Newsletter

Dunia Makin Kelam, Investor Dibuat Pusing AS, China & Rusia

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
27 June 2023 06:00
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Satu yang perlu dicermati pelaku pasar hari ini adalah hari terakhir bursa saham berjalan.

Mulai besok, masyarakat Indonesia akan cuti bersama Hari Raya Idul Adha untuk tanggal 28,29,30 Juni mendatang. Dengan libur panjang ini, pasar biasanya tak begitu agresif karena para pelaku pasar sudah mempersiapkan untuk pergi berlibur dan mengambil taking profit pada pekan kemarin.

Meskipun IHSG ditutup menguat pada perdagangan kemarin namun nilai perdagangan tercatat relatif sepi dengan total Rp. 7,48 triliun lebih.

Sentimen dalam negeri masih dalam suasana libur panjang, sedangkan dari luar negeri terdapat hari ini Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan indeks harga rumah atau tempat tinggal periode Mei 2023.
Indeks harga rumah/tempat tinggal di AS pada periode Maret 2023 sebesar 3,6% sementara periode April 2023 diperkirakan 3,1%.

Data yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat dianggap sebagai positif/optimis untuk US$, sedangkan data lebih rendah dari ekspektasi dapat dianggap sebagai negatif/pesimis untuk US$. Sehingga hal ini akan menjadi sentimen negatif pada dolar AS.

Pidato Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell, masih menjadi perhatian penting bagi investor untuk mengantisipasi arah kebijakan suku bunga pada pertemuan mendatang. Kemungkinan kenaikan suku bunga masih besar menurut Powell.

Powell akan berbicara pada European Central Bank (ECB) Forum on Central Banking 2023 pada Rabu (28/6/2023).
Pelaku pasar harus menghitung seperti pada dampak pernyataan Powell kepada pergerakan rupiah setelah lebaran sehingga aktivitas perdagangan pekan ini sangat menentukan.

Data ekonomi penting juga akan dirilis dari AS, termasuk klaim pengangguran dan data penjualan rumah, yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia secara langsung maupun tidak langsung.

China pada Jumat pekan ini akan merilis data PMI Manufaktur, yang penting bagi eksportir Indonesia. Jika PMI China terus melambat, harus ada kewaspadaan terhadap dampaknya.

Bulan lalu, Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.

Turunnya PMI Manufaktur China menandakan tingkat kemakmuran ekonomi di China menurun. Hal ini pun berdampak pada kerjasama Indonesia dengan China dalam perdagangan. 
China adalah mitra dagang terbesar dan tujuan ekspor utama Indonesia dengan kontribusi hampir 30%. Tiongkok juga menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia.

Sentimen tak kalah penting datang dari Rusia. Yevgeny Prigozhin, mantan sekutu Putin sekaligus pimpinan tentara bayaran Rusia Wagner, melakukan pemberontakan melawan pertahanan Putin dengan melakukan penyerbuan 200 kilometer (km) dari Moskow, akhir pekan kemarin. Tentaranya bahkan sudah mendekat ke ibu kota negara.

Sayang pemberontakan itu gagal. Ia mendadak membatalkan misi dan akhirnya diasingkan ke Belarusia.

Meskipun pemberontakan gagal tetapi hal itu sudah membuat pasar khawatir. Pasalnya, situasi di Rusia bisa memanas sehingga membuat ketidakpastian meningkat. Kabar kudeta bahkan sudah melambungkan harga komoditas energi, terutama minyak.

Jika muncul pemberontakan lagi maka dipastikan situasi global akan terganggu sehingga mengganggu stabilitas pasar keuangan serta perdagangan global.

(saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular