
Internasional
Cari Peluang Dagang, Industri Produk Susu AS Gaet China
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
02 April 2018 15:39

Chicago, CNBC Indonesia - Kelompok pengekspor produk susu (dairy) Amerika Serikat (AS) telah bekerjasama dengan sebuah universitas China untuk menciptakan pusat penelitian sains makanan. Usaha itu diharapkan dapat mendorong relasi dan memperluas ekspor dairy dari AS ke China, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan resmi.
Dewan Ekspor Produk Susu AS (US Dairy Export Council/ USDEC) menandatangani nota kesepahaman hari Senin (2/4/2018) dengan Jiangnan University yang terletak di Wuxi, kota di dekat Shanghai, China, untuk membangun pusat penelitian bernama US-China Dairy Innovation Center atau Pusat Inovasi Produk Susu AS-China.
Kerja sama itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dagang di antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu, seraya pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menetapkan bea impor yang menargetkan produk-produk China seperti panel surya, baja, dan aluminium. Kekhawatiran menguat bahwa China akan menargetkan produk-produk pertanian AS sebagai pembalasan ketika pihak pemerintah mengumumkan tarif tambahan pada produk makanan AS hari Senin.
China mengatakan bea tambahan hingga 25% akan dikenakan pada 128 produk AS, termasuk daging babi beku, wine, buah-buahan, dan kacang-kacangan.
Tetap saja, kerja sama yang diumumkan oleh USDEC dan Jiangnan menyoroti keterkaitan dua negara tersebut, bahkan ketika cekcok dagang memanas.
Sebagai tambahan dari pembentukan pusat sains makanan, kesepakatan itu bertujuan mendorong pengembangan produk makanan untuk konsumen China yang menggunakan produk dairy AS sebagai bahan baku, membantu eksportir dairy AS untuk memahami lebih baik cara bekerja dengan manufaktur makanan China, serta mendorong riset akademik mahasiswa China dalam hal dairy.
Kesepakatan itu adalah usaha terbaru dari USDEC untuk mendorong bisnis dengan China, termasuk sebuah kesepakatan tentang pendaftaran pabrik dairy AS dan pengurangan tarif keju China secara unilateral tahun lalu, kata Presiden USDEC Tom Vilsack yang dikutip oleh Reuters.
"Secara umum, Asia sangatlah penting untuk industri dairy AS dan kami perlu membangun relasi jangka panjang ini," kata Vilsack, yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian di masa pemerintahan Obama.
Jika digabungkan, China dan Hong Kong adalah pasar ekspor terbesar ketiga setelah Meksiko dan Kanada untuk produk dairy AS di tahun 2017. Ekspor produk dairy AS ke seluruh dunia mencapai US$5,48 miliar (Rp 75,3 triliun) di tahun 2017, meningkat 14% dari tahun 2016, menurut data perdagangan dan pemerintah.
Meskipun begitu, cekcok dagang dan potensi balas dendam tetap membuat Vilsack khawatir.
"Kami berharap itu semua bisa diselesaikan," kata Vilsack, yang perusahaannya sedang merekrut lebih banyak karyawan untuk mengembangkan bisnis baru di China.
(prm) Next Article 'Seperti AS, China Juga Punya Hak untuk Berkembang'
Dewan Ekspor Produk Susu AS (US Dairy Export Council/ USDEC) menandatangani nota kesepahaman hari Senin (2/4/2018) dengan Jiangnan University yang terletak di Wuxi, kota di dekat Shanghai, China, untuk membangun pusat penelitian bernama US-China Dairy Innovation Center atau Pusat Inovasi Produk Susu AS-China.
Kerja sama itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dagang di antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu, seraya pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menetapkan bea impor yang menargetkan produk-produk China seperti panel surya, baja, dan aluminium. Kekhawatiran menguat bahwa China akan menargetkan produk-produk pertanian AS sebagai pembalasan ketika pihak pemerintah mengumumkan tarif tambahan pada produk makanan AS hari Senin.
Tetap saja, kerja sama yang diumumkan oleh USDEC dan Jiangnan menyoroti keterkaitan dua negara tersebut, bahkan ketika cekcok dagang memanas.
Sebagai tambahan dari pembentukan pusat sains makanan, kesepakatan itu bertujuan mendorong pengembangan produk makanan untuk konsumen China yang menggunakan produk dairy AS sebagai bahan baku, membantu eksportir dairy AS untuk memahami lebih baik cara bekerja dengan manufaktur makanan China, serta mendorong riset akademik mahasiswa China dalam hal dairy.
Kesepakatan itu adalah usaha terbaru dari USDEC untuk mendorong bisnis dengan China, termasuk sebuah kesepakatan tentang pendaftaran pabrik dairy AS dan pengurangan tarif keju China secara unilateral tahun lalu, kata Presiden USDEC Tom Vilsack yang dikutip oleh Reuters.
"Secara umum, Asia sangatlah penting untuk industri dairy AS dan kami perlu membangun relasi jangka panjang ini," kata Vilsack, yang pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian di masa pemerintahan Obama.
Jika digabungkan, China dan Hong Kong adalah pasar ekspor terbesar ketiga setelah Meksiko dan Kanada untuk produk dairy AS di tahun 2017. Ekspor produk dairy AS ke seluruh dunia mencapai US$5,48 miliar (Rp 75,3 triliun) di tahun 2017, meningkat 14% dari tahun 2016, menurut data perdagangan dan pemerintah.
Meskipun begitu, cekcok dagang dan potensi balas dendam tetap membuat Vilsack khawatir.
"Kami berharap itu semua bisa diselesaikan," kata Vilsack, yang perusahaannya sedang merekrut lebih banyak karyawan untuk mengembangkan bisnis baru di China.
(prm) Next Article 'Seperti AS, China Juga Punya Hak untuk Berkembang'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular