
Internasional
AS Desak China Pangkas Surplus Dagang Rp 1.374 T
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 March 2018 11:30

Washington, CNBC Indonesia - Pemerintahan Trump mendesak China untuk memangkas surplus perdagangan terhadap Amerika Serikat (AS) sebesar US$100 miliar (Rp 1.374 triliun), kata Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders pada hari Rabu (14/3/2018) saat mengklarifikasi cuitan Presiden Donald Trump pekan lalu.
Hari Rabu pekan lalu, Trump bercuit di Twitter bahwa China sudah diminta mengembangkan rencana untuk mengurangi surplus dagang dengan AS sebanyak $1 miliar, tetapi Sanders mengatakan yang Trump maksud sebenarnya adalah $100 miliar.
AS membukukan defisit dagang dengan China sejumlah $375 miliar di tahun 2017, dua pertiga dari defisit dagang global AS senilai $566 miliar tahun lalu, menurut data dari Biro Sensus AS yang dikutip oleh Reuters.
Sementara itu, China melaporkan surplus dagang dengan AS sebesar $276 miliar di tahun 2017, yang juga dua pertiga dari surplus global yang dilaporkan sejumlah $422,5 miliar.
Sanders menolak memberi informasi rinci tentang bagaimana pemerintah ingin China mencapai tujuan pengurangan surplus tersebut. Berbagai usaha yang kemungkinan akan dilakukan adalah meningkatkan pembelian produk AS seperti kedelai atau pesawat, serta membuat perubahan besar di dalam kebijakan industri, memangkas subsidi untuk badan usaha milik negara atau semakin mengurangi kapasitas baja dan aluminium.
Permintaan tersebut muncul karena pemerintahan Trump dikabarkan sedang mempersiapkan bea impor untuk produk konsumen, teknologi informasi, dan telekomunikasi dari China senilai $60 miliar sebagai bagian dari investigas AS terhadap praktik kekayaan intelektual China.
Belum jelas juga apakah permintaan pemangkasan sebesar $100 miliar itu akan termasuk nilai dari keluhan AS terhadap kebijakan investasi China yang mewajibkan perusahaan AS untuk mentransfer teknologi ke mitra usaha asal China agar bisa memperoleh akses ke pasar.
Dalam editorial hari Kamis (15/3/2018), tabloid milik negara yang tenar di China, Global Times, menyebut AS mencoba untuk seakan-akan menjadi korban (playing victim).
"Jika AS ingin mengurangi defisit perdagangan, mereka harus membuat warga negara Amerika bekerja lebih keras dan melakukan reformasi sesuai dengan permintaan pasar internasional, ketimbang meminta seluruh dunia untuk berubah," tulis mereka.
(prm) Next Article Awas Panas! China Kenakan Bea Impor 218% ke Wine Australia
Hari Rabu pekan lalu, Trump bercuit di Twitter bahwa China sudah diminta mengembangkan rencana untuk mengurangi surplus dagang dengan AS sebanyak $1 miliar, tetapi Sanders mengatakan yang Trump maksud sebenarnya adalah $100 miliar.
AS membukukan defisit dagang dengan China sejumlah $375 miliar di tahun 2017, dua pertiga dari defisit dagang global AS senilai $566 miliar tahun lalu, menurut data dari Biro Sensus AS yang dikutip oleh Reuters.
Sanders menolak memberi informasi rinci tentang bagaimana pemerintah ingin China mencapai tujuan pengurangan surplus tersebut. Berbagai usaha yang kemungkinan akan dilakukan adalah meningkatkan pembelian produk AS seperti kedelai atau pesawat, serta membuat perubahan besar di dalam kebijakan industri, memangkas subsidi untuk badan usaha milik negara atau semakin mengurangi kapasitas baja dan aluminium.
Permintaan tersebut muncul karena pemerintahan Trump dikabarkan sedang mempersiapkan bea impor untuk produk konsumen, teknologi informasi, dan telekomunikasi dari China senilai $60 miliar sebagai bagian dari investigas AS terhadap praktik kekayaan intelektual China.
Belum jelas juga apakah permintaan pemangkasan sebesar $100 miliar itu akan termasuk nilai dari keluhan AS terhadap kebijakan investasi China yang mewajibkan perusahaan AS untuk mentransfer teknologi ke mitra usaha asal China agar bisa memperoleh akses ke pasar.
Dalam editorial hari Kamis (15/3/2018), tabloid milik negara yang tenar di China, Global Times, menyebut AS mencoba untuk seakan-akan menjadi korban (playing victim).
"Jika AS ingin mengurangi defisit perdagangan, mereka harus membuat warga negara Amerika bekerja lebih keras dan melakukan reformasi sesuai dengan permintaan pasar internasional, ketimbang meminta seluruh dunia untuk berubah," tulis mereka.
(prm) Next Article Awas Panas! China Kenakan Bea Impor 218% ke Wine Australia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular