InvesTime

Kapan Waktunya Borong Saham ADRO-PTBA cs? Ini Bocorannya

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
16 June 2021 10:40
Aktifitas pekerja saat bongkar muat Batubara yang datang dari Batam di Pelabuhan KCN Cilincing,  Jakarta Utara, Kamis (12/4). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1359K/30/MEM/2018 soal harga jual batubara untuk penyediaan tenaga listrik buat kepentingan umum, pemerintah menetapkan harga jual untuk PLTU US$70 per ton.  pemerintah juga menetapkan volume maksimal pembelian batubara untuk pembangkit listrik 100 juta ton per tahun atau sesuai kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik.Jonan menegaskan, penetapan harga jual batubara untuk PLTU agar tarif tenaga listrik tetap terjaga demi melindungi daya beli masyarakat dan industri yang kompetitif. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas energi terutama batu bara membuat saham-saham emiten di sektor tambang batu bara juga terdongkrak.

Menurut Head Of Research PT Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar mengatakan harga saham emiten tambang batu bara saat ini belum merefleksikan kondisi harga batu bara itu sendiri yang sudah mencetak rekor.

"Kondisinya berbeda dari 2006-2010 di mana harga batu bara naik, saham naik karena sentiment positif," katanya dalam Investime, CNBC Indonesia, Selasa (15/6/2021).

"Sekarang itu ada isu Environmental, Social, Governance (ESG), ada kekhawatiran lingkungan orang jadi berhati-hati [masuk batu bara]. Jangan sampai beli [saham tambang] tapi tidak perform harga sahamnya," jelasnya.

"Tapi untuk jangka pendek saat ini, earning [laba] emiten batu bara di kuartal dua ini akan lebih baik dari kuartal pertama," tambahnya.

Isnaputra menjelaskan beberapa saham batu bara yang menarik untuk dikoleksi seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indika Energy Tbk (INDY) karena memiliki cost atau beban perusahaan yang rendah dan cost management yang baik, sehingga bisa bertahan terhadap tekanan harga batu bara.

Selain itu, emiten yang basis pasarnya ekspor akan mendapat keuntungan lebih dari momentum kenaikan harga batu bara dunia, karena untuk pasar domestik pembelian harga batu bara sudah ada benchmark di angka US$ 70 per metrik ton.

Dengan demikian, menurut Isnaputra, emiten seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dinilai lebih menarik ketimbang PTBA yang fokus dalam pemenuhan dalam negeri.

"PTBA fokus pasarnya dalam pemenuhan domestik mencapai 69%, sementara ITMG hanya 15%. PTBA itu untung sedikit ketika harga batu bara naik karena harga dalam negeri sudah ada benchmark US$ 70 per metrik ton," jelasnya.

Dalam prospek harga batu bara, dia prediksi harga batu bara masih bergerak positif paling tidak sampai 6 bulan ke depan. Melihat dari permintaannya juga masih mengalami pemulihan khususnya dari China.

Isnaputra mengatakan saham emiten batu bara ini bicara momentum. Karena banyak keterkaitan dengan fluktuasi harga. Makanya dia merekomendasikan untuk trading pada saham-saham ini, bukan untuk disimpan jangka panjang.

Harga batu bara sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang tahun ini. Pada perdagangan Kamis pekan lalu (10/6/) harga kontrak futures (berjangka) si batu hitam ditutup melesat 4,6% ke US$ 123,95/ton.

Dengan kenaikan harga tersebut, batu bara acuan global itu sudah mendekati level tertingginya dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya harga tertinggi batu bara di tahun 2021 adalah US$ 118,9/ton pada 28 Mei lalu.

Sementara harga terendahnya di sepanjang tahun adalah di US$ 75,7/ton pada 6 Januari 2021.

Rata-rata harga bulanan si batu hitam terus mengalami kenaikan. Rata-rata harga batu bara Newcastle bulan Januari 2021 sebesar US$ 86,13/ton.

Rata-rata harga naik menjadi US$ 103,15/ton di bulan Mei. Ada kenaikan sebesar hampir 20% pada periode tersebut menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Alasan Saham Tambang Masih 'Seksi', Berani Coba?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular