
Internasional
Trump Minta Arab Bagi Kekayaan dengan Beli Senjata AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
21 March 2018 16:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Selasa (20/3/2018) meminta Putra Mahkota Arab Saudi untuk membagi kekayaan negaranya dengan terus membeli senjata buatan Amerika.
Fokus Trump pada pembelian alat-alat militer AS oleh Arab muncul di tengah usaha bipartisan untuk membatasi peran AS di perang sipil Yaman dan protes di beberapa kota AS karena invasi yang dipimpin Arab berkontribusi pada krisis kemanusiaan.
Dalam sambutan sebelum pertemuan dengan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, Trump membicarakan penjualan dengan membahas daftar pembelian senjata senilai US$12,5 miliar (Rp 171,9 triliun) yang disetujui oleh Arab dan miliaran pembelian yang akan datang.
"Arab Saudi adalah negara yang sangat kaya, dan mereka akan membagikan kekayaannya ke Amerika Serikat yang saya harapkan dalam bentuk lapangan pekerjaan, pembelian peralatan militer terbaik di dunia," kata Trump, seperti dilansir dari CNBC International.
"Tidak ada satupun yang mendekati [AS], seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika berbicara tentang misil dan pesawat dan semua peralatan militer," kata Trump. "Tidak ada satupun yang mendekati kami dalam hal teknologi dan kualitas peralatan, dan Arab Saudi mengapresiasinya."
Senator Mike Lee bersama dengan Senator Bernie Sanders dan Senator Chris Murphy mengusulkan pada bulan Februari untuk menarik pasukan bersenjata AS dari konflik Yaman, di mana militer AS telah menyediakan intelijen dan bahan bakar yang terbatas untuk pesawat tempur. Senator bersiap untuk mengambil suara terhadap langkah itu pada hari Selasa.
Pada hari Selasa pula, demonstrasi antiperang diselenggarakan di Washington dan New York. Protes tambahan juga direncanakan di Boston yang bertepatan dengan kunjungan Pangeran Mahkota Mohammed ke berbagai kota di AS.
Si putra mahkota mempelopori penjajahan Yaman segera setelah dipilih menjadi menteri pertahanan di tahun 2015. Konflik tersebut sudah berlangsung selama tiga tahun dan memicu krisis kemanusiaan di negara termiskin di Jazirah Arab tersebut.
Trump berkata relasi antara AS dan Arab telah membaik sejak kepemimpinan mantan Presiden AS Barack Obama, yang menghentikan beberapa penjualan senjata ke Arab Saudi karena prihatin akan tewasnya penduduk sipil di Yaman. Obama juga memicu kemarahan warga Arab karena menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan pesaing kawasannya, Iran.
Sebelum kunjungannya, Mohammed berkata di acara "60 Minutes" di CBS bahwa Arab Saudi akan segera mencari cara untuk mendapatkan senjata nuklir jika Iran mengembangkannya.
Setelah berdiskusi tentang penjualan senjata, Trump berpendapat AS sebentar lagi dapat membebaskan dirinya dari konflik Timur Tengah setelah bertahun-tahun terlibat di Irak dan Suriah. Ia mengatakan AS dan sekutunya telah merebut teritori di dua negara itu dari Islamic State (ISIS).
"Kami akan mampu keluar dari area-area tertentu yang sudah lama ingin kami tinggalkan, dan negara lain bisa menanganinya," katanya. "Untuk saat ini, mereka akan dapat menanganinya."
(prm) Next Article 10 Negara Produsen Minyak Terbesar Dunia, Bukan Arab Juaranya
Fokus Trump pada pembelian alat-alat militer AS oleh Arab muncul di tengah usaha bipartisan untuk membatasi peran AS di perang sipil Yaman dan protes di beberapa kota AS karena invasi yang dipimpin Arab berkontribusi pada krisis kemanusiaan.
Dalam sambutan sebelum pertemuan dengan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, Trump membicarakan penjualan dengan membahas daftar pembelian senjata senilai US$12,5 miliar (Rp 171,9 triliun) yang disetujui oleh Arab dan miliaran pembelian yang akan datang.
"Tidak ada satupun yang mendekati [AS], seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, jika berbicara tentang misil dan pesawat dan semua peralatan militer," kata Trump. "Tidak ada satupun yang mendekati kami dalam hal teknologi dan kualitas peralatan, dan Arab Saudi mengapresiasinya."
Senator Mike Lee bersama dengan Senator Bernie Sanders dan Senator Chris Murphy mengusulkan pada bulan Februari untuk menarik pasukan bersenjata AS dari konflik Yaman, di mana militer AS telah menyediakan intelijen dan bahan bakar yang terbatas untuk pesawat tempur. Senator bersiap untuk mengambil suara terhadap langkah itu pada hari Selasa.
Pada hari Selasa pula, demonstrasi antiperang diselenggarakan di Washington dan New York. Protes tambahan juga direncanakan di Boston yang bertepatan dengan kunjungan Pangeran Mahkota Mohammed ke berbagai kota di AS.
Si putra mahkota mempelopori penjajahan Yaman segera setelah dipilih menjadi menteri pertahanan di tahun 2015. Konflik tersebut sudah berlangsung selama tiga tahun dan memicu krisis kemanusiaan di negara termiskin di Jazirah Arab tersebut.
Trump berkata relasi antara AS dan Arab telah membaik sejak kepemimpinan mantan Presiden AS Barack Obama, yang menghentikan beberapa penjualan senjata ke Arab Saudi karena prihatin akan tewasnya penduduk sipil di Yaman. Obama juga memicu kemarahan warga Arab karena menegosiasikan kesepakatan nuklir dengan pesaing kawasannya, Iran.
Sebelum kunjungannya, Mohammed berkata di acara "60 Minutes" di CBS bahwa Arab Saudi akan segera mencari cara untuk mendapatkan senjata nuklir jika Iran mengembangkannya.
Setelah berdiskusi tentang penjualan senjata, Trump berpendapat AS sebentar lagi dapat membebaskan dirinya dari konflik Timur Tengah setelah bertahun-tahun terlibat di Irak dan Suriah. Ia mengatakan AS dan sekutunya telah merebut teritori di dua negara itu dari Islamic State (ISIS).
"Kami akan mampu keluar dari area-area tertentu yang sudah lama ingin kami tinggalkan, dan negara lain bisa menanganinya," katanya. "Untuk saat ini, mereka akan dapat menanganinya."
(prm) Next Article 10 Negara Produsen Minyak Terbesar Dunia, Bukan Arab Juaranya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular