
Beli Rio Tinto di Freeport, Pemerintah Bakal Pinjam Bank BUMN
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
13 April 2018 11:28

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan sumber pinjaman untuk pembelian hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia akan diutamakan dari bank-bank milik negara (Himbara).
"Seharusnya dimulai dari Bank Himbara dahulu, seperti waktu pengambilalihan Newmont oleh Medco kan Himbara. Jadi tidak ada masalah," kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno di kantor Kementerian BUMN, Jumat (13/4/2018).
Fajar belum bisa berkomentar mengenai kemungkinan pinjaman dari bank asal Jepang, seperti yang disebutkan Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) atau Inalum Budi Gunadi Sadikin sebelumnya.
Seperti diketahui, valuasi nilai saham partisipasi Rio Tinto di tambang PT Freeport Indonesia ditaksir tak jauh beda dengan hitungan yang dilakukan oleh berbagai lembaga internasional, yakni senilai US$ 3,3 miliar atau setara dengan Rp 44,5 triliun.
Penghitungan nilai ini dilakukan oleh HSBC, Credit Swiss, Morgan Stanley, dan yang paling terbaru adalah Deutsche Bank. "Deutsche Bank itu adalah salah satu indikator yang bagus," kata Budi, beberapa waktu lalu.
Budi sempat mengatakan sudah ada lima bank yang bersedia memberi pinjaman. Untuk saat ini, dia memastikan akan memilih bank asal Jepang karena bunga yang paling rendah.
"Kalau yang kami tahu itu, sumber pendanaan utama dari equity, dana cash sendiri, yang kedua pinjaman Himbara. Baru ketiga bisa saja obligasi atau apa tergantung dari jumlahnya," sebut Fajar.
Saat ini, pelaporan atas nilai valuasi Rio Tinto masih menunggu rapat tiga menteri, yakni Menteri BUMN, ESDM, dan Keuangan. Pertemuan itu sendiri belum jelas akan berlangsung kapan, Fajar hanya mengatak secepatnya bila tiga menteri tersebut bisa bertemu bersamaan."Karena tidak mungkin satu persatu dikirimin surat, tidak mau, harus dilaporkan langsung ke tiga menteri," ujar Fajar.

(gus/gus) Next Article Dirut Inalum: Rio Tinto Bikin Divestasi Freeport Kompleks
"Seharusnya dimulai dari Bank Himbara dahulu, seperti waktu pengambilalihan Newmont oleh Medco kan Himbara. Jadi tidak ada masalah," kata Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno di kantor Kementerian BUMN, Jumat (13/4/2018).
Fajar belum bisa berkomentar mengenai kemungkinan pinjaman dari bank asal Jepang, seperti yang disebutkan Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) atau Inalum Budi Gunadi Sadikin sebelumnya.
Penghitungan nilai ini dilakukan oleh HSBC, Credit Swiss, Morgan Stanley, dan yang paling terbaru adalah Deutsche Bank. "Deutsche Bank itu adalah salah satu indikator yang bagus," kata Budi, beberapa waktu lalu.
Budi sempat mengatakan sudah ada lima bank yang bersedia memberi pinjaman. Untuk saat ini, dia memastikan akan memilih bank asal Jepang karena bunga yang paling rendah.
"Kalau yang kami tahu itu, sumber pendanaan utama dari equity, dana cash sendiri, yang kedua pinjaman Himbara. Baru ketiga bisa saja obligasi atau apa tergantung dari jumlahnya," sebut Fajar.
Saat ini, pelaporan atas nilai valuasi Rio Tinto masih menunggu rapat tiga menteri, yakni Menteri BUMN, ESDM, dan Keuangan. Pertemuan itu sendiri belum jelas akan berlangsung kapan, Fajar hanya mengatak secepatnya bila tiga menteri tersebut bisa bertemu bersamaan."Karena tidak mungkin satu persatu dikirimin surat, tidak mau, harus dilaporkan langsung ke tiga menteri," ujar Fajar.

(gus/gus) Next Article Dirut Inalum: Rio Tinto Bikin Divestasi Freeport Kompleks
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular