Harga Khusus Bisa Ubah Valuasi Saham Batu Bara

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
08 March 2018 14:37
Namun kebijakan pemerintah mematok harga khusus penjualan batu bara dalam negeri bisa merubah valuasi saham-saham batu bara.
Foto: REUTERS/William Hong
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham lima saham emiten batu bara terbesar nasional di atas kertas menjadi kian murah menyusul kenaikan harga batu bara dunia melewati level US$100 per ton, dan menarik dikoleksi jika saja tidak harus memasok pasar lokal. Namun kebijakan pemerintah mematok harga khusus penjualan batu bara dalam negeri bisa merubah valuasi saham-saham batu bara.

Emiten batu bara dengan cadangan terbesar yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berpeluang membukukan penurunan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio/ PER) dari 11,5 kali menjadi 4,17 kali dalam 12 bulan ke depan.

PER tersebut jauh lebih kecil dari rerata PER industri tambang yang saat ini berada di kisaran 13,47 kali. Artinya, secara teoritis harga saham BUMI jauh lebih murah dibandingkan dengan harga saham emiten serupa di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT Indika Energy Tbk menyusul di posisi kedua dengan PER hanya 6,25 kali, diikuti PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 6,9 kali. Perusahaan pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berpeluang membukukan PER sebesar 7,95 kali sedangkan perusahaan tambang dengan cadangan terbesar kedua yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 8,42 kali.

Harg Khusus Bisa Ubah Valuasi Saham Batu BaraFoto: CNBC Indonesia

Hanya saja, rasio PER tersebut belum memperhitungkan faktor kewajiban memasok batu bara domestik (debt market obligation/ DMO). Akibatnya, kenaikan harga batu bara dunia tersebut tidak sepenuhnya bisa dinikmati perseroan dan mayoritas saham emiten batu bara ditutup melemah hari ini.


Jika pemerintah menetapkan harga jual batu bara di dalam negeri dipatok US$ 100 per ton, maka valuasi saham-saham batu bara tersebut masih relatif murah. Namun bila pemerintah menetapkan harga jual batu bara domestik pada harga US$ 70 per ton, maka asumsi valuasi terebut bisa berubah menjadi lebih mahal atau harga saat ini sudah berada pada harga wajar (fair value).
(hps) Next Article Saham Pertambangan Berguguran pada Awal Perdagangan Sesi I

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular