Internasional

Sengit! Negara Dekat RI Ini Jadi Target 'Adu Rayu' AS-China

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
19 April 2022 15:50
Kapal-kapal berlabuh di lepas pantai di Honiara, ibu kota Kepulauan Solomon. (AP/Mark Schiefelbein/File Photo)
Foto: Kapal-kapal berlabuh di lepas pantai di Honiara, ibu kota Kepulauan Solomon. (AP/Mark Schiefelbein/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan Amerika Serikat (AS) dan China untuk menjalin kemitraan dengan Kepulauan Solomon makin meningkat. Tak lama setelah negara yang berada di dekat Papua Nugini itu menjalin pakta pertahanan dengan Beijing, Washington berencana mengirimkan delegasinya ke negara itu.

Mengutip Reuters, dalam kunjungan itu, Gedung Putih menugaskan Koordinator Gedung Putih Indo-Pasifik Kurt Campbell dan Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink. Keduanya akan memimpin delegasi AS untuk berdiskusi terkait persoalan keamanan.

"Campbell dan Kritenbrink akan memimpin delegasi yang mencakup pejabat Departemen Pertahanan dan Badan Pembangunan Internasional AS," ujar rilis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih kata dalam sebuah pernyataan, Selasa (19/4/2022).

Ketika ditanya terkait China, Juru Bicara Luar Negeri Ned Price mengatakan kekhawatiran atas China akan menjadi salah satu topik yang dibahas dengan pejabat Solomon. Meski begitu, pihaknya menyebut tujuan ini tidak secara langsung berfokus kepada tema tersebut.

"Kebijakan AS terhadap kawasan itu adalah tentang memastikan negara-negara memahami manfaat dari keterlibatan dengan Washington dan bukan tentang China atau negara lain mana pun," kata Price pada konferensi pers reguler.

"Kami akan menyerahkannya kepada mereka untuk membandingkan apa yang kami tawarkan dari apa yang mungkin ditawarkan oleh negara lain, termasuk negara yang agak besar di kawasan ini," tambahnya.

Solomon mengatakan pada bulan Maret bahwa mereka sedang menciptakan kemitraan dengan China untuk mengatasi ancaman keamanan.

Namun, AS khawatir bahwa kemitraan pertahanan ini akan membuka jalan bagi Beijing untuk membuat sebuah pangkalan militer di negara itu. Ini diperparah oleh lokasi Solomon yang berdekatan dengan Australia dan Selandia Baru yang notabenenya sekutu AS.

Di sisi lain, China akan mengirim pejabatnya ke Kepulauan Solomon pada bulan depan untuk menandatangani perjanjian kerja sama. Kedutaan China dan pejabat Kepulauan Solomon telah menandatangani pakta keamanan yang memungkinkan China melindungi infrastruktur dan ketertiban sosial di sana.

Pekan lalu, Menteri Pembangunan Internasional Australia dan Pasifik Zed Seselja melakukan perjalanan ke Honiara, Ibu Kota Kepulauan Solomon, untuk meminta Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare tidak menandatangani perjanjian kerangka keamanan dengan China yang dikhawatirkan Canberra dapat menyebabkan kehadiran militer China di kepulauan Pasifik.

Sementara itu, hubungan antara Solomon dan China itu sempat memicu kerusuhan di dalam negerinya Kepulauan Pasifik itu. Pada akhir November lalu, kerusuhan pecah di ibukota Solomon, Honiara, dan membuat beberapa bangunan vital negara itu dihancurkan.

Kerusuhan ini sendiri berhulu dari konflik China dan Taiwan. Pada tahun 2019 lalu, pemerintah Solomon secara resmi menghentikan pengakuannya atas Taipei dan mulai berpindah kepada Beijing.

Langkah ini ditentang keras oleh warga di wilayah Malaita, yang merupakan wilayah asal para pengunjuk rasa. Pemimpin daerah Malaita, Daniel Suidani, dikenal dekat dengan Taipei dan berjanji tidak akan mengizinkan Beijing berinvestasi di wilayahnya.

 


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Makanan, Supermarket di Amerika Serikat Mulai Kosong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular