Internasional

China Desak AS Hentikan Intimidasi Ekonomi

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 March 2018 18:17
Pemerintah China masih terbuka untuk berdialog dengan AS guna menyelesaikan sengketa dagang di antaranya dan mencegah perang dagang.
Foto: Edward Ricardo
Beijing, CNBC Indonesia - China mengecam Amerika Serikat (AS) atas "intimidasi ekonomi" negara itu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bea impor baru yang menyasar China. Namun, negara Asia Timur itu mengatakan terbuka untuk menegosiasikan penyelesaian perselisihan perdagangan di antara keduanya.

Kedua negara tersebut telah bertukar ancaman dan retorika panas selama beberapa hari belakangan yang meningkatkan kekhawatiran bahwa dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini sedang mengarah ke perang dagang.


Pada hari Kamis (22/3/2018) lalu, Trump mengatakan AS akan menerapkan tarif baru untuk impor China yang nilainya sekitar US$60 miliar (Rp 824 triliun) atas "pencurian" hak kekayaan intelektual. Pengumuman tersebut mengguncang pasar keuangan global.

Mantan Presiden Mike Pence mengatakan langkah-langkah tersebut mengartikan bahwa "era ekonomi yang menyerah telah usai".

Ketika dimintai komentar saat konferensi pers hari Senin (26/3/2018), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying berkata "akan lebih pantas untuk mengatakan bahwa inilah saatnya untuk menghentikan intimidasi dan hegemoni ekonomi AS", dilansir dari AFP.

Beijing tidak tinggal diam. Pada hari Jumat (23/3/2018), Negara Tirai Bambu itu mengungkapkan sebuah daftar barang-barang AS senilai $3 miliar, termasuk daging babi, buah, dan wine yang bisa menjadi target tarif pembalasan untuk bea impor baja dan aluminium jika negosiasi gagal.

"Kami juga memiliki kepercayaan diri dan kapasitas untuk melindungi kepentingan kami yang sah dan legal, apapun keadaannya," kata Hua. "Sekarang bola [keputusannya] ada di AS."

Sementara keduanya saling bertukar ejekan di hadapan publik, pejabat AS dan China telah memulai negosiasi di balik layar untuk memperbaiki akses Amerika ke pasar besar di Asia tersebut, menurut pemberitaan Wall Street Journal yang dikutip oleh AFP.


"Kami terus mengatakan bahwa pihak China bersedia untuk melakukan negosiasi dengan AS agar dapat mengelola perbedaan [di antara kami] dengan baik, atas dasar saling menghormati dan saling menguntungkan," kata Hua ketika dimintai komentar tentang pemberitaan tersebut.

"Pintu kami selalu terbuka lebar untuk dialog dan konsultasi."
(prm) Next Article Gara-Gara Trump, Industri Robot China Mulai Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular