Internasional

Ada Fraud Bank PNB, Goldman Turunkan Proyeksi Ekonomi India

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
20 March 2018 19:19
Ada Fraud Bank PNB, Goldman Turunkan Proyeksi Ekonomi India
Foto: Adam Jeffrey/CNBC International
Mumbai, CNBC Indonesia - Bank investasi Goldman Sachs menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India dari 8% menjadi 7,6% untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2019. Alasannya, kasus fraud pada Punjab National Bank (PNB) yang bernilai lebih dari US$ 2 miliar atau setara Rp 54 triliun (asumsi US$ 1 = Rp 13.500).

Ini adalah hasil penelitian Goldman Sach yang disampaikan ke klien pada selasa (20/3/2018). PNB merupakan bank terbesar kedua di India dari sisi penyaluran kredit. Kasus fraud tersebut terungkap bulan lalu yang memicu harga sahamnya anjlok.

Mengutip Reuters, terungkapnya kasus ini juga bersamaan dengan serangkaian kecurangan pada kredit mikro yang terjadi pada bank lain. Hal ini telah memicu keresahan baru bahwa pertumbuhan kredit cenderung tidak bisa meningkat dengan cepat dan menyokong pertumbuhan ekonomi.

Saat ini kredit yang disalurkan bank BUMN India setara dengan dua per tiga aset perbankan dan terbebani dengan segunung kredit macet. Dengan kondisi ini bank akan lebih memilih menyelesaikan kredit macet ketimbang menyalurkan kredit.

Peringatan Goldman Sach ini merupakan pukulan bagi pemerintah. Saat ini pemerintah India sedang menjalankan program rekapitalisasi perbankan untuk menyelesaikan aset bermasalah US$ 32 miliar (Rp 432 triliun) dalam dua tahun ini.

Diharapkan dengan program ini bank-bank di India bisa kembali menyalurkan pinjaman untuk menumbuhkan lapangan kerja demi menyokong pertumbuhan ekonomi.

Bank BUMN India menyumbang sebagian besar kredit macet di perbankan India yang mencapai US$ 150 miliar. Bank tersebut sudah membentuk pencadangan (provisi) untuk mengantisipasi kerugian dari penyaluran kredit karena mangkir dari kebangkrutan melalui putusan pengadilan.

Goldman mengatakan pihaknya takut akan ada pengetatan aturan setelah fraud di PNB dan gunungan utang macet yang dapat meningkatkan beban provisi perbankan di India dan memperlambat penyaluran kredit.

"Pasar dan investor mempertanyakan apakah permasalahan berdampak lebih sistemik," tulis para analis Goldman dalam sebuah catatan, merujuk pada penipuan PNB. Mereka juga menambahkan bahwa pasar takut fraud cenderung dapat menutupi beberapa efek positif dari rekapitalisasi bank dan memukul keseluruhan kredit, investasi dan pertumbuhan ekonomi.
India kembali menyandang status sebagai perekonomian utama di Asia dengan pertumbuhan tercepat di dunia pada kuartal Oktober sampai Desember, saat negara itu ekonomi India tumbuh 7,2% yang merupakan pertumbuhan tercepat dalam lima kuartal terakhir.

Goldman, yang memprediksi perekonomian India tumbuh 6,6% pada tahun fiskal yang berakhir bulan Maret ini, mengatakan pihaknya menahan proyeksi pertumbuhan tahun 2019/2020 pada 8,3%.

Goldman mengatakan para analisnya yakin PNB cenderung akan mendapatkan pukulan dari penipuan senilai $2 miliar tersebut yang dapat menghapuskan laba bersih lebih dari satu kuartal.

Goldman juga mengatakan bank-bank India membutuhkan rata-rata hapus tagih (haircut) pada kredit macet sebesar 60-65% dalam dua tahun ke depan, lebih tinggi dari asumsi sebelumnya sebesar 50%. Artinya, provisi keseluruhan akan meningkat.

Pengungkapan fraud PNB, jadi yang terbesar dalam sejarah perbankan India ini telah mendesak pemerintah untuk meminta para bank mengamati semua kredit macet yang jumlahnya di atas 500 juta rupee (US$7,7 juta) untuk semua tanda pelanggaran.

Kasus-kasus fraud yang lebih kecil lainnya juga telah terungkap selama sebulan ini, sementara investigasi pada kasus yang sedang berjalan telah dipercepat.

Harga saham bank milik negara lainnya yaitu Canara Bank anjlok 5,4% pada hari Selasa pagi setelah kepolisian mengajukan tuntutan terhadap mantan direktur dan jajarannya. Mereka dituntut atas dugaan para pejabat membantu sebuah perusahaan menggelapkan uang bank tersebut sejumlah US$10,5 juta untuk pinjaman selama empat tahun lalu.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular