Newsletter

Huru-Hara dari Amerika Mulai Reda, Pasar RI Happy Weekend?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 August 2023 06:02
fitch ratings
Foto: Reuters/Bahrain Mirror

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang masih terkoreksi, namun koreksinya cenderung terpangkas.

Kekhawatiran pelaku pasar di AS terkait dipangkasnya peringkat utang AS sepertinya sudah mulai mereda dan mereka menganggap bahwa dampaknya hanya bersifat sementara.

Meski cenderung bersifat sementara, tetapi volatilitas pasar masih cenderung tinggi, karena sentimen lainnya yakni data tenaga kerja AS yang masih cukup kuat membuat pasar masih cenderung menahan selera risikonya.

Kamis (3/8/2023) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada pekan lalu.

Data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya yang sebesar 221.000 klaim.

Data lain dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan adanya penurunan tajam dalam biaya tenaga kerja pada kuartal II-2023, berkat peningkatan tajam dalam produktivitas pekerja.
Hal ini menambah laporan bulan lalu yang menunjukkan moderasi signifikan dalam inflasi tahunan pada periode Juni 2023 serta pertumbuhan upah pada kuartal II-2023.

Laporan ini mengipasi optimisme bahwa ekonomi dapat menghindari resesi. Sebagian besar ekonom percaya bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin tidak akan menaikkan suku bunga lagi pada siklus ini.

Namun, masih ada dua data tenaga kerja terbaru yang belum dirilis yakni data tingkat pengangguran dan laporan pekerjaan periode Juli. 
Jika data tenaga kerja masih cukup kuat, bukan tidak mungkin The Fed masih akan mempertahankan kebijakan hawkish-nya.

Namun dalam hal ini, The Fed seakan tidak konsisten dengan pernyataan sebelumnya, di mana suku bunga akan sangat bergantung kepada tingkat inflasi. Jika inflasi terus menurun dan bahkan mungkin bisa mencapai target, seharusnya The Fed menepati janjinya dengan merubah sikapnya, meski data tenaga kerja masih cukup kuat.

Sementara dari musim rilis kinerja keuangan emiten di AS, pasar juga masih memantaunya apakah pada kuartal II-2023 emiten-emiten di AS kinerjanya semakin membaik atau justru kembali memburuk.

Sejauh ini, hampir 79% dari perusahaan konstituen S&P 500 telah mengeluarkan laporan keuangan kuartal II-2023, dengan sekitar 82% mengalahkan ekspektasi pasar, berdasarkan data dari FactSet.

Sementara itu dari Inggris, bank sentral (Bank of England/BoE) kemarin kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 5,25%.
Kenaikan suku bunga BoE ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Dengan ini, maka suku bunga BoE saat ini merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

BoE juga memberikan peringatan baru bahwa biaya pinjaman akan tetap tinggi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini berbeda dengan The Fed ataupun  bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), yang keduanya juga baru saja meningkatkan suku bunga 25 bps.

Komite Kebijakan Moneter BoE tidak memberikan petunjuk bahwa kenaikan suku bunga akan segera berakhir. BoE masih terus berjuang menghadapi inflasi yang tinggi.

Beralih ke dalam negeri, dampak dari pemangkasan peringkat utang AS terhadap pasar keuangan RI sepertinya hanya bersifat sementara dan tidak menjadi momok yang besar.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian akibat pemangkasan peringkat utang AS hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.

"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan sejauh ini belum ada pergerakan signifikan dalam pasar SBN. Dia juga menambahkan jika dampak negatif penurunan rating ke pasar Indonesia akan terbatas.

Sementara itu, musim rilis laporan keuangan periode semester pertama 2023 di Tanah Air kembali berlanjut. Sejauh ini, beberapa emiten yang sudah merilis kinerja keuangannya pada semester I-2023 cukup menggembirakan.

Kinerja laporan keuangan perusahaan setidaknya bisa mencerminkan seperti apa laju pemulihan ekonomi Indonesia serta dampaknya kepada perusahaan.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular