
Penguasa Hulu Migas Soroti Kemudahan Investasi
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
13 April 2018 10:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemudahan berinvestasi atas sektor hulu migas di Indonesia dinilai masih membutuhkan berbagai pengembangan, khususnya dari Pemerintah sebagai regulator.
Indonesia Petroleum Association (IPA) menyoroti tiga hal yang dapat membuat investasi di hulu migas berkembang, yakni insentif pajak, perbaikan regulasi, serta pengembangan teknologi. Tiga hal itu, dinilai IPA sebagai komponen utama yang dapat mendorong peningkatan investasi hulu migas.
"Investasi bukan sesuatu yang tersedia di meja lalu tinggal diambil. Investasi adalah kompetisi antar negara. Kita harus belajar dari tempat lain, memperhitungkan kompetisi global sehingga bisa mengundang investor," kata salah satu Board of Director IPA Tenny Wibowo, Kamis (12/4/2018).
Mesir dan Meksiko menjadi negara yang Tenny contohkan telah dapat menghadirkan berbagai hal menarik untuk investasi masuk. Walau di sisi lain, dia yakin akan ada peningkatan investasi di sektor hulu migas.
Peningkatan itu, utamanya karena harga minyak yang sedang tinggi. Akan tetapi, harga minyak tinggi terjadi di seluruh dunia dan kemampuan untuk bersaing akan jadi penentu utama.
Hal itu disebabkan investor pun akan tetap mencari tempat berinvestasi yang dapat memberi tawaran semenarik mungkin, misal dari segi insentif fiskal dan proses perizinan. "Negara lain juga ingin mendapatkan porsi dari kelegaan perusahaan untuk berinvestasi ini," kata Tenny.
Kondisi kemudahan investasi dalam negeri sekarang, diakui Tenny memang sudah ada yang cukup baik contohnya dengan kehadiran audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Ditjen Pajak yang menjadi satu.
"Namun jangan jadi tidak melihat negara lain dan merasa sudah oke, tapi ternyata tetangga sebelah lebih baik. Menurut saya perubahan ini cukup bagus, misal tax holiday, itu membantu tapi kurang untuk sektor upstream oil and gas," kata Tenny.
Pemanfaatan teknologi pun harus pula dikembangkan dengan baik. Dengan begitu, pengembangan blok-blok migas yang terkendala teknologi namun berpotensi memiliki cadangan migas tinggi dapat pula dimanfaatkan.
Faktor geografis, seperti penemuan hidrokarbon saja dia nilai tidak cukup untuk menarik investor masuk ke Indonesia. Hal itu dia nilai telah dipengaruhi faktor lain seperti kompetisi kebijakan fiskal masing-masing negara.
"Ini kompetisi yang selalu berjalan, jadi jangan lupa lihat tetangga sebelah. Ketika Indonesia telah melakukan perbaikan, bisa jadi mereka langsung melakukan juga," ujar Tenny.
Terkait penerapan insentif fiskal, Kementerian Keuangan baru saja menerbitkan beleid baru berupa tax holiday. Namun, sektor hulu migas tak menjadi penerima insentif tersebut.
"Kegiatan ini [hulu migas] sudah menerima perlakuan pajak khusus dengan sistem cost recovery dan gross split. Di situ ada insentif pajaknya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara.
Melalui skema cost recovery, setiap pengeluaran kontraktor akan diganti melalui sistem reimburse oleh pemerintah, terutama dari pajak tidak langsung seperti pajak bumi bangunan (PBB) sampai dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Sementara melalui skema gross split, dalam periode eksplorasi, investor tidak perlu membayar PPN, PBB, sampai dengan pajak penghasilan (PPh). Sebab, perusahaan belum menghasilkan produksi yang nantinya akan dikenakan pajak. "Jadi insentifnya melalui cara lain, yaitu kegiatan hulu migas," jelasnya.
Menanggapi hal itu, Tenny mengaku akan melakukan komunikasi dengan Pemerintah agar sektor hulu migas bisa juga merasakan kebijakan tax holiday.
"Masih akan ada pembicaraan lebih lanjut, memberi masukan-masukan. Kami mencoba mengusahakan bisa tidak, sekarang kan katanya di hulu sudah ada cost recovery dan gross split, nanti kami bicarakan dulu," ungkap Tenny.
Dia mengaku, selain membicarakan hal itu, asosiasi akan meminta pemberian insentif investasi dalam bentuk lain. Tenny mengatakan hal itu penting untuk meningkatkan investasi atas hulu migas di dalam negeri.
Dia mengingatkan pula produksi minyak saat ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, produksi terus menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
"Produksi minyak kita sudah keep on declining terus, sekarang sudah sekitat 800 ribu barel per hari, mungkin 10 tahun lalu di atas 1 juta. Padahal sekarang kebutuhan sekitar 1,6 juta barel per hari," terang Tenny.
(roy/roy) Next Article SKK Migas: Eksplorasi Migas Belum Separuh dari Potensi
Indonesia Petroleum Association (IPA) menyoroti tiga hal yang dapat membuat investasi di hulu migas berkembang, yakni insentif pajak, perbaikan regulasi, serta pengembangan teknologi. Tiga hal itu, dinilai IPA sebagai komponen utama yang dapat mendorong peningkatan investasi hulu migas.
"Investasi bukan sesuatu yang tersedia di meja lalu tinggal diambil. Investasi adalah kompetisi antar negara. Kita harus belajar dari tempat lain, memperhitungkan kompetisi global sehingga bisa mengundang investor," kata salah satu Board of Director IPA Tenny Wibowo, Kamis (12/4/2018).
Hal itu disebabkan investor pun akan tetap mencari tempat berinvestasi yang dapat memberi tawaran semenarik mungkin, misal dari segi insentif fiskal dan proses perizinan. "Negara lain juga ingin mendapatkan porsi dari kelegaan perusahaan untuk berinvestasi ini," kata Tenny.
Kondisi kemudahan investasi dalam negeri sekarang, diakui Tenny memang sudah ada yang cukup baik contohnya dengan kehadiran audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Ditjen Pajak yang menjadi satu.
"Namun jangan jadi tidak melihat negara lain dan merasa sudah oke, tapi ternyata tetangga sebelah lebih baik. Menurut saya perubahan ini cukup bagus, misal tax holiday, itu membantu tapi kurang untuk sektor upstream oil and gas," kata Tenny.
Pemanfaatan teknologi pun harus pula dikembangkan dengan baik. Dengan begitu, pengembangan blok-blok migas yang terkendala teknologi namun berpotensi memiliki cadangan migas tinggi dapat pula dimanfaatkan.
Faktor geografis, seperti penemuan hidrokarbon saja dia nilai tidak cukup untuk menarik investor masuk ke Indonesia. Hal itu dia nilai telah dipengaruhi faktor lain seperti kompetisi kebijakan fiskal masing-masing negara.
"Ini kompetisi yang selalu berjalan, jadi jangan lupa lihat tetangga sebelah. Ketika Indonesia telah melakukan perbaikan, bisa jadi mereka langsung melakukan juga," ujar Tenny.
Terkait penerapan insentif fiskal, Kementerian Keuangan baru saja menerbitkan beleid baru berupa tax holiday. Namun, sektor hulu migas tak menjadi penerima insentif tersebut.
"Kegiatan ini [hulu migas] sudah menerima perlakuan pajak khusus dengan sistem cost recovery dan gross split. Di situ ada insentif pajaknya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara.
Melalui skema cost recovery, setiap pengeluaran kontraktor akan diganti melalui sistem reimburse oleh pemerintah, terutama dari pajak tidak langsung seperti pajak bumi bangunan (PBB) sampai dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Sementara melalui skema gross split, dalam periode eksplorasi, investor tidak perlu membayar PPN, PBB, sampai dengan pajak penghasilan (PPh). Sebab, perusahaan belum menghasilkan produksi yang nantinya akan dikenakan pajak. "Jadi insentifnya melalui cara lain, yaitu kegiatan hulu migas," jelasnya.
Menanggapi hal itu, Tenny mengaku akan melakukan komunikasi dengan Pemerintah agar sektor hulu migas bisa juga merasakan kebijakan tax holiday.
"Masih akan ada pembicaraan lebih lanjut, memberi masukan-masukan. Kami mencoba mengusahakan bisa tidak, sekarang kan katanya di hulu sudah ada cost recovery dan gross split, nanti kami bicarakan dulu," ungkap Tenny.
Dia mengaku, selain membicarakan hal itu, asosiasi akan meminta pemberian insentif investasi dalam bentuk lain. Tenny mengatakan hal itu penting untuk meningkatkan investasi atas hulu migas di dalam negeri.
Dia mengingatkan pula produksi minyak saat ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, produksi terus menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
"Produksi minyak kita sudah keep on declining terus, sekarang sudah sekitat 800 ribu barel per hari, mungkin 10 tahun lalu di atas 1 juta. Padahal sekarang kebutuhan sekitar 1,6 juta barel per hari," terang Tenny.
(roy/roy) Next Article SKK Migas: Eksplorasi Migas Belum Separuh dari Potensi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular