Dolar Eksportir Wajib Mudik Mulai Hari ini! Pasar RI Pesta?
- Pasar keuangan Tanah Air kompak bergairah di perdagangan awal pekan sekaligus akhir Juli 2023.
- Wall Street mengakhiri perdagangan Juli 2023 di zona hijau karena harapan pelaku pasar akan soft landing ekonomi Amerika Serikat (AS).
- Pelaku pasar di Tanah Air akan memantau dampak dari pemberlakuan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mulai berlaku hari ini, terutama ke rupiah.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak cerah pada perdagangan Senin (31/7/2023), di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan harga Surat Berharga Negara (SBN) ditutup positif kemarin.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan tren positif hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,45% ke posisi 6.931,36. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900 pada perdagangan kemarin.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 14 triliun, dengan melibatkan 22 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 268 saham menguat, 287 saham melemah, dan 200 saham lainnya stagnan.
Namun, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 1,48 triliun di seluruh pasar pada perdagangan kemarin. Di kawasan Asia-Pasifik, terpantau secara mayoritas menguat. Hanya indeks PSEI Filipina dan TAIEX Taiwan yang terkoreksi kemarin.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 15,075/US$, naik 0,1% di pasar spot. Meski menguat, tetapi rupiah masih berada di atas Rp 15.000/US$.
Sedangkan di kawasan Asia, rupiah tidak sendirian, ada beberapa mata uang yang juga berhasil melawan The Greenback, yakni yuan China, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.
Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya terpantau menguat, menandakan bahwa imbal hasil (yield) mengalami penurunan dan tandanya sedang diburu oleh investor.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 0,6 basis poin (bp) menjadi 6,268%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Terkhusus rupiah, sentimen positif datang menjelang pemberlakuan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mulai berlaku pada hari ini. Peraturan tersebut diharapkan dapat mendatangkan dolar AS dari ekspor yang selama ini diparkir di luar negeri.
Dengan peningkatan pasokan dolar AS, rupiah memiliki senjata untuk menguat. Namun, penguatan rupiah juga masih cenderung tertahan karena kekhawatiran masih terasa di pasar keuangan akibat kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sementara itu untuk IHSG, penguatan terjadi karena investor cenderung merespons rilis kinerja keuangan emiten pada semester pertama di 2023, di mana perilisan kinerja keuangan emiten ini sudah dimulai sejak pekan lalu.
(chd/chd)