
Data Pengguna RI Bocor, Cermati Perubahan Facebook Ini
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
05 April 2018 14:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Facebook dalam pernyataannya tertanggal 4 April 2018 menegaskan data sekitar 87 juta penggunanya diduga telah dimiliki lembaga konsultasi politik asal Inggris Cambridge Analytica secara tanpa izin.
Dalam rilis itu terungkap, data 1.096.666 pengguna asal Indonesia ikut bocor dan menduduki peringkat ketiga terbanyak setelah Amerika Serikat (AS) dan Filipina.
Kebocoran data itu terungkap setelah beberapa media Inggris dan AS, seperti The Guardian, The Observer, dan New York Times, pada Maret lalu memberitakan Cambridge Analytica telah mencuri informasi dari data profil 50 juta pengguna Facebook untuk membantu perusahaan mendesain piranti lunak (software) yang dapat memprediksi dan memengaruhi pilihan para pemilih pada saat pemungutan suara pemilihan presiden AS tahun 2016.
Mereka juga menyebut perusahaan yang disewa Presiden Donald Trump dalam pilpres itu dibiayai hingga US$15 juta (Rp 206,3 miliar) oleh miliuner AS Robert Mercer yang juga seorang donor besar untuk Partai Republik, partai penyokong Trump.
Observer melaporkan perusahaan itu dipimpin oleh Steve Bannon, seorang penasihat Trump sebelum dipecat tahun lalu, pada masa kampanye itu.
Facebook dalam pernyataan yang dikeluarkan tanggal 16 Maret segera setelah berita itu muncul mengatakan data pengguna diambil lewat sebuah aplikasi yang menggunakan data login Facebook dan diteruskan kepada Cambridge Analytica.
Aplikasi bernama thisisyourdigitallife itu menawarkan tes prediksi kepribadian dan menjelaskan dirinya di Facebook sebagai sebuah aplikasi riset yang digunakan para psikolog.
Sekitar 270.000 orang mengunduh aplikasi itu dan secara otomatis membuka akses informasi, seperti kota tempat mereka tinggal dan konten yang baru saja mereka "like".
"Namun, aplikasi itu juga mengumpulkan informasi teman Facebook para penggunanya dan menyebabkan adanya akumulasi data dari puluhan juta pengguna," Observer melaporkan.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pada hari Rabu (4/4/2018) mengatakan jumlah pengguna yang diduga bocor datanya mencapai 87 juta, lebih tinggi dari apa yang diberitakan sebelumnya.
Angka 87 juta itu adalah perkiraan bias ke atas terhadap jumlah pengguna yang terdampak penyalahgunaan data tersebut. Angka itu dihasilkan dari jumlah maksimum koneksi dengan pengguna yang mengunduh kuis riset psikologi yang digunakan untuk mengumpulkan data pengguna dan membaginya secara tanpa izin, kata Zuckerberg.
"Saya cukup yakin jumlahnya tidak akan melebihi 87 juta, bisa jadi lebih rendah," ujarnya.
Ia juga berjanji perusahaannya akan berkomitmen melakukan berbagai langkah perubahan jangka panjang untuk memastikan hal yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Perubahan Fitur Facebook
Chief Technology Officer Facebook Mike Schroepfer mengatakan beberapa perubahan telah dilakukan perusahaannya menanggapi kebocoran data tersebut.
"Hari ini, kami ingin memberikan update soal perubahan-perubahan yang kami buat untuk melindungi informasi Facebook Anda dengan lebih baik. Kami akan membuat lebih banyak perubahan dalam beberapa bulan ke depan dan menginformasikan kemajuannya pada Anda," tulisnya.
Facebook menjabarkan sembilan perubahan paling penting yang sedang dikembangkannya, yaitu perubahan pada API Events, API Groups, API Pages, Facebook Login, API Instagram Platform, Search and Account Recovery, Call and Text History, Data Providers and Partner Categories, dan App Controls.
Saat ini berbagai aplikasi yang menggunakan API Events tidak lagi bisa mengakses daftar tamu yang mengonfirmasi kehadirannya pada sebuah acara yang diunggah di Facebook.
Aplikasi di platform Facebook juga tidak lagi bisa mengakses daftar anggota sebuah grup. Media sosial itu juga menghapus informasi pribadi pengguna, seperti nama dan foto profil, yang terlampir pada post ataupun komentar yang setuju memberikan akses untuk aplikasi tersebut.
Mulai 4 April, berbagai aplikasi yang meminta akses informasi pengguna, seperti check in, likes, foto, post, video, events, dan groups, harus mendapat izin dari Facebook. Hal ini sebenarnya telah diterapkan sejak 2014 namun Facebook kini mengetatkan persyaratan untuk aplikasi tersebut.
Facebook juga tidak lagi mengizinkan aplikasi meminta akses informasi pribadi, seperti pandangan politik dan agama, status pernikahan, sejarah pendidikan dan pekerjaan, daftar teman, dan aktivitas pengguna.
Pada akhirnya, mulai 9 April mendatang Facebook akan menunjukkan sebuah tautan di bagian atas News Feed pengguna agar mereka dapat melihat aplikasi apa saja yang mereka gunakan dan informasi apa saja yang telah mereka bagi dengan aplikasi tersebut. Pengguna juga akan bisa menghapus aplikasi yang tidak lagi mereka inginkan.
Sebagai bagian dari proses itu, Facebook akan memberitahukan pengguna apabila data mereka ikut dikirimkan kepada Cambridge Analytica secara tanpa izin.
"Kami yakin perubahan ini akan dengan lebih baik melindungi informasi pengguna sambil tetap memberi ruang bagi developer menciptakan pengalaman yang berguna," kata Schroepfer.
(prm) Next Article Satu Fitur Facebook Telah Buka Akses Data Pengguna
Dalam rilis itu terungkap, data 1.096.666 pengguna asal Indonesia ikut bocor dan menduduki peringkat ketiga terbanyak setelah Amerika Serikat (AS) dan Filipina.
Kebocoran data itu terungkap setelah beberapa media Inggris dan AS, seperti The Guardian, The Observer, dan New York Times, pada Maret lalu memberitakan Cambridge Analytica telah mencuri informasi dari data profil 50 juta pengguna Facebook untuk membantu perusahaan mendesain piranti lunak (software) yang dapat memprediksi dan memengaruhi pilihan para pemilih pada saat pemungutan suara pemilihan presiden AS tahun 2016.
Observer melaporkan perusahaan itu dipimpin oleh Steve Bannon, seorang penasihat Trump sebelum dipecat tahun lalu, pada masa kampanye itu.
Facebook dalam pernyataan yang dikeluarkan tanggal 16 Maret segera setelah berita itu muncul mengatakan data pengguna diambil lewat sebuah aplikasi yang menggunakan data login Facebook dan diteruskan kepada Cambridge Analytica.
Aplikasi bernama thisisyourdigitallife itu menawarkan tes prediksi kepribadian dan menjelaskan dirinya di Facebook sebagai sebuah aplikasi riset yang digunakan para psikolog.
Sekitar 270.000 orang mengunduh aplikasi itu dan secara otomatis membuka akses informasi, seperti kota tempat mereka tinggal dan konten yang baru saja mereka "like".
"Namun, aplikasi itu juga mengumpulkan informasi teman Facebook para penggunanya dan menyebabkan adanya akumulasi data dari puluhan juta pengguna," Observer melaporkan.
CEO Facebook Mark Zuckerberg pada hari Rabu (4/4/2018) mengatakan jumlah pengguna yang diduga bocor datanya mencapai 87 juta, lebih tinggi dari apa yang diberitakan sebelumnya.
Angka 87 juta itu adalah perkiraan bias ke atas terhadap jumlah pengguna yang terdampak penyalahgunaan data tersebut. Angka itu dihasilkan dari jumlah maksimum koneksi dengan pengguna yang mengunduh kuis riset psikologi yang digunakan untuk mengumpulkan data pengguna dan membaginya secara tanpa izin, kata Zuckerberg.
"Saya cukup yakin jumlahnya tidak akan melebihi 87 juta, bisa jadi lebih rendah," ujarnya.
Ia juga berjanji perusahaannya akan berkomitmen melakukan berbagai langkah perubahan jangka panjang untuk memastikan hal yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Perubahan Fitur Facebook
Chief Technology Officer Facebook Mike Schroepfer mengatakan beberapa perubahan telah dilakukan perusahaannya menanggapi kebocoran data tersebut.
"Hari ini, kami ingin memberikan update soal perubahan-perubahan yang kami buat untuk melindungi informasi Facebook Anda dengan lebih baik. Kami akan membuat lebih banyak perubahan dalam beberapa bulan ke depan dan menginformasikan kemajuannya pada Anda," tulisnya.
Facebook menjabarkan sembilan perubahan paling penting yang sedang dikembangkannya, yaitu perubahan pada API Events, API Groups, API Pages, Facebook Login, API Instagram Platform, Search and Account Recovery, Call and Text History, Data Providers and Partner Categories, dan App Controls.
Saat ini berbagai aplikasi yang menggunakan API Events tidak lagi bisa mengakses daftar tamu yang mengonfirmasi kehadirannya pada sebuah acara yang diunggah di Facebook.
Aplikasi di platform Facebook juga tidak lagi bisa mengakses daftar anggota sebuah grup. Media sosial itu juga menghapus informasi pribadi pengguna, seperti nama dan foto profil, yang terlampir pada post ataupun komentar yang setuju memberikan akses untuk aplikasi tersebut.
Mulai 4 April, berbagai aplikasi yang meminta akses informasi pengguna, seperti check in, likes, foto, post, video, events, dan groups, harus mendapat izin dari Facebook. Hal ini sebenarnya telah diterapkan sejak 2014 namun Facebook kini mengetatkan persyaratan untuk aplikasi tersebut.
Facebook juga tidak lagi mengizinkan aplikasi meminta akses informasi pribadi, seperti pandangan politik dan agama, status pernikahan, sejarah pendidikan dan pekerjaan, daftar teman, dan aktivitas pengguna.
Pada akhirnya, mulai 9 April mendatang Facebook akan menunjukkan sebuah tautan di bagian atas News Feed pengguna agar mereka dapat melihat aplikasi apa saja yang mereka gunakan dan informasi apa saja yang telah mereka bagi dengan aplikasi tersebut. Pengguna juga akan bisa menghapus aplikasi yang tidak lagi mereka inginkan.
Sebagai bagian dari proses itu, Facebook akan memberitahukan pengguna apabila data mereka ikut dikirimkan kepada Cambridge Analytica secara tanpa izin.
"Kami yakin perubahan ini akan dengan lebih baik melindungi informasi pengguna sambil tetap memberi ruang bagi developer menciptakan pengalaman yang berguna," kata Schroepfer.
(prm) Next Article Satu Fitur Facebook Telah Buka Akses Data Pengguna
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular