
Asosiasi: Investor Khawatir Pendapatan Emiten Batu Bara
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
08 March 2018 15:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Pendapatan perusahaan batu bara dikhawatirkan tergerus dengan hadirnya kebijakan penetapan harga batu bara khusus untuk dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Hendra Sinadia mengatakan kekhawatiran itu terlihat jelas dengan kondisi emiten-emiten pertambangan saat ini. Diketahui, harga saham berbagai perusahaan batu bara sempat terkoreksi pada perdagangan sesi I pagi tadi.
"Ada kekhawatiran investor dengan ramainya polemik harga jual batu bara ke domestik, itu dinilai dapat menggerus pendapatan emiten batu bara," jelas Hendra kepada CNBC Indonesia, Kamis (8/3/2018).
Hendra menyampaikan isu terkait penetapan harga memang memiliki dampak yang cukup besar untuk perusahaan batu bara. Hal itu sempat terjadi juga pada September tahun lalu, di mana emiten-emiten tambang batu bara tertekan karena wacana penerapan skema harga cost plus margin.
Bila regulasi atas harga batu bara benar telah diterapkan, Hendra yakin emiten batu bara akan kembali tertekan. "Paling terdampak mungkin seperti PT Bukit Asam (Persero) Tbk, karena alokasi batu bara untuk dalam negeri hampir setengah," terang Hendra.
Maka dari itu, walau kebijakan terkait jelas akan segera terbit, Hendra masih berharap harga batu bara acuan (HBA) tetap dapat dijadikan harga jual batu bara untuk dalam negeri, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan listrik. Belum lagi kalau ada dampak distorsi harga ekspor batu bara, di mana ada permintaan diskon.
"Mungkin itu hal yang lazim di industri mana pun, dualisme harga dapat membuat pembeli di luar meminta diskon karena harga di dalam negeri yang ditetapkan lebih murah," tutur Hendra.
Belum lagi, importir saat ini memiliki berbagai pilihan negara yang bisa dituju untuk membeli batu bara.
(gus/gus) Next Article Tak Cuma Harga Khusus, Batu Bara Perlu Kontrak Jangka Panjang
Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Hendra Sinadia mengatakan kekhawatiran itu terlihat jelas dengan kondisi emiten-emiten pertambangan saat ini. Diketahui, harga saham berbagai perusahaan batu bara sempat terkoreksi pada perdagangan sesi I pagi tadi.
Hendra menyampaikan isu terkait penetapan harga memang memiliki dampak yang cukup besar untuk perusahaan batu bara. Hal itu sempat terjadi juga pada September tahun lalu, di mana emiten-emiten tambang batu bara tertekan karena wacana penerapan skema harga cost plus margin.
Bila regulasi atas harga batu bara benar telah diterapkan, Hendra yakin emiten batu bara akan kembali tertekan. "Paling terdampak mungkin seperti PT Bukit Asam (Persero) Tbk, karena alokasi batu bara untuk dalam negeri hampir setengah," terang Hendra.
Maka dari itu, walau kebijakan terkait jelas akan segera terbit, Hendra masih berharap harga batu bara acuan (HBA) tetap dapat dijadikan harga jual batu bara untuk dalam negeri, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan listrik. Belum lagi kalau ada dampak distorsi harga ekspor batu bara, di mana ada permintaan diskon.
"Mungkin itu hal yang lazim di industri mana pun, dualisme harga dapat membuat pembeli di luar meminta diskon karena harga di dalam negeri yang ditetapkan lebih murah," tutur Hendra.
Belum lagi, importir saat ini memiliki berbagai pilihan negara yang bisa dituju untuk membeli batu bara.
(gus/gus) Next Article Tak Cuma Harga Khusus, Batu Bara Perlu Kontrak Jangka Panjang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular