Adaro: Perbedaan Harga Batu Bara Akan Sebabkan Distorsi

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
05 February 2018 16:27
Garibaldi Thohir dari Adaro mengatakan perbedaan harga batu bara untuk DMO akan menyebabkan distorsi yang berpotensi penyelundupan
Foto: Rivi Satrianegara
  • Adaro dan pengusaha batu bara lainnya masih mempertimbangkan rencana kebijakan pemerintah untuk membedakan harga batu bara khusus DMO dengan harga pasar 
  • Pengusaha batu bara memberikan 6 alternatif kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah harga batu bara dan dampaknya pada kelistrikan nasional
Jakarta, CNBC Indonesia— Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hari ini bertemu dengan pengusaha batu bara dan PT PLN (Persero) untuk membahas penyesuain harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir mengaku masih akan menimbang berbagai usulan yang ada. Menurut pria yang akrab disapa Boy itu, dengan adanya dua harga berbeda yakni harga DMO dan harga pasar bisa menimbulkan distorsi. "Kalau ada distorsi berpotensi ada penyelundupan. Tapi kami akan bahas secara business to business dengan PLN akan bagaimana," ujar Boy di Kantor Kementerian ESDM, Senin (5/2/2018).

Belum ada keputusan yang diambil dari pertemuan itu, namun Boy memastikan ada 6 alternatif pilihan yang bisa diambil. Dalam dua minggu ke depan, pihak pengusaha akan melakukan komunikasi intensif terutama dengan PLN agar bisa mendapat solusi terbaik atas penentuan harga batu bara.



“Kalau seminggu atau dua minggu kedua belah pihak setuju, ya tinggal balik ke pak Menteri ESDM langsung,” ujar Boy.

Boy enggan menyebut apa yang menjadi usulan pengusaha kepada pemerintah. Namun, dia memastikan akan ada pertemuan serupa pada Kamis pekan depan.

Boy sendiri menyambut positif pertemuan tersebut, namun dia mengaku proses pengambil keputusan memang tidak mudah. Sebab, ada banyak faktor yang harus dipikirkan seperti komponen royalti, pajak, serta bagian untuk pemerintah daerah.

Adaro sendiri, disampaikan Boy, sudah lebih dari 20 tahun memasok batu bara untuk PLN. Maka dari itu, pihaknya berusaha memahami posisi PLN yang saat ini tengah terbebani dengan tingginya harga batu bara dan berusaha mencari solusi bersama.

“Sekitar 23% dari total produksi Adaro untuk PLN. Kalau total domestik sekitar 25%, karena ada ke industri lain seperti semen,” sebut Boy.

Dia pun mengingatkan, walau harga sedang tinggi, batu bara masih menjadi bahan dasar termurah untuk pembangkit listrik dibanding BBM dan gas. 


(gus/gus) Next Article Adaro Tuntaskan Akuisisi Tambang Rio Tinto 2 Bulan Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular