
Internasional
Perang Dagang Trump-China, Industri Ini yang Paling Terdampak
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
22 March 2018 12:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin mengadakan perang dagang tunggal dengan China melalui peningkatan tarif, ia harus memilah begitu banyak produk terlebih dahulu.
Gedung Putih diberitakan akan mengumumkan bea impor baru untuk barang-barang China pada hari Kamis (22/3/2018), dengan nilai total mencapai US$60 miliar (Rp 824,6 triliun). Kemungkinan besar, penerapan tarif itu akan dimulai pada barang-barang teknologi, telekomunikasi dan kekayaan intelektual.
Namun, jumlah barang di dalam daftar target potensial bisa mencapai ribuan, mulai dari mebel sampai sepatu kets.
Ada alasan mengapa kesepakatan dagang butuh waktu bertahun-tahun dalam bernegosiasi. Selama empat dekade terakhir, puluhan negara di dunia telah meringankan tarif perdagangan secara bertahap terhadap satu sama lain dengan upaya tawar-menawar bertahun-tahun untuk menentukan berapa besaran pajak yang akan diterapkan ke ribuan tipe produk.
Sistem tersebut meliputi hampir 100 kategori produk dasar, kemudian dipecah lagi menjadi yang lebih rinci. Misalnya, di dalam kategori "alat, perkakas dan alat makan berbahan dasar logam", ada lebih dari 80 tipe produk yang tujuh diantaranya adalah berbagai tipe pisau tergantung penggunaannya.
Pemerintahan Trump berharap dapat memberi pukulan yang cepat dan menentukan pada perang dagang AS yang melebar. Perang yang disebut sebagian besar ekonom dan penasehatnya hanya akan memicu reaksi global yang merugikan tenaga kerja AS.
Masih perlu dilihat seberapa mudah pemerintah dapat meluncurkan senjata tarif ini.
Puluhan kelompok bisnis AS telah mengekspresikan kewaspadaan atas pemberitaan tentang potensi tarif baru ke China senilai $60 miliar. Pada hari Minggu (18/3/2018), 45 asosiasi dagang Amerika yang mewakili beberapa perusahaan terbesar di negara itu memperingatkan lewat surat ke Gedung Putih bahwa tarif tersebut dapat menaikkan harga barang-barang konsumen, mematikan banyak lapangan pekerjaan dan menurunkan pasar keuangan.
Jika administrasi berhasil memungut tarif baru yang besar dari China, Beijing kemungkinan besar akan membalas dengan menaikkan cukai untuk produk-produk AS yang dijual di China.
Potensi reaksi China bisa sangat merugikan. Eskpor barang dan jasa AS ke China menyokong lebih dari 900.000 lapangan pekerjaan di tahun 2015, menurut data terakhir yang tersedia dari Kementerian Perdagangan AS. Sekitar 600.000 dari lapangan pekerjaan tersebut ditopang oleh ekspor barang dan 310.000 oleh ekspor jasa.
Di antara mereka yang akan rugi besar akibat perang dagang adalah para petani Amerika, yang di tahun 2016 menjual produk senilai $21 miliar ke China, pasar terbesar kedua untuk produk pertanian AS.
Industri lain yang akan menjadi target utama dari tarif China yang lebih tinggi termasuk pesawat ( dengan ekspor senilai $15 miliar di tahun 2016), mesin listrik ($12 miliar), mesin ($11 miliar) dan kendaraan ($11 miliar).
(roy/roy) Next Article Perang Dagang AS-China, Bisnis Judi Makau Tetap Berjaya
Gedung Putih diberitakan akan mengumumkan bea impor baru untuk barang-barang China pada hari Kamis (22/3/2018), dengan nilai total mencapai US$60 miliar (Rp 824,6 triliun). Kemungkinan besar, penerapan tarif itu akan dimulai pada barang-barang teknologi, telekomunikasi dan kekayaan intelektual.
Namun, jumlah barang di dalam daftar target potensial bisa mencapai ribuan, mulai dari mebel sampai sepatu kets.
![]() |
Ada alasan mengapa kesepakatan dagang butuh waktu bertahun-tahun dalam bernegosiasi. Selama empat dekade terakhir, puluhan negara di dunia telah meringankan tarif perdagangan secara bertahap terhadap satu sama lain dengan upaya tawar-menawar bertahun-tahun untuk menentukan berapa besaran pajak yang akan diterapkan ke ribuan tipe produk.
Pemerintahan Trump berharap dapat memberi pukulan yang cepat dan menentukan pada perang dagang AS yang melebar. Perang yang disebut sebagian besar ekonom dan penasehatnya hanya akan memicu reaksi global yang merugikan tenaga kerja AS.
Masih perlu dilihat seberapa mudah pemerintah dapat meluncurkan senjata tarif ini.
Puluhan kelompok bisnis AS telah mengekspresikan kewaspadaan atas pemberitaan tentang potensi tarif baru ke China senilai $60 miliar. Pada hari Minggu (18/3/2018), 45 asosiasi dagang Amerika yang mewakili beberapa perusahaan terbesar di negara itu memperingatkan lewat surat ke Gedung Putih bahwa tarif tersebut dapat menaikkan harga barang-barang konsumen, mematikan banyak lapangan pekerjaan dan menurunkan pasar keuangan.
Jika administrasi berhasil memungut tarif baru yang besar dari China, Beijing kemungkinan besar akan membalas dengan menaikkan cukai untuk produk-produk AS yang dijual di China.
Potensi reaksi China bisa sangat merugikan. Eskpor barang dan jasa AS ke China menyokong lebih dari 900.000 lapangan pekerjaan di tahun 2015, menurut data terakhir yang tersedia dari Kementerian Perdagangan AS. Sekitar 600.000 dari lapangan pekerjaan tersebut ditopang oleh ekspor barang dan 310.000 oleh ekspor jasa.
Di antara mereka yang akan rugi besar akibat perang dagang adalah para petani Amerika, yang di tahun 2016 menjual produk senilai $21 miliar ke China, pasar terbesar kedua untuk produk pertanian AS.
Industri lain yang akan menjadi target utama dari tarif China yang lebih tinggi termasuk pesawat ( dengan ekspor senilai $15 miliar di tahun 2016), mesin listrik ($12 miliar), mesin ($11 miliar) dan kendaraan ($11 miliar).
(roy/roy) Next Article Perang Dagang AS-China, Bisnis Judi Makau Tetap Berjaya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular