinerja Wall Street bisa menjadi kabar baik bagi IHSG. Biasanya laju dan koreksi Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Harga komoditas juga bisa membantu penguatan IHSG. Harga minyak yang kemarin terkoreksi saat ini mulai naik lagi. 

Penyebabnya adalah rilis data cadangan minyak AS oleh American Petroleum Institute, yang menunjukkan penurunan sebesar 1 juta barel untuk minggu yang berakhir 13 April. Kini AS punya cadangan minyak 428 juta barel. 

Selain itu, kembali memanasnya perang dagang juga berpotensi menekan harga minyak dunia. Pasalnya, jika perekonomian dunia lesu akibat perang dagang maka permintaan minyak akan ikut turun.  

Kenaikan harga minyak bisa berdampak positif bagi IHSG. saham-saham emiten migas dan pertambangan akan lebih diapresiasi pasar ketika harga si emas hitam bergerak ke atas. 

Dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia (BI) akan memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan. Pengumuman suku bunga acuan BI 7 days repo rate akan dilakukan esok hari. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan tetap menahan suku bunga acuan di 4,25%. Langkah ini ditempuh karena laju inflasi masih sesuai ekspektasi. 

"Stance kebijakan moneter yang netral masih konsisten dengan menjangkar ekspektasi inflasi di sasaran inflasi BI serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi. Inflasi diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Mei dan Juni seiring peningkatan permintaan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang bulan April ini juga menunjukkan tren yang menurun setelah sebelumnya cenderung meningkat seiring sentimen eksternal dari kenaikan Federal Funds Rate dan isu trade war," papar Josua Pardede, Ekonom Bank Permata. 

Sikap BI yang mempertahankan suku bunga acuan bisa diartikan positif maupun negatif. Positifnya adalah pasar bisa diyakinkan bahwa tidak akan terjadi lonjakan inflasi. Ekspektasi inflasi akan terjangkar sesuai target 2,5-4,5%. 

Namun negatifnya, saat ini sedang terjadi tren pengetatan moneter global. Teranyar, Otoritas Moneter Singapura (MAS) melakukan pengetatan moneter pertama dalam enam tahun terakhir. 

Perbedaan ini bisa membuat negara lain menjadi lebih menarik ketimbang Indonesia. Akibatnya adalah aliran modal keluar (capital outflows) untuk mencari keuntungan yang lebih besar. Nilai tukar rupiah bisa tertekan, dan BI terpaksa menggunakan cadangan devisa sebagai amunisi untuk stabilisasi kurs. Cadangan devisa akan terus berkurang. 

Investor juga layak menyimak perkembangan kebijakan perdagangan AS. Jelang pertemuan Trump dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut kedua negara sepertinya akan menyepakati perjanjia dagang, termasuk pengecualian bea masuk untuk baja dan aluminium dari Negeri Matahari Terbit. 

Kudlow juga menyebut bahwa sampai saat ini Presiden Trump belum yakin mengenai kembali bergabungnya AS dalam negosiasi TPP. Namun dia menyatakan negara-negara lain terbuka menerima AS kembali.

Respons China atas langkah-langkah baru dari AS layak diperhatikan. Jika Beijing bersuara keras atas larangan masuknya ZTE, tudingan manipulasi kurs, atau keharusan menggandeng mitra lokal untuk investasi dari AS, maka aura perang dagang akan semakin nyata.

Biasanya investor menyikapi perang dagang dengan memasang mode risk on, menghindari aset-aset berisiko. Pasar saham akan terkena pukulan. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • RUPS Tahunan KAEF.
  • RUPS Tahunan KRAS (14:00 WIB).
  • Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat membahas kemudahan berusaha/ease of doing business (15:00 WIB).
  • Rilis data inflasi Inggris (15:30).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:

Indeks

Close

% Change

% YTD

IHSG

6,285.76

(0.02)

(1.10)

LQ45

1,026.99

(0.01)

(4.85)

Dow Jones

24,786.63

0.87

0.27

CSI300

3,749.27

(1.56)

(6.99)

Hang Seng

30,062.75

(0.83)

0.48

NIKKEI

21,847.59

0.06

(4.03)

Strait Times

3,498.20

0.03

2.80


Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR13,765(0.05)3.54
EUR/USD1.24(0.06)15.28
GBP/USD1.43(0.31)11.34
USD/CHF0.970.74(2.95)
USD/CAD1.25(0.09)(6.16)
USD/JPY107.03(0.07)(1.27)
AUD/USD0.78(0.12)2.80

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak WTI (USD/barel)66.750.6227.35
Minyak Brent (USD/barel)71.690.3630.62
Emas (USD/troy ons)1,346.660.074.47
CPO (MYR/ton)2,392.001.27(7.89)
Batu bara (USD/ton)90.78(1.30)7.62
Tembaga (USD/pound)3.08(0.37)21.66
Nikel (USD/ton)13,897.000.0050.15
Timah (USD/ton)21,025.00(0.12)7.96
Karet (JPY/kg)172.801.17(29.90)
Kakao (USD/ton)2,700.00(0.07)41.49

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara:  

Tenor Yield (%)
 5Y6.05
10Y6.62
15Y6.89
20Y7.29
30Y7.54
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:  

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY)5.07%
Inflasi (Maret 2018 YoY)3.4%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (2017)-1.7% PDB
Neraca pembayaran (2017)US$ 11.6 miliar
Cadangan devisa (Maret 2018)US$ 126 miliar
    
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular