Internasional

Perang Dagang Bisa Sebabkan Krisis Ekonomi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 March 2018 15:08
Ekonom peraih Nobel Robert Shiller mengatakan perang dagang AS-China bisa sebabkan krisis.
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS), yang menurut banyak pihak disebabkan oleh pengenaan tarif oleh kedua negara, akan berujung pada krisis ekonomi, kata ekonom peraih Nobel Robert Shiller.

Dalam satu sesi wawancara dengan CNBC International di Beijing, China, hari Sabtu (24/3/2018), ekonom lulusan Universitas Yale itu mengkritik Presiden AS Donal Trump dan menyebut orang nomor satu di AS itu sebagai 'pemain sandiwara' yang jelas-jelas sukses sebagai selebritas, namun gagal sebagai seorang presiden.


Ia menyampaikan kritik yang lebih pedas mengenai kemungkinan perang dagang antara AS dan China, dengan mengatakan perusahaan-perusahaan AS tidak akan siap menghadapi pemotongan rantai pasokan atau strategi bisnis dari China.

"Hal yang segera terjadi adalah krisis ekonomi karena perusahaan-perusahaan ini dibangun dengan rencana jangka panjang, mereka sudah menempa tenaga kerja yang terampil dan beberapa hal lainnya untuk menjalankan bisnis. Kita harus mencari kembali hal-hal tersebut di negara-negara lain setelah impor dikurangi," ujarnya kepada CNBC di sela-sela China Development Forum.

Akan terjadi kakacauan sebab perdagangan protektif itu akan memperlambat pembangunan di masa mendatang jika semakin banyak pihak mulai berpikir hal semacam itu bisa terjadi, tambahnya.

Pada hari Jumat Beijing mengumumkan akan menetapkan tarif pada 128 produk AS dengan nilai impor setara US$3 miliar (Rp 41,2 triliun) untuk membalas tindakan Trump yang menerapkan tarif impor 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium pada awal bulan Maret lalu.

Presiden AS juga mengumumkan rencananya menerapkan tarif senilai lebih dari US$60 miliar untuk impor dari China.

Menteri perdagangan China mengatakan produk AS yang terancam dikenai tarif 15% oleh Beijing di antaranya adalah wine, buah segar, kacang-kacangan dan buah kering, pipa baja, olahan etanol, dan ginseng. Sementara itu tarif 25% kemungkinan diterapkan terhadap impor daging babi AS dan barang-barang aluminium daur ulang.

Shiller mengatakan tidak ada dampak inflasi yang signifikan terhadap AS dari penerapan tarif baja dan aluminium, namun ia mengatakan perselisihan dagang yang terus memanas dapat menyebabkan ekonomi Amerika terperosok dalam resesi.

"Ketika Anda menanyakan ukuran dampak terhadap ekonomi, saya pikir akan lebih banyak dampak psikologis dibanding dampak langsung, kecuali mereka benar-benar membebankan tarif. Sikap 'balas dendam' itulah yang sebenarnya menyebabkan resesi." ujarnya.

Ekonomi global dalam beberapa bulan ini telah membaik di beberapa aspek. Perang dagang bisa mengakhiri momentum kuat tersebut, namun pertumbuhan dalam setahun terakhir memberi harapan ekonomi global mampu 'sedikit menghadapi' akibat dari perang dagang, kata Shiller.

Berdasarkan hal itu, keputusan Trump untuk menerapkan langkah tersebut dalam perdagangan bisa dianggap 'tepat waktu'.

"Jika dia menerapkan hal ini pada tahun 2009, pasti akan menjadi bencana," ujar Shiller. "Namun saya pikir masalah waktu pelaksanaan sepenuhnya keputusannya: dia sudah menjadi presiden selama setahun, hanya masalah waktu dia melakukan sesuatu yang membuat orang-orang menderita. Dia punya moto hidup yaitu yang harus dilakukan adalah: Jika anda ingin tetap terkenal dan menjadi selebritas (yang merupakan latar belakangnya) anda harus sering menciptakan sensasi."


Dalam hal ini, peraih Nobel itu menyindir unggahan Twitter Trump baru-baru ini mengenai mantan Wakil Presiden Joe Biden. Trump menulis, dan ditirukan Shiller, "seperti kejadian di belakang sekolah 'saya akan menghajar anda'."

"Tindakan itu benar-benar tidak pantas untuk seorang presiden," tambahnya.

Shiller juga mempertanyakan kesehatan orang-orang dalam pemerintahan Trump, dengan mengatakan Presiden telah 'merekrut orang-orang ekstremis'. Ia mencontohkan Peter Navarro, penasihat perdagangan Gedung Putih yang menulis buku berjudul 'Death by China' dan 'The Coming China Wars'.

"Bagi saya tidak ada presiden yang yang akan memberi kepercayaan [pada orang-orang seperti itu], tapi lihatlah kita. Saya pikir dia adalah pemain sandiwara yang melakukan ini untuk alasan politik di AS," kata ekonom itu sambil merujuk pada pemilihan umum paruh waktu yang akan datang di mana Trump sendiri mencoba untuk terpilih kembali pada tahun 2020.
(prm) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular