
Internasional
Resmi! China Kenakan Bea Impor 128 Barang AS
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
02 April 2018 07:45

Beijing, CNBC Indonesia - Mulai Senin (2/4/2018) China secara resmi mengenakan bea masuk baru terhadap 128 barang impor dari Amerika Serikat (AS), termasuk daging babi dan buah-buahan, senilai US$3 miliar (Rp 41,2 triliun) sebagai balasan atas bea impor baja dan aluminium AS. Tindakan itu mengobarkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang.
Langkah China tersebut terjadi menyusul saling lempar ancaman dan retorika oleh dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu selama berminggu-minggu terakhir ini, dilansir dari AFP.
Presiden AS Donald Trump berkali-kali mengritik surplus perdagangan China terhadap AS yang luar biasa besar dan dalam kampanyenya berjanji akan memangkas surplus tersebut.
Bulan lalu Beijing telah memperingatkan AS bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan pengenaan bea masuk sebesar 15% dan 25% terhadap berbagai produk, termasuk wine, kacang-kacangan, dan aluminium AS. Pengenaan bea masuk itu mulai berlaku hari Senin, kantor berita China Xinhua melaporkan dengan mengutip pernyataan kementerian keuangan.
Kebijakan tarif itu adalah respons China terhadap bea masuk impor baja AS sebesar 25% dan 10% untuk aluminium yang juga membuat marah negara-negara sekutu Paman Sam.
Namun, Trump telah mengecualikan Uni Eropa (UE), Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan dari pengenaan bea masuk itu untuk sementara.
Presiden AS itu juga telah menyampaikan rencana untuk mengenakan bea masuk terhadap impor China senilai sekitar US$60 miliar atas tuduhan pencurian hak kekayaan intelektual.
China telah meminta AS menghentikan "intimidasi ekonominya" dan memperingatkan akan membalas tindakan tersebut.
Walaupun telah mengenakan bea impor baru, China sejauh ini masih menunda serangannya terhadap produk-produk pertanian penting AS, seperti kedelai, dan terhadap industri besar, seperti pabrikan pesawat Boeing, yang disebut-sebut koran nasional negara Tirai Bambu sebagai komoditas yang harus disasar.
Hal itu dinilai berbagai kalangan sebagai sinyal Beijing masih terbuka untuk bernegosiasi dengan AS.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada hari Kamis pekan lalu juga mengisyaratkan pengenaan bea impor baru tehadap kekayaan intelektual adalah pendahuluan untuk serangkaian perundingan.
(prm) Next Article Perang Dagang Memanas, China Umumkan Bea Impor 106 Produk AS
Langkah China tersebut terjadi menyusul saling lempar ancaman dan retorika oleh dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu selama berminggu-minggu terakhir ini, dilansir dari AFP.
Presiden AS Donald Trump berkali-kali mengritik surplus perdagangan China terhadap AS yang luar biasa besar dan dalam kampanyenya berjanji akan memangkas surplus tersebut.
Kebijakan tarif itu adalah respons China terhadap bea masuk impor baja AS sebesar 25% dan 10% untuk aluminium yang juga membuat marah negara-negara sekutu Paman Sam.
Namun, Trump telah mengecualikan Uni Eropa (UE), Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan dari pengenaan bea masuk itu untuk sementara.
Presiden AS itu juga telah menyampaikan rencana untuk mengenakan bea masuk terhadap impor China senilai sekitar US$60 miliar atas tuduhan pencurian hak kekayaan intelektual.
China telah meminta AS menghentikan "intimidasi ekonominya" dan memperingatkan akan membalas tindakan tersebut.
Walaupun telah mengenakan bea impor baru, China sejauh ini masih menunda serangannya terhadap produk-produk pertanian penting AS, seperti kedelai, dan terhadap industri besar, seperti pabrikan pesawat Boeing, yang disebut-sebut koran nasional negara Tirai Bambu sebagai komoditas yang harus disasar.
Hal itu dinilai berbagai kalangan sebagai sinyal Beijing masih terbuka untuk bernegosiasi dengan AS.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross pada hari Kamis pekan lalu juga mengisyaratkan pengenaan bea impor baru tehadap kekayaan intelektual adalah pendahuluan untuk serangkaian perundingan.
(prm) Next Article Perang Dagang Memanas, China Umumkan Bea Impor 106 Produk AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular