- Pasar Saham Indonesia masih relatif sepi menjelang berakhirnya perdagangan IHSG pada pekan ini.
- Bursa Wall Street jatuh dan dolar Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Senin karena investor berhati-hati pada aset berisiko
- Pidato Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, masih menjadi perhatian penting bagi investor untuk mengantisipasi arah kebijakan suku bunga pada pertemuan mendatang.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam kemarin. Bursa saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan kinerja positif tetapi rupiah hancur lebur. Kekhawatiran pelaku pasar mengenai kebijakan suku bunga global yang masih hawkish membuat pasar keuangan dalam negeri tertekan.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih tertekan pada perdagangan terakhir pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa disimak pada halaman 4 artikel ini.
Menjelang libur panjang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,38% ke level 6.664,66 pada perdagangan Senin (26/6/2023).
Meski transaksi belum terbilang ramai, namun dua sektor utama mendukung kenaikan IHSG kemarin. IDX Finance menguat 0,61% dan IDX Infrastructure bertambah 0,33%.
Pada perdagangan kemarin terdapat 294 saham yang melemah, 236 saham menguat dan 213 lainnya stagnan.
Transaksi kemarin relatif lebih sepi dibandingkan dengan perdagangan Jumat (23/6/2023), melibatkan sekitar 16,1miliar sahamy ang berpindah tangan sebanyak 990 juta kali.Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 7,48 triliun lebih.
Investor asing mencatat net buy atau beli bersih sebesar Rp 113,53 miliar di seluruh pasar.
Investor asing mencatat net buy terbesar pada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 132,03 miliar. Saham BMRI ditutup naik 0,99% ke level 5.125 per saham. Total volume perdagangan saham BMRI mencapai 74,94 juta dengan nilai transaksi Rp 385,29 miliar.
Saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) juga banyak diborong asing Rp 67,75 miliar. Saham MFIN ditutup melesat 24,65% ke level Rp 2.680 per saham. Total volume perdagangan saham MFIN mencapai 91,44 juta dengan nilai transaksi Rp 243,13 miliar.
Berikut 10 saham net buy terbesar asing pada Senin:
1. BMRI Rp 132,03 miliar
2. MFIN Rp 67,75 miliar
3. ICBP Rp 52,28 miliar
4. BBRI Rp 27,15 miliar
5. ARTO Rp 22,54 miliar
6. BUMI Rp 18,76 miliar
7. BBNI Rp 15,47 miliar
8. EXCL Rp 14,21 miliar
9. ADRO Rp 13,67 miliar
10. INKP Rp 9,81 miliar
Top gainers yang mendorong IHSG antara lain, Bank Danamon Indonesia (BDMN) yang melonjak 4,9 persen pada level Rp 2.960 per saham. Kemudian, Bank Jago (ARTO) yang menguat 4,8 persen di level Rp 3.220 per saham. Selanjutnya, Ultra Jaya Milk & Trading (ULTJ) yang naik 3,6 persen menjadi Rp 1.865 per saham.
Top losers yaitu Bukit Asam (PTBA) yang ambles 14,8 persen di level Rp 3.150 per saham. Kemudian, Dharma Polimetal (DRMA) yang terjun 7 persen pada posisi Rp 1.395 per saham. Sementara itu, Saratoga Investama (SRTG) melemah 4,6 persen di level Rp 1.655 per saham.
Investor saat ini cenderung wait and see terhadap data ekonomi penting, terutama dari Amerika Serikat (AS),, China, dan Eropa. Data-data yang akan dirilis pekan ini memiliki potensi sebagai sinyal arah perkembangan ekonomi dan kebijakan suku bunga di masa depan.
Keprihatinan investor masih terkait dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi. AS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2023, yang akan memberikan gambaran kondisi perekonomian AS.
Dari sisi mata uang, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah di pasar spot ada di posisi Rp 15.010/US$. Rupiah melemah 0,13%.
Chief Economist Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian, tahun 2023 merupakan tren pelemahan rupiah masih akan terjadi dalam jangka pendek. Pasalnya, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih akan menaikkan suku bunga pada tahun ini.
Selain The Fed, bulan Juni juga terdapat periode pembayaran dividen sehingga permintaan dolar AS meningkat.
"Tren pelemahan akan terjadi dalam jangka pendek terutama di bulan Juni tetapi pelemahan tidak akan selamanya," tutur Fakhrul, dalam Power Lunch, CNBC Indonesia (Senin, 26/06/2023).
Pelemahan rupiah hari ini juga dipengaruhi oleh libur panjang Idul Adha. Seperti diketahui, pemerintah menetapkan cuti bersama untuk Idul Adha pada 28-30 Juni 2023.
Artinya, hanya akan ada dua hari efektif perdagangan pada pekan ini sehingga tak menutup kemungkinan pelaku pasar akan ambil untung atau profit taking dalam jangka pendek.
Beralih ke pasar obligasi, Yield atau imbal hasil pada mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan pada semua seri. Penurunan imbal hasil menandai jika investor tengah memburu SBN sehingga harganya naik dan imbal hasilnya turun.
Dari bursa Amerika Serikat, bursa Wall Street jatuh dan dolar Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Senin karena investor berhati-hati pada aset berisiko sebelum melihat hasil pemberontakan akhir pekan Rusia yang telah dibatalkan.
Dow Jones Industrial Average turun 12,72 poin atau 0,04% menjadi 33.714,71, S&P 500 kehilangan 19,51 poin, atau 0,45%, pada 4.328,82, dan Nasdaq Composite terkoreksi 156,74 poin, atau 1,16%, menjadi 13.335,78.
Pemberontakan oleh tentara bayaran Rusia menimbulkan pertanyaan tentang masa depan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sementara Putin pada Senin mengucapkan terima kasih kepada tentara bayaran dan komandan yang mundur untuk menghindari pertumpahan darah. Departemen Luar Negeri AS mengatakan situasi di Rusia tetap dinamis.
Saham dengan bobot terbesar pada indeks utama, Meta Platforms Inc META.O, Alphabet Inc GOOGL.O dan Tesla Inc TSLA.O semuanya turun tajam.
Beberapa saham di bursa Amerika Serikat masih berada di area negatif karena menunggu pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengisyaratkan mungkin ada lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan.
"Rasanya belum semuanya jelas," ucap Carol Schleif, kepala investasi di kantor keluarga BMO di Minneapolis, mengacu pada Rusia, dikutip dari Reuters.
"Tidak ada yang tahu seperti apa struktur kekuatan tertinggi di Rusia nantinya." imbuhnya.
"Para pelaku pasar mengalami kesulitan hari ini untuk mencari tahu apakah mereka ingin menjadi ofensif atau defensif sehingga mereka memiliki kaki di kedua kubu. Mereka tidak tahu ke arah mana pasar akan berayun," katanya.
Hal lain yang menambah ketidakpastian pasar adalah menjelang minggu terakhir laporan keuangan kuartal kedua. Hal ini mendorong aksi taking profit dalam saham-saham yang telah meningkat tajam sepanjang tahun ini.
Sejumlah data ekonomi termasuk pengukur inflasi utama, barang tahan lama dan indeks sentimen konsumen University of Michigan diharapkan minggu ini rilis, serta pidato dari Powell yang dapat menyoroti rencana kenaikan suku bunga Fed.
Sebagian besar pembuat kebijakan melihat setidaknya dua kenaikan suku bunga seperempat poin lagi pada akhir tahun, meskipun para pelaku pasar bertaruh hanya pada satu kenaikan di bulan Juli, menurut Fedwatch CMEGroup.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Satu yang perlu dicermati pelaku pasar hari ini adalah hari terakhir bursa saham berjalan.
Mulai besok, masyarakat Indonesia akan cuti bersama Hari Raya Idul Adha untuk tanggal 28,29,30 Juni mendatang. Dengan libur panjang ini, pasar biasanya tak begitu agresif karena para pelaku pasar sudah mempersiapkan untuk pergi berlibur dan mengambil taking profit pada pekan kemarin.
Meskipun IHSG ditutup menguat pada perdagangan kemarin namun nilai perdagangan tercatat relatif sepi dengan total Rp. 7,48 triliun lebih.
Sentimen dalam negeri masih dalam suasana libur panjang, sedangkan dari luar negeri terdapat hari ini Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan indeks harga rumah atau tempat tinggal periode Mei 2023.
Indeks harga rumah/tempat tinggal di AS pada periode Maret 2023 sebesar 3,6% sementara periode April 2023 diperkirakan 3,1%.
Data yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat dianggap sebagai positif/optimis untuk US$, sedangkan data lebih rendah dari ekspektasi dapat dianggap sebagai negatif/pesimis untuk US$. Sehingga hal ini akan menjadi sentimen negatif pada dolar AS.
Pidato Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, masih menjadi perhatian penting bagi investor untuk mengantisipasi arah kebijakan suku bunga pada pertemuan mendatang. Kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.
Powell akan berbicara pada European Central Bank (ECB) Forum on Central Banking 2023 pada Rabu (28/6/2023).
Pelaku pasar harus menghitung seperti pada dampak pernyataan Powell kepada pergerakan rupiah setelah lebaran sehingga aktivitas perdagangan pekan ini sangat menentukan.
Data ekonomi penting juga akan dirilis dari AS, termasuk klaim pengangguran dan data penjualan rumah, yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia secara langsung maupun tidak langsung.
China pada Jumat pekan ini akan merilis data PMI Manufaktur, yang penting bagi eksportir Indonesia. Jika PMI China terus melambat, harus ada kewaspadaan terhadap dampaknya.
Bulan lalu, Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.
Turunnya PMI Manufaktur China menandakan tingkat kemakmuran ekonomi di China menurun. Hal ini pun berdampak pada kerjasama Indonesia dengan China dalam perdagangan.
China adalah mitra dagang terbesar dan tujuan ekspor utama Indonesia dengan kontribusi hampir 30%. Tiongkok juga menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia.
Sentimen tak kalah penting datang dari Rusia. Yevgeny Prigozhin, mantan sekutu Putin sekaligus pimpinan tentara bayaran Rusia Wagner, melakukan pemberontakan melawan pertahanan Putin dengan melakukan penyerbuan 200 kilometer (km) dari Moskow, akhir pekan kemarin. Tentaranya bahkan sudah mendekat ke ibu kota negara.
Sayang pemberontakan itu gagal. Ia mendadak membatalkan misi dan akhirnya diasingkan ke Belarusia.
Meskipun pemberontakan gagal tetapi hal itu sudah membuat pasar khawatir. Pasalnya, situasi di Rusia bisa memanas sehingga membuat ketidakpastian meningkat. Kabar kudeta bahkan sudah melambungkan harga komoditas energi, terutama minyak.
Jika muncul pemberontakan lagi maka dipastikan situasi global akan terganggu sehingga mengganggu stabilitas pasar keuangan serta perdagangan global.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
* Keterangan pers penandatanganan akta pemisahan segmen usaha IndiHome oleh Telkom ke Telkomsel di Telkom Landmark Tower, Jakarta. Turut hadir Dirut Telkom dan Dirut Telkomsel (16:30 WIb)
* Indeks Harga Rumah Amerika Serikat (20.00 WIB)
* Pemesanan Barang Tahan Lama Amerika Serikat (19.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]