Moody's Bicara Soal Efek Bea Impor AS ke Industri Baja Asia

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
02 March 2018 18:32
Moody's memproyeksikan industri baja Asia akan tetap stabil di tengah rencana AS mengenakan bea impor baja dan aluminium.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service berikan proyeksi stabil untuk industri baja Asia meskipun Amerika Serikat (AS) berencana menerapkan bea masuk tinggi terhadap impor baja dan aluminium untuk melindungi produsen dalam negerinya.

Moody's berharap keuntungan perusahaan baja di Asia yang diukur berdasarkan laba sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) per ton bisa tetap stabil selama tahun 2018.


Moody's memberikan penilaian positif tersebut setelah mempertimbangkan faktor permintaan yang stabil dan pemangkasan kapasitas di China.

"Kami gambarkan harapan ini lewat proyeksi stabil untuk industri baja Asia," kata Moody's lewat sebuah pernyataan resmi yang diterima CNBC Indonesia hari Jumat (2/3/2018).

Moody's mengatakan penerapan bea impor AS memang bisa berdampak negatif untuk industri baja Asia karena berkurangnya volume ekspor ke AS bisa membuat produksi baja Asia dialihkan ke negara lain. Alhasil, persaingan di Asia pun akan semakin ketat.

Meskipun begitu, dampak langsung dari kebijakan tersebut ke sektor baja dan produsen baja Asia masih bisa dikendalikan karena jumlah ekspor ke AS masih relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan total produksi.

"Misalnya, ekspor baja langsung dari China ke AS hanya 1% dari total ekspor atau 0,1% dari total produksi baja selama sembilan bulan pertama tahun 2017," kata analis Moody's, Sean Hwang.

Moody's juga mengungkapkan bahwa ketergantungan perusahaan baja China terhadap ekspor sudah berkurang secara signifikan karena permintaan pasar domestik menguat dan kapasitas produksi yang berlebihan sudah dihilangkan.

Hal tersebut dibuktikan oleh jumlah ekspor baja China yang hanya sebesar 9% dari total produksi selama sembilan bulan pertama tahun 2017, turun dari 14% di tahun sebelumnya.

Sebaliknya, Korea Selatan (Korsel) masih relatif bergantung pada ekspor baja yang proporsinya 45% dari total produksi. Korsel juga negara pengekspor baja ke AS terbesar nomor tiga setelah Kanada dan Brazil, menurut HIS Global Trade Atlas.

Namun, dua produsen baja terbesar di Korsel, yaitu POSCO dan Hyundai Steel Company, tidak terlalu bergantung pada AS.


POSCO sudah mendiversifikasi bisnisnya serta mengurangi ekspor ke AS sampai kurang dari 5% selama beberapa tahun terakhir. Hyundai Steel Company pun sekarang lebih mengandalkan permintaan pasar domestik untuk usahanya.

Memang, ekspor baja Korsel ke AS sebagian besar fokus pada produk pipa dan tabung yang proporsinya mencapai 57% dari total ekspor ke AS di tahun 2017, menurut Asosiasi Baja dan Besi Korea (Korea Iron and Steel Association).

Namun, kedua produsen pionir tersebut lebih fokus untuk memproduksi baja mentah sehingga bisnisnya pun tidak terlalu terdampak.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular