
Gagalnya Industri Garam RI
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
25 January 2018 12:01

Tingginya kebutuhan garam nasional yang melebihi kemampuan produksi otomatis mengakibatkan defisit, dan memaksa Indonesia selalu mengimpor garam secara masif selama bertahun-tahun. Defisit terbesar periode 2011-2015 ada pada tahun 2013, yakni sebesar 2,48 juta ton. Pada tahun 2015, Indonesia berhasil memangkas defisit menjadi 0,91 juta ton. Pada periode tersebut, impor garam (garam konsumsi dan produksi) dapat ditekan menjadi hanya 1,86 juta ton, atau menurun 18,06% dibandingkan 2014 yang mengimpor 2,27 juta ton. Namun demikian, perbaikan tersebut tidak bertahan lama. Hanya dalam selang setahun defisit kembali melambung tinggi, setelah produksi garam hancur habis-habisan pada tahun 2016 akibat Indonesia diserang La Nina yang menyebabkan petambak garam tidak mendapat sinar matahari yang cukup mengingat sepanjang tahun itu RI juga dilanda musim kemarau basah.
Namun, kondisi cuaca ekstrim pada 2016 tentu saja tidak selalu terjadi di setiap tahun, sehingga cuaca tidak dapat dijadikan alasan tunggal mengapa produksi garam Indonesia selalu minim dari tahun ke tahun.
(ray/ray)
![]() Sumber: Neraca Garam Nasional oleh KKP, Kemenperin, Kemendag, dan BPS. Diolah oleh Tim Riset CNBC |
Namun, kondisi cuaca ekstrim pada 2016 tentu saja tidak selalu terjadi di setiap tahun, sehingga cuaca tidak dapat dijadikan alasan tunggal mengapa produksi garam Indonesia selalu minim dari tahun ke tahun.
Pages
Most Popular