Internasional

Lagi Kisruh, Nasib Warga AS yang Ditahan di China Tak Menentu

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 February 2023 10:57
Flags of U.S. and China are seen in this illustration picture taken August 2, 2022. REUTERS/Florence Lo/Illustration
Foto: REUTERS/FLORENCE LO

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib warga Amerika yang ditahan di China makin tak menentu. Hal ini terjadi lantaran hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kian panas setelah jet tempur militer AS menembak jatuh balon mata-mata China di lepas pantai South Carolina.

Penundaan pertemuan antara pejabat Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China juga dapat semakin menghancurkan harapan warga Amerika yang ditahan selama bertahun-tahun di Negeri Tirai Bambu.

Tidak sedikit orang Amerika ditahan di penjara dan pusat penahanan China. Mereka hidup di bawah tahanan rumah, atau tunduk pada larangan keluar.

Beberapa dianiaya atas dasar dugaan agama; yang lain kemungkinan adalah korban geopolitik. Semua berada di bawah kekuasaan sistem peradilan pidana China yang buram, seringkali tanpa bantuan hukum dan sedikit kontak dengan pihak terkait.

John Kamm, kepala Dui Hua Foundation, organisasi nirlaba terkait grasi untuk tahanan berisiko yang berbasis di San Francisco, mengatakan lebih dari 200 warga AS pada berbagai tahap penuntutan tetap ditahan secara tidak sah di China. Namun jumlah pastinya tidak jelas.

"Saya menganggap orang Amerika yang tunduk pada tindakan pemaksaan sebagai tahanan politik karena keadaan hubungan AS-Tiongkok. Singkatnya, mereka adalah tahanan politik karena penahanan dan perlakuan mereka terkait dengan buruknya hubungan politik antara kedua negara," kata Kamm, mengutip Newsweek, Senin (6/2/2023).

Keluarga berpendapat tuduhan tidak penting terhadap orang yang mereka cintai tidak pernah bertahan untuk dicermati. Hukuman untuk kejahatan politik jarang terjadi.

Harrison Li (25) mengatakan ayahnya, Kai Li (60), adalah satu-satunya orang Amerika yang ditahan di China atas tuduhan keamanan negara. Pengusaha Long Island ditangkap selama kunjungan ke Shanghai pada 2016, ditahan tanpa komunikasi selama berbulan-bulan, dan dijatuhi hukuman 10 tahun karena spionase pada persidangan rahasia pada 2018.

Rahasia negara yang dituduh ditanganinya tersedia secara gratis secara online, kata pengacaranya. Departemen Luar Negeri menganggap Kai Li di antara mereka yang ditahan secara tidak sah oleh otoritas China.

"Itu berarti pemerintah AS secara kredibel percaya tuduhan terhadap ayah saya bermotivasi politik," kata Harrison Li.

Satu-satunya kontak Kai Li dengan keluarganya di New York adalah melalui panggilan telepon bulanan yang hanya berlangsung beberapa menit. Penjara menghentikan kunjungan selama pandemi Covis-19, sehingga sulit untuk menilai kondisinya secara kredibel dan memastikan haknya dijamin.

"Ayah saya belum menerima kunjungan langsung dari Konsulat AS di Shanghai selama lebih dari tiga tahun," tambah Harrison Li, yang yakin dia juga bisa ditahan jika mencoba menemui ayahnya secara langsung.

Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang mencantumkan Kai Li sebagai salah satu dari dua warga AS yang penahanannya di China melanggar hukum internasional. Yang lainnya adalah Mark Swidan, seorang pria Houston yang ditangkap karena pelanggaran terkait narkoba pada 2012 dan 2019 dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan hukuman.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sempat Memanas, China-AS Kembali Pereerat Kerja Sama

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular