
Internasional
Joseph Stiglitz: WTO 'Dilumpuhkan' Trump
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
26 March 2018 16:51

Beijing, CNBC Indonesia - Ekonom pemenang penghargaan Nobel Joseph Stiglitz menyuarakan peringatan terhadap sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menolak penunjukan hakim-hakim baru di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Pertempuran kecil dalam perang dagang sebelumnya "selalu dilakukan dalam kerangka kerja WTO, dalam peraturan hukum internasional," kata Stiglitz, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Ekonom World Bank, kepada CNBC International hari Sabtu (24/3/2018) di acara China Development Forum di Beijing.
"Apa yang membuat saya khawatir sekarang adalah Trump telah menghambat penunjukan hakim baru di WTO, dan badan banding WTO sedang dilumpuhkan," kata Stiglitz, merujuk pada panel beranggotakan tujuh orang di organisasi tersebut yang mengawasi perselisihan internasional.
Badan itu saat ini hanya memiliki empat anggota karena pemerintahan Trump memblokir proses pemilihan hakim baru dengan menuduh organisasi berusia 23 tahun itu bias terhadap AS.
Secara tradisional, WTO menunjuk hakim-hakim baru berdasarkan suara yang bulat, kata Stiglitz yang saat ini menjadi profesor di Columbia University.
"Mereka enggan untuk meninggalkan praktik itu [...] tetapi nampaknya, bagi saya, penting bagi dunia untuk melakukan apa yang mereka bisa demi menyelamatkan sistem kita yang berbasis pada aturan."
Tekanan perdagangan
Stiglitz sebelumnya mengimbau Beijing untuk membawa kasus perdagangannya ke WTO "untuk menunjukkan komitmen mereka pada aturan hukum internasional". Namun, saat berbincang dengan CNBC International ia berharap China memiliki rencana untuk memukul AS menggunakan tarif timbal-balik yang merugikan.
"Targetkan [sektor] yang akan paling dirugikan," katanya, merujuk pada cara Uni Eropa mengancam penerapan tarif pada barang-barang AS yang berasal dari kota-kota asal anggota Senat. "China memiliki, saya cukup yakin, peta ekonomi yang sangat baik. Dengan itu mereka bisa menargetkan beberapa lokasi di Amerika Serikat di mana kerugian akan dimaksimalkan."
Perang dagang yang memanas, katanya, bisa memiliki dampak politik untuk Trump, terutama jika pembalasan dari para mitra datang menghantam basis pendapatan si presiden.
"Jika ada peningkatan tarif dalam kisaran yang luas, itu akan mempengaruhi biaya hidup, inflasi akan mendorong The Fed menaikkan suku bunga ke titik tertinggi, tentu saja hal itu akan menjadi risiko pertumbuhan AS yang kembali kuat," katanya.
"Mungkin ini adalah satu hal yang sebenarnya mengubah sekelompok orang yang nampaknya sudah terjebak dengannya [Trump], bahkan ketika ia mendemonstrasikan kefanatikan, misogyny [kebencian terhadap perempuan], dukungan terhadap orang-orang yang [memiliki] latar belakang Nazi."
"Mereka berdiri dengannya sejauh ini. Pertanyaannya adalah ketika pemasukan mereka terdampak, apakah mereka masih [berdiri dengannya]?"
(prm) Next Article WTO: Perang Dagang Hancurkan Ekonomi Dunia
Pertempuran kecil dalam perang dagang sebelumnya "selalu dilakukan dalam kerangka kerja WTO, dalam peraturan hukum internasional," kata Stiglitz, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Ekonom World Bank, kepada CNBC International hari Sabtu (24/3/2018) di acara China Development Forum di Beijing.
"Apa yang membuat saya khawatir sekarang adalah Trump telah menghambat penunjukan hakim baru di WTO, dan badan banding WTO sedang dilumpuhkan," kata Stiglitz, merujuk pada panel beranggotakan tujuh orang di organisasi tersebut yang mengawasi perselisihan internasional.
Secara tradisional, WTO menunjuk hakim-hakim baru berdasarkan suara yang bulat, kata Stiglitz yang saat ini menjadi profesor di Columbia University.
"Mereka enggan untuk meninggalkan praktik itu [...] tetapi nampaknya, bagi saya, penting bagi dunia untuk melakukan apa yang mereka bisa demi menyelamatkan sistem kita yang berbasis pada aturan."
Tekanan perdagangan
Stiglitz sebelumnya mengimbau Beijing untuk membawa kasus perdagangannya ke WTO "untuk menunjukkan komitmen mereka pada aturan hukum internasional". Namun, saat berbincang dengan CNBC International ia berharap China memiliki rencana untuk memukul AS menggunakan tarif timbal-balik yang merugikan.
"Targetkan [sektor] yang akan paling dirugikan," katanya, merujuk pada cara Uni Eropa mengancam penerapan tarif pada barang-barang AS yang berasal dari kota-kota asal anggota Senat. "China memiliki, saya cukup yakin, peta ekonomi yang sangat baik. Dengan itu mereka bisa menargetkan beberapa lokasi di Amerika Serikat di mana kerugian akan dimaksimalkan."
Perang dagang yang memanas, katanya, bisa memiliki dampak politik untuk Trump, terutama jika pembalasan dari para mitra datang menghantam basis pendapatan si presiden.
"Jika ada peningkatan tarif dalam kisaran yang luas, itu akan mempengaruhi biaya hidup, inflasi akan mendorong The Fed menaikkan suku bunga ke titik tertinggi, tentu saja hal itu akan menjadi risiko pertumbuhan AS yang kembali kuat," katanya.
"Mungkin ini adalah satu hal yang sebenarnya mengubah sekelompok orang yang nampaknya sudah terjebak dengannya [Trump], bahkan ketika ia mendemonstrasikan kefanatikan, misogyny [kebencian terhadap perempuan], dukungan terhadap orang-orang yang [memiliki] latar belakang Nazi."
"Mereka berdiri dengannya sejauh ini. Pertanyaannya adalah ketika pemasukan mereka terdampak, apakah mereka masih [berdiri dengannya]?"
(prm) Next Article WTO: Perang Dagang Hancurkan Ekonomi Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular