Internasional

Awas, Babak Baru Perang Dagang Australia vs China Dimulai

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
21 October 2021 14:05
Ilustrasi bendera Australia dan China. (File Photo Reuters)
Foto: Ilustrasi bendera Australia dan China. (File Photo Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Australia dan China telah memasuki babak baru. Kali ini, Canberra menyebut bahwa Beijing telah merusak tatanan perdagangan internasional yang telah disepakati Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dalam sebuah tinjauan rutin WTO di Jenewa, Australia secara terbuka menuding bahwa sejumlah sanksi yang dijatuhkan Beijing terhadap barang-barang Australia bermotivasi politik.

"China semakin menguji aturan dan norma perdagangan global dengan terlibat dalam praktik yang tidak sesuai dengan komitmen WTO-nya," kata pemerintah Australia dalam sebuah pernyataan dikutip AFP, Kamis (21/10/2021).

"Dengan merusak aturan perdagangan yang disepakati, China juga merusak sistem perdagangan multilateral yang diandalkan oleh semua anggota WTO."

China sendiri dilaporkan berjanji untuk mempercepat upaya untuk membuka pasarnya. Termasuk menerapkan kebijakan impor yang lebih proaktif.

Perang dagang di antara keduanya terjadi sejak desakan Australia ingin agar masyarakat global mau menginvestigasi asal muasal Covid-19 yang muncul di Wuhan, China. Ini membuat negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu berang dan mulai menjatuhkan tarif untuk produk-produk seperti selai, anggur, daging sapi, kapas dan batu bara asal Australia.

Dalam sanksi itu, para analis menilai bahwa Canberra berhasil menahan kerusakan hubungan dagang ini dengan mengalihkan banyak ekspornya ke negara lain. Barang yang dicontohkan ialah batu bara, di mana Australia dirasa berhasil mengalihkan fokus China ke negara-negara lain seperti India.

Hal ini membuat ekspor batu bara Australia ke seluruh dunia pada Januari 2021 mencapai US$ 9,5 miliar. Ini lebih tinggi secara tahunan dibanding sebelum diblokir China.

"Ekspor ke China telah diprediksi runtuh di daerah yang terkena sanksi, tetapi sebagian besar perdagangan yang hilang ini tampaknya telah menemukan pasar lain," kata Roland Rajah, ekonom utama di Lowy Institute.

Meski begitu, tidak semua sektor mampu menghadapi tarif China ini. Para analis mencatat bahwa Australia mengalami kesulitan pengiriman daging sapi dan anggur.

Awal tahun ini, China memberlakukan bea masuk anti-dumping pada beberapa anggur Australia. Negeri itu mengklaim bahwa Australia telah membuang dan mensubsidi ekspor anggurnya yang berakibat merugikan bagi sektor anggur domestik China.

"Industri anggur Australia telah berjuang untuk menebus hilangnya pasar premium China," tambah Rajah.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia-Ukraina Minggir! "Perang" Australia-China Makan Korban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular