Newsletter

Hawa Libur Sudah Kencang, Awas! Asing Bisa Obral Saham

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 June 2023 06:12
IHSG
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Pasar keuangan Tanah Air cenderung bervariasi kemarin, setelah Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,75%.
  • Wall Street ditutup bervariasi di tengah bangkitnya kembali saham-saham teknologi meski The Fed mengindikasikan tidak akan merubah sikap hawkishnya dalam waktu dekat
  • Pasar saham RI diprediksi semakin sepi karena adanya libur panjang, meski masih ada dua hari perdagangan di pekan depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpantau bervariasi pada perdagangan Kamis (22/6/2023), di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, tetapi rupiah dan harga Surat Berharga Negara (SBN) berakhir menguat.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,75% ke posisi 6.652,261. IHSG kembali keluar dari level psikologis 6.700 dan kembali diperdagangkan di level psikologis 6.600.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin masih terbilang sepi yakni hanya mencapai sekitaran Rp 9 triliun, dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 214 saham terapresiasi, 298 saham terdepresiasi, dan 235 saham lainnya stagnan.

Investor asing juga masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell), di mana jumlahnya kembali bertambah yakni mencapai Rp 162,98 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Di kawasan Asia-Pasifik, terpantau secara mayoritas melemah. Hanya indeks FTSE KLCI Malaysia, KOSPI Korea Selatan, dan TAIEX Taiwan yang berhasil menguat.

 

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Kamis kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup menguat terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.935/US$, menguat tipis 0,03% di pasar spot.

Penguatan ini semakin memperpanjang tren positif nilai tukar rupiah yang juga menguat pada hari sebelumnya. Pada perdagangan hari sebelumnya, yakni Rabu, rupiah menguat 0,37% menjadi Rp 14.940,00/US$.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali menguat, menandakan bahwa imbal hasil (yield) mengalami penurunan dan tandanya sedang diburu oleh investor.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 2,7 basis poin (bp) menjadi 6,297%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kemarin, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75%. Langkah tersebut sejalan dengan arah kebijakan untuk memastikan terkendalinya inflasi pada 2023 dan 2024 pada level 3 plus minus 1%.

Hal ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memproyeksi bank sentral Tanah Air tersebut akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Dengan ini, maka BI telah mempertahankan suku bunga acuannya selama lima pertemuan berturut-turut, semenjak Februari lalu. Tingkat suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility juga dipertahankan masing-masing 6,5% dan 5%.

Pembuat kebijakan menyatakan bahwa keputusan tersebut bertujuan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran target 3,0 ± 1% hingga sisa tahun 2023 dan menstabilkan rupiah untuk mengendalikan inflasi impor dan memitigasi dampak ketidakpastian pasar keuangan global.

BI mencatat bahwa inflasi telah kembali ke target lebih awal dari yang diharapkan dan terlihat tetap berada dalam target sepanjang tahun 2023. Tingkat inflasi tahunan di Indonesia turun ke level terendah 12 bulan sebesar 4% pada bulan Mei.

Selain itu, perekonomian domestik tetap baik dan prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2023 dijaga pada kisaran 4,5%-5,3%.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup bervariasi dengan mayoritas menguat pada perdagangan Kamis kemarin, di mana dua indeks mengakhiri koreksinya selama empat hari beruntun.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,01% ke posisi 33.946,711. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berhasil menguat. S&P 500 menguat 0,37% ke 4.381,89 dan Nasdaq melesat 0,95% menjadi 13.630,61.

S&P 500 dan Nasdaq resmi mengakhiri koreksi empat hari beruntunnya pada perdagangan Kamis, karena investor memburu kembali saham-saham teknologi. Namun untuk Dow Jones memperpanjang koreksinya sehingga pada Kamis pekan ini menjadi koreksi lima hari beruntun.

Investor kembali mengambil beberapa saham teknologi utama yang 'rusak' pekan ini. Saham Tesla ditutup lebih tinggi, meskipun jatuh pada hari sebelumnya, bahkan setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat Tesla.
Analis Morgan Stanley, Adam Jonas, yang sudah lama menjadi penganut bull Tesla, merevisi peringkatnya menjadi equal weight, dari sebelumnya overweight.

Sedangkan saham Amazon ditutup melonjak lebih dari 4%, saham Microsoft melesat 1,8%, dan saham Apple mencapai tertinggi baru sepanjang masa di akhir perdagangan, di mana saham Apple melompat lebih dari 1%.

Saham-saham teknologi sebelumnya sempat dilepas oleh investor karena sentimen dari antusiasme terkait teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mulai memudar.
Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya juga membebani saham-saham teknologi.

Namun pada perdagangan Kamis, pasar tidak mau berlarut-larut dalam rasa kekecewaan setelah The Fed menegaskan masih akan bersikap hawkish.

Sebelumnya, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa dia mengharapkan lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan karena inflasi masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%.

"Tekanan inflasi terus tinggi dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," katanya dalam sambutan yang disiapkan untuk dengar pendapat di depan Komite Jasa Keuangan DPR.

Komentar tersebut muncul setelah kesimpulan dari pertemuan pekan lalu ketika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, setelah 10 kali kenaikan berturut-turut.
Namun, para pejabat The Fed mengindikasikan ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.

"Hampir semua peserta FOMC memperkirakan akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh pada akhir tahun ini," ujar Powell di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS Rabu kemarin.

Dengan pernyataan Powell tersebut, pelaku pasar mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bp pada Juli mendatang oleh The Fed untuk sisa tahun ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 76,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 23,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

"Pasar lebih lemah karena saya pikir mereka menyadari bahwa bukan hanya Federal Reserve, tetapi bank sentral global belum selesai, dan sebenarnya masih berkomitmen penuh untuk melawan inflasi mereka dan akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi jika perlu," kata Megan Horneman, kepala investasi di Verdence Capital Advisors, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, investor juga mencerna data klaim pengangguran mingguan yang lebih tinggi dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengajuan pertama kali untuk tunjangan pengangguran mencapai 264.000 untuk pekan yang berakhir 17 Juni.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebelumnya memprediksi total klaim pengangguran mencapai 256.000 pada akhir pekan lalu.

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang bervariasi kemarin.
Saham-saham teknologi di AS kembali dilirik oleh investor, menandakan bahwa mereka tidak ingin berlarut-larut dalam rasa kekecewaan, setelah The Fed menegaskan masih akan bersikap hawkish pada tahun ini.

Powell pada Rabu lalu menegaskan bahwa kemungkinan akan ada peningkatan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi lebih dalam lagi.
Pekan lalu, pejabat The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun untuk tidak menaikkan suku bunga.

Powell mengindikasikan bahwa keputusan tersebut kemungkinan hanya bersifat sementara dan mereka mengatakan bahwa The Fed belum akan berpaling dengan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sehingga kemungkinan kenaikan masih berpeluang besar.

"Hampir semua peserta FOMC berharap bahwa akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih tinggi pada akhir tahun," kata Powell dalam pidato yang akan dia sampaikan kepada Komite Jasa Keuangan DPR AS.

Pidato tersebut merupakan bagian dari laporan rutin semesteran kepada anggota parlemen mengenai kebijakan moneter.
Setelah pertemuan FOMC selama dua hari pekan lalu, pejabat The Fed mengindikasikan bahwa mereka memperkirakan akan ada peningkatan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase hingga akhir tahun 2023.

Hal ini mengindikasikan dua kenaikan tambahan, dengan asumsi kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin. Suku bunga pinjaman acuan The Fed saat ini berada pada kisaran antara 5% hingga 5,25%.

Menyadari bahwa inflasi telah mereda namun "masih berada di atas" target 2%, Powell mengatakan bahwa bank sentral masih memiliki pekerjaan lebih lanjut untuk dilakukan.

"Inflasi telah sedikit mereda sejak pertengahan tahun lalu. Namun demikian, tekanan inflasi terus tinggi, dan proses untuk menurunkan inflasi kembali ke 2% masih membutuhkan waktu yang lama," ujar Powell.

Dampak kebijakan moneter, seperti kenaikan suku bunga dan upaya The Fed untuk mengurangi kepemilikan obligasi dalam neracanya baru terasa belakangan ini.
Oleh karena itu, para pejabat memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini ketika mereka mengamati dampak ketatnya kebijakan moneter terhadap ekonomi.

Powell mengatakan bahwa pasar tenaga kerja juga masih ketat meskipun ada tanda-tanda bahwa kondisi sedang melonggar, seperti peningkatan partisipasi angkatan kerja pada kelompok usia utama 25 hingga 54 tahun dan beberapa penurunan dalam upah.
Namun, dia mencatat bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia masih jauh melebihi jumlah tenaga kerja yang tersedia.

"Kami telah melihat dampak pengencangan kebijakan kami terhadap permintaan di sektor-sektor yang paling sensitif terhadap suku bunga. Namun, dibutuhkan waktu bagi efek penuh pembatasan moneter untuk direalisasikan, terutama dalam hal inflasi," tambah Powell.

Meski begitu, pasar mengharapkan suku bunga dapat dinaikkan sekali pada pertemuan Juli sebesar 25 bp.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 76,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 23,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

Sementara itu dari Inggris, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) kemarin memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp menjadi 5%. Hal ini kembali dilakukan karena inflasi Inggris masih tinggi.
Gubernur BoE, Andrew Bailey memperingatkan kenaikan lebih lanjut, jika inflasi gagal menunjukkan tanda-tanda yang jelas menuju penurunan.

"Kami berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2% dan akan membuat keputusan yang diperlukan untuk mencapainya," katanya.

Dalam hal ini, regulator telah ditakuti oleh kegagalan inflasi di Inggris untuk mereda secepat yang diperkirakan. Inflasi telah terbukti lebih lengket daripada negara dengan ekonomi utama lainnya.

Banyak yang menyalahkan bank sentral karena terlalu lambat untuk mulai menaikkan suku bunga pinjaman, sementara keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) telah menambah biaya impor.

Sebelumnya, inflasi Inggris pada Mei 2023 mencapai 8,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), sama seperti pada periode April 2023.
Realisasi inflasi yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris, Rabu lalu juga berada di atas ekspektasi dan konsensus para ekonomi sebesar 8,4% YoY.

Angka tersebut masih jauh di atas target BoE sebesar 2%, sehingga memberikan tekanan kepada bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

Sementara itu pada hari ini, perilisan data awal dari aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) sudah dimulai di beberapa negara. Adapun negara-negara yang akan merilis data awal PMI manufaktur yakni Australia, Jepang, Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

Selain itu, pada hari ini di Jepang dan Singapura akan dirilis data inflasi pada periode Mei 2023.

Sementara di dalam negeri, pasar masih akan memantau keputusan BI yang kembali mempertahankan suku bunga acuannya kemarin.

Sebelumnya kemarin, BI kembali mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75%. Langkah tersebut sejalan dengan arah kebijakan untuk memastikan terkendalinya inflasi pada 2023 dan 2024 pada level 3 plus minus 1%.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 21-22 Juni 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (22/6/2023).

Hal ini sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral Tanah Air tersebut akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

BI mencatat bahwa inflasi telah kembali ke target lebih awal dari yang diharapkan dan terlihat tetap berada dalam target sepanjang tahun 2023. Tingkat inflasi tahunan di Indonesia turun ke level terendah 12 bulan sebesar 4% pada bulan Mei.

Selain itu, perekonomian domestik tetap baik dan prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tahun 2023 dijaga pada kisaran 4,5%-5,3%.

BI juga memperkirakan suku bunga acuan Fed Fund Rate bakal naik menjadi 5,5% pada Juli.
Ramalan BI ini didasari oleh analisa perkembangan ekonomi Negeri Paman Sam dan juga mencermati pernyataan-pernyataan Powell dan anggota bank sentral AS yang lain.

Perry mengatakan berpotensi mendorong kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate atau suku bunga acuan bank sentral AS naik ke depannya.

"Otoritas terkait di sana sudah mulai meredakan keketatan likuiditas di sini kemudian FFR yang kami perkirakan terminalnya 5,25% ada kemungkinan baseline kami Juli nanti naik menjadi 5,5%," kata Perry, Kamis (22/6/2023).

Di lain sisi, BI juga mencatat suku bunga kredit per Mei 2023 dalam level yang rendah. Secara rata-rata, kredit industri perbankan sebesar 9,73%.

Sebagai informasi, rata-rata suku bunga kredit sejak Januari 2023 selalu berada di atas level 10%. Lebih rinci, rata-rata bunga kredit bank pada Januari 2023 10,01%, Februari 13,68%, Maret 10,07%, dan April 10,08%.
Bila dilihat rata-rata suku bunga kredit tersebut berada di atas suku bunga acuan yang ditetapkan BI.

Libur panjang pekan depan juga diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan pasar keuangan hari ini. Dengan perdagangan yang sangat pendek pada pekan depan maka transaksi IHSG bisa meningkat. Banyak investor yang kemungkinan akan ambil untung atau profit taking sebelum libur panjang.

Namun, mendekati libur panjang, pasar keuangan Indonesia termasuk bursa saham juga rawan dengan aksi jual dari investor asing secara besar-besaran.

Seperti diketahui, pemerintah telah mengumumkan cuti bersama selama dua hari sehingga ada libur panjang pada 28 Juni- 2 Juli 2023.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Penandatanganan kerja sama Investasi dan Pengoperasian Belawan New Container Terminal (BNCT) antara Pelindo dengan Konsorsium INA-DP World yang akan dihadiri oleh Menteri BUMN (09:00 WIB)
  2. Konferensi pers terkait peningkatan tata kelola industri kelapa sawit (15:00 WIB)
  3. Rilis data awal PMI manufaktur Australia versi Judo Bank periode Juni 2023 (06:00 WIB),
  4. Rilis data indeks keyakinan konsumen Gfk Inggris periode Juni 2023 (06:01 WIB),
  5. Rilis data inflasi Jepang periode Mei 2023 (06:30 WIB),
  6. Rilis data awal PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank periode Juni 2023 (07:30 WIB),
  7. Rilis data inflasi Singapura periode Mei 2023 (12:00 WIB),
  8. Rilis data penjualan ritel Inggris periode Mei 2023 (13:00 WIB),
  9. Rilis data awal PMI manufaktur Uni Eropa versi HCOB periode Juni 2023 (15:00 WIB),
  10. Rilis data awal PMI manufaktur Inggris versi S&P Global periode Juni 2023 (15:30 WIB),
  11. Rilis data awal PMI manufaktur Amerika Serikat versi S&P Global periode Juni 2023 (20:45 WIB).

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1.       RUPS Tahunan PT Alakasa Industrindo Tbk (09:00 WIB),
  2.       RUPS Tahunan PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (09:00 WIB),
  3.       RUPS Tahunan PT Soho Global Health Tbk (09:00 WIB),
  4.       RUPS Tahunan PT Sriwahana Adityakarta Tbk (09:30 WIB),
  5.       RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (09:30 WIB),
  6.       RUPS Tahunan PT Bukit Darmo Property Tbk (10:00 WIB),
  7.       RUPS Tahunan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (10:00 WIB),
  8.       RUPS Tahunan PT Inter Delta Tbk (10:00 WIB),
  9.       RUPS Tahunan PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (10:00 WIB),
  10.   RUPS Tahunan PT Maha Properti Indonesia Tbk (10:00 WIB),
  11.   RUPS Tahunan PT Panin Sekuritas Tbk (10:00 WIB),
  12.   RUPS Tahunan PT Radian Utama Interinsco Tbk (10:00 WIB),
  13.   RUPS Tahunan PT Siantar Top Tbk (10:00 WIB),
  14.   RUPS Tahunan PT Voksel Electric Tbk (10:00 WIB),
  15.   RUPS Tahunan PT Yanaprima Hastapersada Tbk (10:00 WIB),
  16.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Klinko Karya Imaji Tbk (10:00 WIB),
  17.   RUPS Tahunan PT Sentral Mitra Informatika Tbk (10:30 WIB),
  18.   RUPS Tahunan PT Bumi Citra Permai Tbk (14:00 WIB),
  19.   RUPS Tahunan PT Berkah Prima Perkasa Tbk (14:00 WIB),
  20.   RUPS Tahunan PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (14:00 WIB),
  21.   RUPS Tahunan PT Arkadia Digital Media Tbk (14:00 WIB),
  22.   RUPS Tahunan PT Fortune Mate Indonesia Tbk (14:00 WIB),
  23.   RUPS Tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (14:00 WIB),
  24.   RUPS Tahunan PT Intraco Penta Tbk (14:00 WIB),
  25.   RUPS Tahunan PT Putra Mandiri Jembar Tbk (14:00 WIB),
  26.   RUPS Tahunan PT IndoSterling Technomedia Tbk (14:00 WIB),
  27.   RUPS Tahunan PT Mizuho Leasing Indonesia Tbk (14:00 WIB),
  28.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Asia Pacific Investama Tbk (14:00 WIB).
  29.   Cum date dividen tunai PT Galva Technologies Tbk,
  30.   Cum date dividen tunai PT Bukit Asam Tbk,
  31.   Cum date dividen tunai PT Sumber Mas Konstruksi Tbk,
  32.   Cum date dividen tunai PT Summarecon Agung Tbk,
  33.   Cum date dividen tunai PT Timah Tbk,
  34.   Ex date dividen tunai PT Elang Mahkota Teknologi Tbk,
  35.   Ex date dividen tunai PT Hillcon Tbk,
  36.   Ex date dividen tunai PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk,
  37.   Ex date dividen tunai PT Kobexindo Tractors Tbk,
  38.   Ex date dividen tunai PT Lautan Luas Tbk,
  39.   Ex date dividen tunai PT Surya Citra Media Tbk,

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2023 YoY)

5,03%

Inflasi (Mei 2023 YoY)

4,00%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN April 2023)

1,12% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Mei 2023)

US$ 139,3 miliar

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular