
Internasional
Denuklirisasi Korea Utara Masih Jauh dari Kenyataan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
11 January 2018 07:05

- Korea Utara dan Korea Selatan bertemu bahas reuni keluarga dan Olimpiade
- Korea Utara tolak keras pembahasan soal program pengembangan senjata nuklirnya
- Amerika Serikat bersikukuh pembicaraan antara kedua Korea harus bahas denuklirisasi Semenanjung Korea
Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pihak mengapresiasi terbukanya kembali hubungan diplomatik antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) yang ditandai dengan diadakannya pertemuan delegasi kedua negara hari Selasa (9/1/2018) lalu.
Kesempatan tersebut terbuka setelah pemimpin Korut Kim Jong-un dalam pidato tahun barunya membuka jalan perdamaian dengan mengatakan “ia terbuka untuk berdialog” dengan negara tetangganya itu. Pada saat yang sama ia juga menyatakan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa negaranya sudah mempersiapkan ‘tombol nuklir’ untuk digunakan jika Korut terancam.
Pertemuan hari Selasa yang merupakan pembicaraan formal pertama kedua belah pihak dalam lebih dari dua tahun terakhir diharapkan dapat meredakan ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea akibat program pengembangan senjata nuklir Pyongyang. Namun, harapan itu sepertinya belum akan terwujud dalam waktu dekat.
Rencana-rencana tersebut di antaranya adalah reuni keluarga-keluarga yang terpisah akibat Perang Korea tahun 1950-1953 dan keikutsertaan Korut dalam Olimpiade Musim Dingin di Korsel bulan depan.
Pihak Korut akan mengirimkan, di antaranya, delegasi tingkat tinggi, atlet, pemandu sorak, kelompok seniman, penonton, tim demonstrasi taekwondo serta wartawan. Korsel akan menyediakan berbagai fasilitasnya, ungkap kedua negara dalam pernyataan bersama.
Memang, Korut dan Korsel sepakat untuk mengadakan pertemuan lanjutan di kemudian hari untuk membahas hal-hal terkait militer namun program senjata nuklir tidak termasuk di dalamnya.
![]() |
Delegasi Korut bahkan mengeluarkan protes keras ketika Seoul mengajukan pembahasan mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea ke meja pertemuan.
“Seluruh senjata kami, termasuk bom atom, bom hidrogen, dan rudal balistik, hanya tertuju [untuk menyerang] Amerika Serikat [AS], bukan saudara-saudara kami, bukan juga China atau Rusia,” kata pemimpin tim negosiator Korut, Ri Son-gwon, dilansir dari Reuters.
“Ini bukan tentang Korea Utara dan Selatan, dan usaha membawa isu ini [penghentian pengembangan senjata nuklir] hanya akan menimbulkan konsekuensi negatif dan berisiko membuat segala pencapaian hari ini menjadi sia-sia,” tambah Ri.
Namun, terlepas dari penolakan Korut terhadap pembahasan upaya penghentian program pengembangan senjata nuklirnya, Kementerian Persatuan Korsel justru yakin pembicaraan hari Selasa itu pada akhirnya akan membahas “resolusi fundamental” bagi isu nuklir.
“Kami akan berkoordinasi dengan Amerika Serikat, China, Jepang, dan negara tetangga lainnya dalam proses ini,” kata kementerian. Seoul juga telah meminta Pyongyang untuk menghentikan tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan di regional itu.
Di belahan bumi yang lain, Amerika Serikat (AS) yang berulang kali disebut-sebut Kim sebagai sasaran empuk peluncuran rudal balistik negaranya, menganggap pertemuan tersebut sebagai langkah pertama penyelesaian krisis senjata nuklir Korut.
Usaha membawa isu ini [penghentian pengembangan senjata nuklir] hanya akan menimbulkan konsekuensi negatif dan berisiko membuat segala pencapaian hari ini menjadi sia-sia.Ri Son-gwon, pemimpin delegasi Korea Utara |
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menyatakan Washington tertarik bergabung dalam pembicaraan-pembicaraan selanjutnya namun tetap bersikeras agar denuklirisasi Korut dijadikan salah satu agenda pembahasan.
“Ini adalah perkembangan positif,” kata juru bicara Deplu Steve Goldstein, menanggapi pernyataan bersama itu.
“Kami ingin pembicaraan mengenai nuklir juga dilakukan. Kami ingin denuklirisasi di Semenanjung Korea. Ini adalah langkah pertama yang baik menuju proses itu,” tambahnya.
Sayangnya, sikap AS itu justru menjadi tanda masih jauhnya kesepakatan diplomatik kedua negara mengingat penolakan keras Korut atas pembahasan topik tersebut.
Presiden AS Donald Trump telah lama bertukar pernyataan-pernyataan panas bernada mengejek dengan Kim. Ia bahkan menyebut Kim sebagai “Manusia Roket (Rocket Man)” untuk mengolok-oloknya.
Sehari setelah pidato tahun baru Kim, Trump berkicau di akun Twitternya dan mengatakan bahwa ia memiliki tombol nuklir yang lebih besar dan kuat daripada milik pemimpin Korut itu.
Hari Sabtu lalu, Trump masih mengungkapkan optimismenya terhadap campur tangan AS dalam pembicaraan denuklirisasi Korut.
“Kami akan ikut terlibat pada waktu yang tepat,” ujarnya hari Sabtu.
(prm/prm) Next Article AS Sebut Pertemuan Korut-Korsel Langkah Awal Denuklirisasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular