Cantrang, Kawan atau Ancaman?

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
19 January 2018 13:55
WWF: Hanya 18-40% Tangkapan Cantrang yang Bernilai Ekonomis
Foto: Freepik
Aktivis lingkungan cenderung satu suara dengan KKP. Organisasi World Wildlife Fund (WWF) berpendapat bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menghentikan laju kerusakan ekosistem dan degradasi sumberdaya perikanan akibat alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC terhadap data status tingkat eksploitasi (STI) sumberdaya ikan di masing-masing wilayah perairan Indonesia, yang terlampir pada  Keputusan Menteri KP No. 45/2011, kondisi eksploitasi Laut Jawa dan Samudera Hindia (selatan Jawa) dimana nelayan pengguna cantrang berpusat, mengindikasikan kondisi yang memprihantinkan. Mayoritas jenis ikan mengalami kondisi overekploitasi dan fully-exploited.

Cantrang, Teman atau Lawan?
Selain itu, hasil kajian WWF menyatakan bahwa hanya sekitar 18-40% hasil tangkapan trawl dan cantrang yang bernilai ekonomis dan dapat dikonsumsi, 60-82% di antaranya adalah tangkapan sampingan atau tidak dimanfaatkan sehingga sebagian besar hasil tangkapan tersebut dibuang ke laut dalam keadaan mati.

Hasil tangkapan trawl dan cantrang tidak selektif atau menangkap semua ukuran ikan, udang, kepiting, serta biota lainnya. Biota-biota yang belum matang dan memijah ikut tertangkap, sehingga tidak dapat berkembang biak menghasilkan individu baru.

Kondisi ini menyebabkan deplesi stok atau pengurangan stok sumber daya ikan, dan hasil tangkapan akan semakin berkurang. Hal ini mengindikasikan adanya kerugian nelayan dalam jangka panjang.
WWF menambahkan meski cantrang menghindari terumbu karang, tetapi kelompok-kelompok kecil karang hidup yang berada di dasar perairan akan ikut tersapu. Alhasil, produktivitas dan habitat biota pada dasar perairan akan terganggu dan rusak.    (ray/ray)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular